Sinopsis Abyss Episode 16 Part 2

Drama Korea
Abyss
Episode 16 Part 2


Sumber konten dan gambar : TVN



Se Yeon di rawat di rumah sakit. Rambutnya sedikit berkibar seolah ada angin yang menyentuhnya. Se Yeon terbangun dan langsung memanggil Min. Dia menyapu pandangannya dan melihat bola abyss tergeletak di meja.


Dong Cheol dan Mi Do masuk menanyakan keadaan Se Yeon. Se Yeon tidak menjawab dan menanyakan keberadaan Min.

Mi Do terlihat sedih. Dong Cheol yang menjawab. "Seolah dia sudah tahu. Kurasa dia mempersiapkan situasi seperti ini."


Dong Cheol meletakkan ponselnya dan memperdengarkan rekaman suara Min.


"Detektif Park. Aku membawa Se Yeon ke rumah liburanku. Jika tidak bisa menghubungiku, segera pindahkan dia ke tempat aman. Mungkin aku akan tiada saat kamu sampai," ucap Min di dalam mobil sambil menyetir. Terlihat Se Yeon tidak sadarkan diri disampingnya. "



Jika aku harus membayar karena memakai abyss, itu hal yang harus kulalui. Tapi ini belum terjadi. Jadi aku masih berharap. Akan ku selamatkan Se Yeon dan mencari cara lain untuk bersamanya lagi. Aku pasti akan kembali."

Dong Cheol bilang dia pergi ke rumah liburan setelah mendengar itu. Saat tiba, Se Yeon sudah pingsan. Tidak ada jejak Min. Dia tidak tahu apa yang terjadi.

Se Yeon hanya bisa diam dalam kesedihan.


Nyonya Eom dan bibi memasang sprei baru di kamar Min. Bibi memuji spreinya cantik. Nyonya Eom bangga karena seleranya bagus.

Bibi membenarkan. "Warnanya indah sekali. Siapapun akan tahu ini kamar pengantin baru." Bibi tertawa kecil sambil menutup mulutnya.

Nyonya Eom menyangkal kalau itu untuk Mi Do (Se Yeon). Dia harus beli selimut baru untuk Min! "Astaga. Apa yang kamu pikirkan?" Tapi mau tidak mau Nyonya Eom ikut tersenyum juga.


Tiba-tiba Pak Kim masuk dengan wajah panik. "Bu. Pak Cha menghilang." Kontan bibi dan Nyonya Eom kaget.


Beberapa saat kemudian, bibi memberikan obat pada Nyonya Eom.yang duduk di ruang kerjanya. Nyonya Eom menerimanya dengan tangan bergetar lalu memakannya. Dia menyuruh Pak Kim mengatakan pada semua orang kalau dia mengirim Min ke perjalanan bisnis panjang di luar negeri. Pastikan para pemegang saham tidak memberontak. Pak Kim mengiyakan.

"Min pernah mengalami yang lebih buruk. Dia dituduh sebagai pembunuh. Orang membicarakan mayatnya yang muncul dan mengucapkan omong kosong. Tapi dia kembali utuh."

Bibi manggut-manggut. Meski tampak kalut, tapi Nyonya Eom berusaha yakin Min akan kembali lagi dengan utuh seperti saat itu.

"Ya tentu saja," sahut bibi.

"Jadi Nona Park (bibi)...."

Bibi sigap mendekat. "Ya Bu. Ada yang bisa ku bantu? Apa saja," ucapnya dengan antusias.

"Tolong memasak!"

Doenggggg!!!

"Aku tak mau jatuh seperti ini. Sebagai ibunya aku harus kuat. Kalian juga harus sadar! Di saat seperti ini kita harus tetap kuat dan fokus. Bawakan makanannya!!"

Bibi dan Pak Kim buru-buru keluar. Nyonya Eom menarik nafas pendek dan berat.


Mi Do dan Se Yeon datang ke Pengadilan Distrik Pusat Seoul. Se Yeon ingin menyaksikan sendiri Se Ji Wook jatuh.


