Sinopsis Feel Good To Die ( Episode 1 Part 1 )

Feel Good To Die

All images credit and content copyright : KBS 2




Episode 1 Part 1


Seseorang berjalan sambil menggenggam sebuah tongkat. Lalu terlihat dua pria berjas hitam sedang duduk disebuah ruangan yang dikelilingi teralis besi. Mereka adalah CEO Kang dan Direktur Na dari perusahaa MW Chicken. Sepertinya mereka sedang disekap. CEO Kang bertanya apa yang ingin Direktur Na  lakukan setelah keluar dari sini. Direktur Na menjawab bahwa dia ingin menjadi CEO. Merekapun tertawa bersama. Namun seketika tawa mereka lenyap saat orang yang membawa tongkat tadi datang.

Dia adalah Lee Roo Da (Baek Jin Hee). Direktur Na marah mengetahui orang di depannya adalah anggota tim pemasaran MW Chicken. Dia berteriak minta dikeluarkan dari sana. Roo Da menjawab dengan memukulkan tongkatnya yang berhasil membuat Direktur Na dan CEO Kang mundur ketakutan.

"Direktur pelaksana junior Na Choel Soo! Anda menyampaikan perintah dari atasan Anda dan hanya melaporkan apa yang mereka lakukan. Anda tidak peduli datang ke kantor atau tidak seperti orang yang tidak terlihat. Anda akan mengulang karir sebagai server paruh waktu."

Direktur Na ingin protes namun Roo Da segera melanjutkan. "Berikutnya, CEO Kang In Gu! Anda berusaha keras untuk tidak melakukan apapun untuk pegawai Anda. Anda pembohong yang picik. CEO Kang, Anda dipecat!!"

Tiba-tiba datang 4 orang berjas hitam yang langsung menyeret CEO Kang dan Direktur Na yang sontak kaget dan minta di lepaskan. CEO Kang hanya bisa berteriak bahwa dia akan membalas Roo Da.




Roo Da berjalan ke ruangan lain dimana ada seorang pria yang duduk membelakanginya.

"Dan yang terakhir, ketua tim pemasaran, Baek Jin Sang."

Yang disebut namanyapun berdiri. Dialah lead male kita Baek Jin Sang (Kang Ji Hwan). Dia membuka rantai yang menyegel pintu. Roo Da terkejut karena pintunya ternyata tidak terkunci. Jin Sang menunjukkan kunci di tangannya dan mengatakan bahwa Roo Da terlalu kikuk saat mengurungnya sama seperti saat mengerjakan tugas di kantor. Seketika Roo Da membuang tongkatnya dan terlihat takut.

Jin Sang duduk di depan meja yang diatasnya terdapat banyak tumpukkan kertas. Dia mulai ngoceh tentang Roo Da yang tidak pernah mengerjakan tugas dengan baik dan selalu membantahnya. Jin Sang terus mencoba menyudutkan Roo Da. Dia bahkan meragukan benarkah Roo Da lulusan universitas dari seoul.

Roo Da meledak. "Cukup!!!" Dia melemparkan kertas-kertas ke arah Jin Sang yang sontak terkejut. Bahkan Roo D naik ke atas meja dan balik memaki Jin Sang. "Baek Jin Sang! Kamu dijatuhi hukuman mati!!".

Roo Da menekan tombol merah di meja. Jin Sang terlempar ke belakang ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka. Seketika api berkobar. Roo Da tertawa puas.




Dan ternyata semua hanyalah mimpinya Roo Da. Dia terbangun dan jatuh dari tempat tidur. Di belakangnya, sebuah kalender menunjukkan tanggal 7 November. 

Ibu Roo Da masuk langsung melemparnya dengan bantal lalu menyuruh Roo Da segera keluar.

Roo Da tiduran lagi di lantai dan menggerutu kesal kenapa tadi hanya mimpi.

Ada orang-orang yang lebih baik mati demi masa depan kemanusiaan yang lebih baik yaitu... "Baek Jin Sang"


Roo Da berdiri menunggu kereta. Saat kereta datang dia langsung terdorong orang-orang yang berebut naik kereta hingga pipinya kesakitan terantuk kaca.

