Hotel Del Luna Episode 1 Part 1

Hotel Del Luna
Episode 1 Part 1


Sumber konten dan gambar : TVN



Matahari sore bersinar jingga. Seorang wanita berkerudung (IU) menuntun seekor kuda yang menarik gerobak dengan peti di atasnya. Dia berjalan di jalan sempit yang di apit padang ilalang yang amat luas.  (Jadi ingat ending The Crowned Clown)

Kerudung wanita itu terbang terbawa angin. Wanita itu mendongak ke atas menatap kerudungnya yang melayang.


Beberapa prajurit menemukan kerudung wanita tadi yang tersangkut di ranting pohon. Mereka  pergi membelah jalan. Tampak seekor rajawali terbang di atasnya.

Rajawali itu terus terbang menembus cakrawala hingga malam menjelang. Matahari tenggelam tersapu malam. Sebuah tenda berdiri di tengah kesunyian.


Wanita berkerudung tadi duduk di bawah tenda itu. Seorang nenek menyambutnya dan bertanya dari mana asal wanita berkerudung. Disana adalah satu-satunya tempat dimana dia bisa mendapatkan minum.

"Apa kamu dari Muzu? Kamu tidak terlihat seperti Georan. Atau kamu dari Malgal? Ya ampun. Aku lihat kamu punya pedang. Apa kamu seorang prajurit?"

Wanita berkerudung tidak menjawab. Dia menenggak minumannya lalu berkata dengan dingin kalau rasa anggurnya mengerikan dan si nenek sangat cerewet.


Wanita berkerudung mengambil guci anggur lalu menuangkannya di atas peti yang dia bawa. Pandangannya tampak nanar.

Si nenek menghampirinya. Apa seseorang mati? Atau dia habis membunuh seseorang? "Hanya ada dua tipe orang yang melewati tempat ini bahkan di cuaca yang mengerikan ini. Entah orang yang membunuh seseorang, atau orang yang akan mati."

Wanita berkerudung menyahut dengan kasar. "Anda sudah hidup sangat lama bahkan dengan mulut Anda yang tidak berguna dan bermulut besar. Haruskah aku memotong lidahmu sehingga kamu bisa hidup dengan aman dalam waktu yang lama?"


"Lidah tuaku ini mungkin memang tidak bisa merasakan anggur dengan baik. Tapi aku tahu bagaimana mengatakan sesuatu yang bisa membantu. Sepertinya kamu sudah berkeliaran untuk waktu yang sangat lama. Kamu mau pergi kemana?"


"Aku sedang mencari penginapan. Aku dengar ada sebuah penginapan di hutan belantara untuk menghibur jiwa-jiwa yang sudah mati."

Nenek menduga kalau wanita berkerudung pasti mencari Penginapan Bulan. Wanita berkerudung tanya apa nenek tahu dimana tempatnya? Dari yang nenek dengar, penginapan itu masih berkeliaran di kehidupan ini.

"Kamu tidak bisa pergi kesana. Hanya orang yang sudah mati yang bisa kesana." Nenek memandang ke belakang wanita berkerudung. "Sama seperti orang-orang yang berdiri disana."

Tampak banyak arwah prajurit yang berdiri tidak jauh di belakang wanita berkerudung. Nenek bertanya berapa banyak kekacauan yang dia bawa di dalam peti mati itu.


Wanita berkerudung hanya melirik ke samping. Dia bilang, mereka adalah orang-orang yang berakhir mati karena dirinya.

"Dan siapa lagi yang kau bunuh untuk mereka yang akhirnya mati?" Tanya nenek.

Wanita berkerudung mengeluarkan pedangnya dan mengarahkannya ke leher nenek. "Tutup mulutmu! Cukup katakan padaku bagaimana aku bisa pergi kesana!"


Nenek membaca tulisan di pedang itu. "Bulan purnama? Itu adalah bulan yang dipenuhi sangat banyak dendam."


"Katakan!! Aku hanya mencoba bertanggungjawab untuk mereka yang sudah aku bunuh."