Ji Wook di bawa masuk oleh petugas ke ruang sidang. Dia menatap Se Yeon yang duduk di bangku hadirin bersama Hee Jin dan Mi Do.

Semuanya berdiri saat hakim masuk. Hanya Ji Wook yang tetap duduk di tempatnya.


Hakim mempersilahkan semuanya duduk kembali lalu meminta jaksa penuntut membacakan tuntutannya.


"Pada tanggal 7 Mei, terdakwa, Seo Ji Wook, membantu dan bekerja sama dalam pembunuhan Ko Se Yeon oleh pembunuh berantai Eomsandong, Oh Yeong Cheol di rumah korban yang berlokasi di Chungdangdong, Seodo gu. Dia menyebabkan pukulan fatal pada korban yang masih hidup dan menyembunyikan bukti pidananya. Lalu dia menyalahgunakan kuasanya sebagai jaksa dan memanipulasi bukti dan saksi untuk mengalihkan investigasi. Dia juga menuduh Choi Ki Hoon melakukan pembunuhan. Lalu Choi Ki Hoon dibunuh dan menjadikannya seolah bunuh diri. Saya ingin memanggil Park Dong Cheol, detektif kasus ini sebagai saksi."


Dong Cheol pun maju dan duduk di bangku saksi. Dia menyatakan telah menemukan pesan buhuh diri di mobil Choi Ki Hoon. Di penyelidikan awal, dinyatakan itu memang tulisan tangan korban. Namun petugas mulai curiga saar menemukan jurnal korban yang di rusak.

Pengacara Ji Wook menginterupsi. Dia bilang hal itu tidak bisa dijadikan bukti kalau Ji Wook membunuh Choi Ki Hoon. Jaksa angkat bicara mengatakan kalau saksi belum selesai dengan pernyataannya. Hakim meminta Dong Cheol melanjutkan.

Dong Cheol berkata dihari penangkapan Ji Wook, petugas berhasil menangkap sindikat yang menyediakan senjata api ilegal untuk terdakwa. Pada buku besar yang mereka sita, ditemukan berkas ponsel prabayar yang mereka temukan di tkp pembunuhan Choi Ki Hoon.

Hakim menanyai jaksa dan pengacara apa ada pertanyaan tambahan untuk saksi. Keduanya bilang tidak. Hakim pun meminta jaksa penuntut membacakan permohonan hukuman terdakwa.

Jaksa pun berdiri. "Terdakwa melakukan tidak pidana keji. Bekerja sama dengan pembunuh bayaran dan membunuh rekannya dengan cara brutal.  Terdakwa terus menyanggah keterlibatannya dan membunuh korban lain tanpa penyesalan hanya untuk menutupi kejahatannya. Saya percaya kita harus mengisolasinya dari masyarakat sebagai tindakan pencegahan untuk semua pegawai hukum."


"Maka berdasarkan pasal 250, 155, dan 147 Undang Undang Tindakan Kriminal,  dia bersalah atas pembunuhan, perusakan bukti, kabur meninggalkan mayat, dan meninggalkan kewajiban. Maka dari itu, saya mwminta terdakwa di hujum mati.


Awalnya Ji Wook diam.  Tapi kemudian dia tampak tidak terima. "Hentikan." Ji Wook menggebrak meja. "Omong kosong!! Ko Se Yeon belum mati." Petugas langsung menghampiri Ji Wook yang terus membicarakan Se Yeon yang belum mati dan hidup kembali dan menatap Se Yeon. Tentu saja tidak ada yang mempercayainya. Petugas menggiringnya keluar.


Di luar, Ji Wook disambut banyak wartawan yang memberondonginya dengan berbagai pertanyaan namun tak satupun yang dijawab. Ji Wook naik ke mobil tahanan. Tak jauh dari sana, tampak Hakim Seo yang berdiri memperhatikan. Ji Wook yang melihatnya, memanggil-manggilnya 'ayah' dan bilang kalau ayahnya tahu dia tidak bersalah.