Di dalam kereta masinis berbicara dengan microfon memberikan sambutan untuk penumpangnya. Dia mengatakan sebuah pepatah. "Hidup yang kita sia-siakan hari ini adalah hari esok yang ingin dijalani oleh seseorang yang wafat kemarin." Roo Da mendengarnya dengan malas dan mengeluh bahwa setiap hari saja. Tapi seorang ahjumma yang duduk depannya tersenyum dan bertanya pada Roo Da bukankah masinis selalu mengatakan pepatah yang bagus. Roo Da terpaksa tersenyum mengiyakan. Lalu dia memasang headset merahnya ke telinga.

Sesampainya di lobi perusahaan Roo Da langsung disambut seorang pegawai pria yang bertanya apakah Bu Choi akan mengambil cuti secepatnya karena dia kan sedang hamil. Roo Da mengiyakan dan berkata Bu Choi pasti akan segera melahirkan.

Baek Jin Sang yang baru datang langsung membantah perkataan Roo Da. Dia berkata bahwa kehamilan Bu Choi baru berusia 27 minggu. Jadi tidak benar jika mengatakan dia akan segera melahirkan karena biasanya usia kehamilan hingga 38 atau 40 minggu. "Tapi aku tahu kamu tidak punya pengetahuan itu Nona Lee." Roo Da mendengus kesal. Merekapun mengantri di depan lift bersama tiga pegawai lainnya.

Roo Da berusaha bersikap ramah dengan menyapa selamat pagi pada ketua timnya. Tapi Jin Sang dengan soknya menyuruh Roo Da membersihkan mulutnya dulu. Si pegawai wanita langsung nyinyirin Jin Sang yang bisa tahu usia kehamilan Bu Choi. Si pegawai pria yang lebih pendek ikut menyahut bahwa tim pemasaran pasti sangat akrab. "Ketua tim kami tidak pernah ada waktu untuk kami karena selalu sibuk dengan urusan perusahaan." Dia ini nyindir Jin Sang punya banyak waktu buat kepoin urusan pegawainya.

Jin Sang membalas si pegawai pria. "Ku dengar hanya kamu yang tidak bisa mencapai targer kerja tim." Si pegawai langsung menelan ludah. "Aku juga mendengar bahwa Nona Park kencan buta 3 kali selama akhir pekan. Tapi tidak mendapat hasil yang bagus seperti biasa." Tukang gosip juga yah si Baek Jin Sang. Pegawai wanita tidak terima dan adu mulutpun terjadi.

Diam-diam Roo Da pindah ke lift di belakangnya karena tidak mau terlibat pertengkaran. Saat akan menekan tombol lift, pegawai pria yang sedari tadi diam saja mencegahnya. Dia meminta Roo Da untuk menghentikan pertikaian bosnya. Roo Da tidak mau tapi si pegawai pria langsung mendorongnya tepat ke tengah medan perang. Sontak semua orang diam melihatnya. Roo Da bingung mau ngomong apa.


Ding dong. Pintu lift terbuka. Roo Da langsung mempersilahkan Jin Sang masuk lebih dulu. Lift hampir tertutut tapi Nona Park melihat ada Pak Kang dari tim pengembangan jadi dia menekan tombol buka. Jin Sang tidak suka langsung menekan tombol tutup. Perang tombol buka tutuppun terjadi. Dan akhirnya Kang Joon Ho (Gong Myung) berhasil masuk lift dengan cerianya tanpa tau atmosfir dingin di sana.

Masalah kembali terjadi. Lift tiba-tiba berhenti. Trio nyinyir panik berteriak minta tolong. Jin Sang menyuruh mereka diam dan langsung menelepon panggilan darurat. Dia kesal karena disuruh menunggu 10 menit oleh petugas yang berarti harus terlambat 2 menit. Setelah menutup panggilan dia langsung menyuruh Joon Ho yang nempel ketakutan di dinding untuk minggir. Dia sendiri langsung jongkok sambil menggenggam pegangan lift dan diikuti oleh trio nyinyir dan Joon Ho.