Nenek menjawab dengan sinis. "Kamu bahkan tidak bisa bertanggung jawab terhadap dirimu sendiri. Kamu tidak punya kemampuan untuk menjaga kehidupan orang lain."

"Aku sudah bilang padamu, aku akan memotong lidahmu kalau kamu masih tetap mengatakan sesuatu yang tidak perlu. Cukup katakan bagaimana aku bisa kesana. Jika tempat itu hanya bisa ditemukan oleh orang mati,,,,"


Wanita berkerudung menempatkan pedang ke lehernya. "Aku bahkan rela membunuh diriku sendiri."

"Jiwa yang menyedihkan. Kamu pikir kamu bisa mengkompensasi semuanya dengan mengorbankan hidupmu? Itu hanya keinginan yang sia-sia."

"Ini adalah satu-satunya yang tersisa yang bisa aku berikan." Tampak darah dari leher wanita nerkerudung akibat goresan pedang."

Nenek mengatakan kalau Penginapan Bulan adalah tempat dimana jiwa-jiwa yang sudah mati berkumpul bersama. Jiwa-jiwa yang mati yang berkeliaran berakhir dengan kehendaknya sendiri."


Tiba-tiba terdengar derap langkah kuda. Wanita berkerudung menoleh ke belakang. Ada banyak prajurit berkuda menuju ke arahnya. Wanita berkerudung maju. Dia siap dengan pedangnya. Matanya menatap tajam ke depan. Tapi begitu para prajurit mendekat, mereka semua lenyap tak berbekas. Wanita berkerudung tertegun di tempatnya.

Terdengar suara si nenek. Mereka hanya orang-orang yang sudah kamu bunuh.


Seketika ingatan wanita berkerudung melayang ke saat dia bertempur dengan para prajurit itu. Meski dia wanita, meski dia sendirian, tapi dia mampu mengalahkan semua prajurit. Wanita berkerudung memungut selendang yang penuh darah. Dia menatap selendang itu.


Dan selendang itu kini ada di genggamannya. Wanita berkerudung mengedarkan pandangannya. Apa ini tempatnya? Apa aku membunuh semua orang? Apa aku me jadi jiwa yang jahat? Dan datang ke Penginapan Bulan dengan kedua kakiku sendiri?

Suara nenek : Sombong dan bodoh! Kamu adalah manusia menyedihkan yang telah jatuh ke dalam iba pada diri sendiri. Karena kamu sudah menemukan tempat untuk membayar dosamu dengan kedua kakimu sendiri, maka sekarang bayarlah dosa-dosamu!


Wanita berkerudung merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Dia berbalik dan melayangkan pedangnya. Tapi ternyata bukan manusia yang datang. Tapi sebuah pohon yang kering tanpa daun.

Pedang wanita itu menancap di pohon. Tampak darah di pedangnya. Lalu terlihat kilasan-kilasan masa lalu si wanita.


Seorang pria menyingkap kerudung si wanita. Lalu tampak wanita berkerudung tersenyum sambil melambai pada pria tadi. Kejadian berikutnya, si wanita tanpa sengaja melihat sesuatu. Kemudian, entah bagaimana, wanita berkerudung bertarung dengan si pria. Dia mengarahkan pisau ke si pria.



Wanita berkerudung menatap pedangnya. Dia mencoba mencabut pedangnya namun pedang itu malah masuk semakin dalam ke dalam pohon. Pohon itu tiba-tiba membesar dan semakin tinggi.


Wanita berkerudung mendongak ke langit. Bulan purnama di atas sana. Selendang di genggaman wanita itu terbang terbawa angin kencang. Tiba-tiba benda-benda beterbangan. Secara ajaib, di depan wanita, terbentuklah Penginapan Bulan.

Dari kejauhan, si nenek memperhatikan. Penginapan Bulan yang menjadi tempat berlindung orang mati, telah menemukan pemilik yang baru. Nenek membuka peti mati. Sepertinya isinya adalah barang-barang peninggalan prajurit yang terbunuh oleh wanita berkerudung.