Se Yeon duduk diluar pengadilan di temani Mi Do dan Dong Cheol. Dong Cheol berusaha menenangkan Se Yeon. Dia paham Se Yeon sangat kecewa. Tapi Min kan janji akan kembali. Jadi Se Yeon harus kuat dan menunggunya.

Mi Do membenarkan. Mereka semua tahu Min bukan pria biasa. Maksudnya, Min memghidupkan Se Yeon dua kali menggunakan abyss. Dia pasti akan menemukan cara kembali. "Mari percaya padanya dan tunggu dia bersama. Dan saat dia kembali, kalian akan bahagia selamanya seperti pasangan biasa lainnya seperti keinginanmu. Saat ini, fokus saja untuk mewujudkannya. Percaya padanya dan hidup dengan maksimal adalah hal terbaik yang bisa kamu lakukan sekarang.

Se Yeon yang sedari tadi wajahnya murung, hanya mengangguk.

Dong Cheol kembali bicara. "Aku sudah memikirkannya. Kurasa ada hal yang harus kamu lakukan lebih dahulu.


Beberapa waktu kemudian, ketiganya mendatangi restoran keluarga Se Yeon dengan membawa hasil laporan kecocokan DNA. Melihat laporan itu dan setelah menanyai Se Yeon, ibu langsung percaya. Tapi tidak dengan ayah.

"Aku mengubur dan mengadakan pemakamannya sendiri. Kamu sungguh mengira kami akan percaya?"

"Aku tahu akan berat bagimu untuk percaya, Ayah. Tapi aku bisa buktikan. Aku tampak seperti orang berbeda, tapi aku sungguh putrimu Ko Se Yeon.

Dong Cheol angkat bicara. Dia bilang sudah memeriksa dan memastikannya. "Dia memang Jaksa Ko Se Yeon."

Ibu tak sanggup membendung airmatanya. Kenapa Se Yeon tidak bilang dari awal? Kenapa?


Se Yeon minta maaf karena tidak bisa memberitahu dari awal. Dia pun menitikkan airmata. Ibu langsung mendekatinya dan memeluknya. Mereka menangis haru bersama. Sementara Ayah hanya memandangi mereka.

***

Nyonya Eom sakit dan terbaring pingsan di tempat tidur. Dokter datang memeriksanya dan memasang infus.


Bibi  yang mendapat pesan teks dari Se Yeon, keluar untuk menjemput Se Yeon dan mengantarnya ke kamar Nyonya Eom.

"Katanya dia akan baik-baik saja karena sudah pernah mengalaminya. Dia bahkan makan banyak. Katanya dia harus kuat sebagai ibu. Tapi akhirnya dia pingsan. Kamu sungguh tidak bisa menghubungi Min? Terakhir kali dia menghilang, kamu bisa menghubunginya."

Se Yeon menggeleng. Bibi berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Saat kejadian terakhir kali Mi  kembali dengan utuh. Kali inipun pasti sama. "Kamu tahu tidak ada kabar berarti kabar baik kan?"

Se Yeon membenarkan. Dia meminta bibi mengabarinya kalau Nyonya Eom bangun. Dia ingin datang dan melihat keadaannya. "Juga.... bolehkan aku ke kamar Min sebelum pergi?"

"Ya. Tentu saja."


Se Yeon masuk ke kamar rahasia. Dia memandangi foto-foto masa kecil Min. Dia lalu mengambil mp3 yang tergeletak di meja dan memakai headsetnya. Se Yeon menyentuh kotak love pemberiannya. Pandangan menjelajahi seisi ruangan itu. Dia melihat komik-komik berserakan di lantai. Komik yang biasanya dia baca bersama Min.


Se Yeon teringat saat pertama kali masuk ke ruangan itu dia berkomentar kalau kotak berwarna love pink itu tidak cocok dengan ruangan itu. Min mengingatkannya kalau kotak itu pemberian Se Yeon saat valentine dulu di tahun ke dua SMA. Katanya Se Yeon dapat banyak coklat dan memberikannya padanya. Dia juga ingat, disana dia mendengarkan musik bersama Min yang membaca komik. Lalu di sana juga, Min pernah hendak menciumnya di belakang pintu.