Petugas datang. Karena lift berhenti di tengah jadi mereka kesulitan untuk naik. Dengan gentlemen Joon Ho menawarkan punggungnya sebagai pijakan. Dan dengan tidak tahu malu Jin Sang minta didahulukan karena jabatannya yang paling tinggi. Joon Ho tidak mengijinkan dan meminta para wanita naik lebih dulu.

Mereka berpisah setelah keluar dari lift. Joon Ho berjalan ke ruangannya sambil berbicara dengan kakeknya di telepon. Dia curhat tentang lift yang berhenti dan dia yang jadi penolongnya. Dari percakapan mereka kita tahu bahwa kakek Joon Ho adalah pemilik perusahaan dan tidak ada yang tahu identitas Joon Ho karena dia hanya berniat bekerja selama tahun.


Sementara di ruangan tim pemasaran, Jinsang mengganti sepatunya dengan sandal terapi. Lalu duduk, memakan permen, menyemprot tangannya dengan antiseptik, mengikir kukunya, mengibas-ngibaskan jarinya sambil menarik nafas dalam-dalam. Saat itulah Bu Choi yang lagi hamil datang terlambat. Jin Sang tidak senang dan langsung mengajaknya bicara.

Sedetik kemudian Bu Choi menangis di tangga di temani dua rekannya. Rekannya yang perempuan membawa tisu toilet itu menghapus airmatanya. Kemuadian Roo Da datang menanyakan apa yang terjadi.

Flashback

Bu choi menjelaskan alasannya terlambat karena mengantar anaknya ke TK dan karena lift rusak jadi dia naik tangga. Jin Sang tidak mau menerima alasannya karena Bu Choi sudah sering terlambat. Jadi dia memotong satu hari dari cuti tahunan Bu Choi.

Flashback end

Si rekan kerja pria menyarankan pergi makan-makan untuk menghilangkan kekesalan Bu Choi tapi dia tidak mau.


Jin Sang sedang berada di rooftop bersama Direktur Na yang berkata bukankah menyenangkan berada rooftop setelah seharian berada di kantor yang menyesakkan. Tapi Jin Sang malah menyahut bahwa konsentrasi debu halusnya sangat parah. Direktur Na salahtingkah sendiri lalu beralih menanyakan masalah di tim ya.

"Kontrak kerja Jung Hwa hampir habis tapi performa kerjanya sangat buruk. Min Joo (Bu Choi) tidak becus melakukan apun dan selalu linglung karena dia ibu rumah tangga. Yoo Doek hanya pandai duduk di kursinya dalam waktu yang lama. Aku yakin dia tidak akan di promosikan tahun depan. Masalah Roo Da adalah dia tidak begitu bermasalah. Direktur Na bingung, kenapa itu menjadi masalah?

"Dia melakukan pekerjaan dalam skala rata-rata. Itu artinya dia tidak memiliki semangat, perhatian, dan minat pada perusahaan. Dia hanya asisten manager tapi berlagak sudah melalui semuanya. Apa tidak bisa berharap banyak padanya." Jin Sang menghela nafas.
"Bagaimana tugas bisa selesai dengan tim seperti itu?"

Dengan percaya diri Jin Sang menjawab, "Untungnya mereka punya aku." Dan akupun ketawa. Direktur Na sampai bengong. "Meskipun awak kapal tidak cakap, tapi dengan kapten yang cakap mereka masih bisa sampai ke tujuan." Jin Sang pun melenggang pergi setelah mengatakan bahwa dia harus bersiap untuk acara pencicipan makanan. Direktur Na kesal dan berharap akan ada yang menculik Jin Sang.