"Kenapa kamu tidak pergi denganku saja ke sebuah tempat yang nyaman?"

Si nenek menarik gerobak yang berisi peti mati. Banyak kunang-kunang terbang menyertainya. Sementara bulan purnama, bertengger di langit dengan angkuhnya.

****

Hotel Del Luna Episode 1

Tahun 1998



Seorang pria (Oh Ji Ho) duduk di pinggiran sungai Han bersama anak laki-lakinya.

"Nak. Ini adalah hari ulangtahunmu. Dan ayah tidak bisa membelikanmu jjajangmyeon."

Si anak tersenyum penuh pengertian. Dia bilang tidak apa karena dia tidak lapar.


Seseorang lewat di depan mereka dan menjatuhkan uangnya. Ayah sengaja menginjak uang itu. "Ayo kita beli jjajangmyeon dengan ini."


Si anak menggeleng. Dia menyingkirkan kaki ayahnya dan mengambil uang itu lalu mengembalikannya pada sang pemilik. Ayah berteriak mencegah tapi tak dipedulikan.

Seorang nenek dengan bunga di tangannya menghampirinya. Wajahnya mirip nenek yang bersama wanita berkerudung. Dia memuji si anak sebagai anak yang baik.

"Kamu punya dahi yang lebar dan mata yang berbinar. Kamu punya wajah yang sangat baik (beruntung). Ini hari ulangtahunmu? Katakan padaku tahun dan jam saat kamu lahir."

Ayah yang terlihat tidak suka langsung menghampiri mereka. Dia tidak mau beli bunga jadi si nenek disuruhnya pergi saja.


"Sayang. Tahun-tahun awalmu tidak menguntungkan karena kamu lahir dari seorang ayah seperti dia," cibir si nenek. "Tapi ini bukan hubungan yang buruk. Memiliki kehidupan yang sulit sejak dini berarti kamu dibersihkan untuk bernasib baik. Kamu mencuci dirimu dari nasib buruk."

Lagi-lagi ayah tidak senang. Apa? Nasib buruk? Bagaimana bisa nenek mengatakan sampah semacam itu hanya untuk menjual bunga pada seorang anak? "Nak! Tunggulah! Ayah akan menghasilkan banyak uang dan membelikanmu hadiah ulangtahun."


"Hadiah?"

Nenek menyahut lagi. "Bunga adalah untuk ulangtahun."

Ayah menegaskan kalau dia tidak mau beli bunga. Si anak bilang kalau bunga bagus juga kok. Ayah bisa memetiknya sendiri untuknya daripada membelinya. "Jadi, jangan melakukan hal berbahaya hanya untuk menghasilkan uang."


Nenek tampak terharu mendengarnya. Ayah juga. "Kamu terlalu muda untuk mencemaskan hal seperti itu."


Tiba-tiba terdengar sirine mobil polisi. Di sudut lain sungai Han, sedang dilakukan pencarian.


Arwah seorang wanita keluar dari dalam air.  Tak lama kemudian, jasadnya ditemukan . Arwah wanita itu menatap jasadnya yang digotong petugas. Dia lalu menatap seorang pria yang agak botak yang menonton dari balik garis polisi.


Wanita itu tampak sedih. Dia lalu mendongak menatap bulan purnama yang sedang bersinar. Tiba-tiba air dibawahnya tampak bergerak melingkarinya.


Seorang wanita berambut panjang dengan gaun berwarna emas berjalan dengan sepatu hak tinggi memasuki sebuah ruangan yang megah. Tampak berjejer foto-fotonya yang seolah telah menjelajah waktu (maksudnya foto jadul dari jaman baheula ke masa kini).


Wanita itu melangkah ke ruangan berikutnya. Dia menatap ke luar jendela. Ke arah purnama yang bulat bercahaya. Dialah Jang Man Wol, si wanita berkerudung.

Bersambung ke Hotel Del Luna episode 1 part 2



3 komentar

ini nih yang kutunggu tunggu... Baru lihat trailer2nya dah penasaran. Mbak IU disini cuantik bgt deh..


EmoticonEmoticon