Se Yeon menghapus airmatanya. "Tidak. Jangan menangis. Se Yeon jangan menangis. Kamu janji untuk percaya sepenuh hati. Jangan menangis."


Se Yeon keluar saat mendengar bibi memanggilnya. Bibi menunjukkan ponsel milik Min. Katanya polisi sudah memeriksanya tapi tidak menemukan sesuatu yang menunjukkan keberadaannya. Tapi Se Yeon...."

Se Yeon tertegun bibi memanggilnya Se Yeon. Bibi langsung memperbaiki ucapannya. "Maksudku.... Nona Lee. Kurasa kamu perlu menyimpannya." Bibi meletakkan ponsel Min ditangan Se Yeon.

***

Se Yeon kembali ke apartemennya sambil teleponan dengan ibunya. Ibunya mengingatkannya agar tidak lupa makan dan jangan menangis.


Setelah selesai berbincang dengan ibunya, Se Yeon membuka tasnya dan heran melihat bola abyss ada di dalamnya. Seingatnya dia meninggalkannya di kamar Min. "Mungkin ini mengikuti pemiliknya." Se Yeon melempar abyss ke sofa. (Jadi kan harusnya menurut peraturan abyss, jika pemilik abyss mati, maka bola abyss jadi milik orang yang dihidupkan selanjutnya. Orang yang dihidupkan selanjutnya kan Oh Yeong Cheol. Karena dia udah metong, jadi Se Yeon pikir pemilik abyss itu ya dia)


Se Yeon membuka ponsel Min. Dia tersenyum melihat foto-fotonya bersama Min di taman. Tak pelak airmatanya menetes. Se Yeon agak kaget melihat fotonya yang tertidur di sofa dengan mulut ternganga .

"Ha? Kapan dia mengambilnya? Astaga Min."


Se Yeon menemukan video rekaman ayahnya yang direkam Min saat ayah Se Yeon sedang memancing di rumah liburan.

"Apa yang bisa di benci? Tidak ada yang sepertimu. Kamu sangat mencintai Se Yeon. Kamu pandai bekerja. Kamu dari keluarga terhormat dan baik hati. Kamu tidak terlalu tampan. Tapi itu hanya bagian kecil. Biar kukatakan antar sesama pria. Kamu pria yang baik."

Ayah menoleh dan melihat Min merekamnya. "Kamu sedang apa?" 

Se Yeon tertawa kecil melihat rekaman itu.

"Anda tidak pernah memujiku. Aku senang hingga ingin merekamnya."

"Hei! Singkirkan itu."

"Ayolah! Ayah bisa teruskan?"



Giliran Min yang menghadap kamera. "Se Yeon. Kamu dengar itu? Ayahmu merestuiku. Pernikahan kita akan terwujud jika kamu menerimanya. Jadi jangan pikir membuatku menunggu dan pakai saja cincin itu. Paham? Jika ayahmu tiba-tiba berubah pikiran, akan kutunjukkan ini. Aku sangat mencintaimu Se Yeon." Min dadah-dadah. 



Se Yeon tak kuasa menangis begitu rekaman itu selesai. Dia mengulangi rekaman saat Min mengatakan sangat mencintai Se Yeon. Tangis Se Yeon semakin menjadi.


Tiba-tiba Mi Do datang bersama Dong Cheol. Melihat Se Yeon menangis, Mi Do langsung duduk di depan Se Yeon dan tanya ada apa.

"Aku sangat merindukan Min," aku Se Yeon. "Aku tak bisa hidup tanpanya." (Se Yeon nangisnya sedih banget)


Mi Do ikut sedih. Dia memeluk Se Yeon. Se Yeon menangis di pundaknya. "Aku sungguh tidak bisa. Aku harus bagaimana? Kurasa aku tidak bisa."

Dong Cheol pergi. Mungkin dia ingin memberikan waktu bagi dua wanita itu.

Bersambung ke Abyss episode 16 part 2

1 komentar

aku tuh gak sukak diginiin. mendingan bacanya pas siang2 aja biar ga melo. whuuuuaaaaa....


EmoticonEmoticon