Read More

Sinopsis Feel Good To Die (Episode 3 Part 2 )

Feel Good To Die 
Episode 3 Part 2

Sumber : KBS 2

Roo Da duduk di pinggir sungai Han dan minum sendirian. Dia mengingat permintaan Jin Sang untuk meminta maaf saat siaran perusahaan. Roo Da berpikir bahwa dia hanya perlu menyerah. Kemudian dia mendapat telepon dari Bu Choi yang sedang merapikan mainan anaknya. Roo Da curhat tentang permintaan Jin Sang. Bu Choi kaget dan langsung minta maaf karena merasa itu terjadi karena kesalahannya. Tapi Roo Da menyuruhnya untuk tidak bilang begitu karena ini adalah pilihannya sendiri. Bu Choi akhirnya berkata kalau dia sangat berterimakasih pada Roo Da. Dia sangat tersentuh sampai menangis sangat lama di bahu suami. Dia menyuruh Roo Da untuk menceritakan padanya jika ada masalah ataupun sedang dilema. Karena mereka adalah rekan kerja. Roo Da tertegun mendengarnya.
Joon Ho mengendarai mobil sport putihnya sambil menyetel musik keras-keras. Tanpa sengaja dia melihat Roo Da yang sedang berjalan di trotoar. Diapun memundurkan mobilnya dan memanggil Roo Da.

Sepertinya Roo Da sedang mabuk. "Astaga! Siapa sih yang berisik banget! Kasar banget ni orang." Joon Ho langsung mematikan musik dan melambaikan tangannya. "Oh, Tuan Kang dari tim Pengembangan." Roo Da lanjut jalan setelah menyapa Joon Ho. Joon Ho mengikuti dengan mobilnya. Dia bertanya apakah Roo Da mabuk? Roo Da balik bertanya kenapa harus dirinya? Dia bahkan menarik kerah atasannya.

"Itulah mengapa kau sangat menakjubkan. Kau seperti wonder woman yang menyelamatkan sesama rekan dari musuh."

Roo Da menghentikan jalannya, Joon Ho pun begitu. "Tidak seperti itu. Aku bukan orang yang ingin ikut campur urusan orang lain. Mengurus diri sendiri saja sudah sulit. Melewati batas itu tidak baik. Dan melangkah keluar untuk kebaikan mungkin akan membahayakanmu. Jika aku ingin bertahan di dunia ini, hal terbaik yang harus dilakukan adalah untuk tetap rendah." Roo Da kembali berjalan. (Muter dong ya. Lagian kenapa namanya RoDa coba)

Joon Ho memandangi Roo Da. Dia bergimam sendiri "Ayolah! Kau bahkan membuatku merasa sedih untukmu." Dia udah mulai jatuh cinta nih sama Roo Da sampai megangin keningnya saking mikirin si Roo Da. "Ah! Tidak ada jalan untuk keluar dari pesonamu."

Akhirnya dia memilih melajukan mobilnya dan mengucapkan selamat tinggal pada Roo Da juga menyuruhnya untuk jangan kedinginan. Roo Da mengabaikannya dan berkata dalam hati kalau dia hanya perlu pura-pura baik-baik saja. Itulah yang dia lakukan. (Kaya aku banget. Selalu pura-pura baik-baik sayang padahal hatinya nangis bombay. Curhat!)

Keesokan harinya, 9 November, Roo Da melaksanakan permintaan Jin Sang. Dia sudah berada di ruang siaran perusahaan. Setelah memantapkan hatinya, dia mengucapkan permintaan maafnya secara panjang lebar. Semua pegawai dari atasan sampai cleaning service sontak antusias mendengarkan siarannya. Ada yang nyinyir, ada juga yang iba. Baek Jin Sang sendiri sangat menikmati siarannya sambil duduk santai di ruang kerjanya dengan sebungkus minuman segar.

Dengan perasaan malu Roo Da berjalan ke ruangannya. Jin Sang langsung menyambutnya dengan berkata bahwa tadi itu sangat menyenangkan. Meski keterampilan sastra dan kosa katanya kurang memadai tapi aku bisa merasakan ketulusanmu. Lalu sruttt dia menyeruput minuman kemasannya dengan sangat bahagia. Kamp**t ni orang yah. "Aku akan bermurah hati dan menerima permintaan maaf resmimu."

Tapi Roo Da kayaknya udah jengah banget sama tingkah atasannya. Dia meledak lagi. "Kamu hanya sepotong sampah kecil. Pergi dan mati saja! Kau ba$#@*an. Kau hanyalah sampah!"

Jin Sang kaget dan berjalan mundur. Sampai akhirnya dia menabrak sebuah pilar dan jam yang digantung diatasnya jatuh menimpa kepalanya. Roo Da syok dan semua pegawai langsung mengerumuninya.

Jeng jeng jeng. Dan semua itu hanya mimpinya Roo Da. Dia ketawa kaya orang stres setelah berpikir bahwa akhir-akhir ini dia sangat tertekan hingga bermimpi buruk. Setelah kembali waras dia langsung menyambar kalendernya dan menemukan bahwa hari ini tanggal 9 November!!! Ternyata tadi bukan mimpi. Waktu kembali terulang. Roo Da jadi gila lagi dan bertetiak-teriak.

Putaran waktu ke-2 dimulai

9 November, Jum'at kedua

Duduk di kursi kerjanya, Roo Da memikirkan kenapa Jin Sang terus saja sekarat. Apa karena dia menyuruhnya untuk mati? "Haruskah aku mengujinya? Astaga tidak! Aku tidak bisa menggunakannya untuk mengutuknya."

Tiba-tiba Jin Sang menghampirinya dan menanyakan perihal siaran permintaan maafnya. Dengan gaya sengaknya sambil makan permen karet dia menawarkan diri untuk mengoreksi apa yang Roo Da tulis. Badannya sambil goyang-goyang lagi. Sumpah ini orang bikin kesel maksimal. Roo Da juga ikut dongkol maksimal. Dia mengutuk dalam hati. "Baek Jin Sang! Mati!!"

Magic!! Tiba-tiba datang pegawai yang membawakan pesanan kopi dan apes keseleo hingga nampannya terbang tepat ke jidatnya Jin Sang yang seketika langsung ambruk.

Besok paginya, 9 November, Jum'at ke-3

Roo Da duduk bersila seperti orang sedang meditasi di atas kasurnya. Dia berpikir bahwa prediksinya benar. Jika dia mengatakan mati maka Jin Sang benar-benar mati. "Itu artinya aku tidak boleh berpikir seperti yang ku inginkan. Tapi aku menjadi sangat marah hanya dengan melihatnya. Kenapa dia mati hanya karena aku menyuruhnya?" Roo Da jadi kesal sendiri. Dia mengumpat pada kalender digitalnya. "Dasar sepotong sampah kecil yang tidak fleksibel!!!!!"

"Hei!" Ibunya datang dengan membawa centong yang seperti "garu". "Ada apa denganmu! Apa kau ingin aku membunuhmu hari ini?" Roo Da menggeleng manja. "Ayo keluar dan makan." Adegan ibunya sama terus yah. Nyuruh keluar dan makan. Haha

Di kantor Roo Da terus memerhatikan Jin Sang yang sedang mengangkat telepon. Tapi saat Jin Sang berjalan ke arahnya untuk memberikan tugas, dia sudah kabur duluan. Lalu saat waktu istirahat, dia berjalan dengan Bu Choi dan Jung Hwa. Melihat Jin Sang akan lewat Roo Da langsung lari terbirit-birit sampai kedua rekannya bengong melihat tingkahnya. Saat sedang makan di kantin pun sama. Roo Da mencoba kabur dengan merangkak di bawah meja.

Roo Da menyadari bahwa dia tidak bisa terus menghindar. Akhirnya dia mendatangi tempat praktek seorang psikolog dengan slogan 'kami mendengarmu meski tidak ada yang tahu. Tapi akhirnya dia pergi dari tempat itu setelah sebelumnya tergagap-gagap dia depan Pak Dokternya karena tidak sanggup menceritakan apa yang terjadi.

Esoknya dia datang ke gereja mendengarkan ceramah pendeta. Esoknya lagi dia pergi ke kuil. Dan kocaknya yang jadi biksunya sama dengan pendeta di gereja. Keesokan harinya lagi Roo Da pergi mendaki gunung. Di sana dia berteriak dengan lantang bahwa rasa sakit adalah berkah bagi pemuda. Diapun bisa tersenyum karena akhirnya bisa menemukan solusi untuk masalahnya.

Dan apa solusinya????

Dalam keadaan berantakan seturun dari gunung, Roo Da mendatangi apartemen Baek Jin Sang untuk membicarakan masalahnya. Dia memutuskan untuk memberitahunya. Tapi Jin Sang malah memanggil polisi. Dia berkata kalau belakangan ini Roo Da selalu membuntutinya dan yakin pasti sedang merencanakan sesuatu. Bukannya Roo Da malah menghindar ya?? Roo Da teriak-teriak pada polisi minta dilepaskan. Dia memandang tajam Jin Sang. Dalam hati Roo Da berkata bahwa dia melupakan satu hal. Komunikasi hanya berjalan pada manusia.

"Aku cukup gila untuk berpikir mungkin aku bisa meyakinkanmu." Roo Da melepaskan diri dari petugas dan lari menghampiri Jin Sang lalu mencekiknya. "Jin Sang! Mati Saja! Aku akan terus kembali ke sini. Aku akan mengulangi ini." Roo Da terus menyuruh Jin Sang untuk mati.

Senin, 12 November

Roo Da terbangun dari mimpinya dengan posisi tangan seperti sedang mencekik seseorang. Lagi-lagi dia stres. Apa tidak ada cara untuk melarikan diri dari putaran waktu sial*an ini?

Read More

Cerbung : Winter In School

Winter in School


Image Source : MBC

In Guk berjalan lunglai memasuki apartmentnya. Melempar kasar tas kerjanya ke meja lalu mendaratkan tubuhnya di sofa. Sambil memejamkan mata dia mengingat apa yang baru saja terjadi.

Hari ini adalah anniversary ke 5 In Guk dan seorang gadis bernama Soo min. Dalam perjalanan pulang dari kantornya, tak sengaja mata In Guk menangkap sebuah pemandangan yang hampir membuat jantungnya berhenti berdetak. Di balik dinding kaca sebuah kafe, duduk seorang gadis yang sangat mirip dengan pacarnya. Pacar yang sudah dia tunggu dengan setia selama lima tahun. Meski selama lima tahun pula dia tak pernah mendapat kabar dari Soo min. Tapi In Guk selalu percaya bahwa Soo Min akan kembali padanya suatu hari nanti.

Dan, hari ini, harapannya runtuh. Di depan matanya In Guk melihat seorang pria mencium kening gadis itu dengan mesranya. Mereka saling menatap penuh cinta. In Guk hampir saja ambruk kalau saja dia tak segera memulihkan kesadarannya. Mungkin saja gadis itu bukan Soo Minnya. Mereka hanya mirip. Lagi pula Soo Min tidak suka memakai pakaian terbuka. Lihat saja gadis itu. Rok di atas lutut dan atasan tanpa lengan. Itu bukan gaya Soo Min pacarnya.

Untuk memastikan dugaannya, In Guk masuk ke kafe dan duduk di belakang gadis itu. Seorang waitress menghampirinya untuk menanyakan pesanannya. Dengan wajah polos In Guk menjawab, "Jus Manga", yang seketika membuat waitress melongo.

"Maaf, Pak. Ini coffe shop. Jadi kami hanya menyediakan aneka jenis kopi. Tapi kami punya kopi varian baru. Mungkin Anda tertarik untuk mencobanya. Kopi dengan rasa buah."

In Guk yang bukan penyuka kopipun akhirnya hanya meminta dibawakan air putih. Dan sukses membuat waitress cemberut kesal.

Seperginya waitress, In Guk berusaha konsentrasi mendengarkan percakapan dua sejoli di belakangnya. Awalnya hening. Namun beberapa detik kemudian sebuah nama yang familiar terlontar dari bibir si pria. 

"Soo min-a..."

Dunia In Guk seolah berhenti berputar. Cahaya menghilang dan semua menjadi gelap. Apa lagi samar-samar dia mendengar obrolan mereka tentang pertunangan. In Guk tidak menyangka kesetiaannya selama lima tahun dibalas penghianatan. Hatinya benar-benar sakit.

Sekuat tenaga In Guk berusaha berdiri. Berjalan gontai dengan pandangan kosong hingga menabrak waitress yang membawakan air putih untuknya. In Guk tetap melangkah tanpa memedulikan makian waitress yang sibuk memunguti pecahan gelas di lantai.
To be continued....


Read More