Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 1 Part 1

Rookie Historian Goo Hae Ryung
Episode 1 Part 1


Sumber konten dan gambar : MBC


Awal Abad ke-19, Hanyang Joseon. Lonceng berdentang di malam hari.


Di pasar, tampak ramai oleh wanita-wanita yang memilih aksesoris. Lalu terdengar seorang pria berkata, "Semuanya, dengarkanlah novel roman ini! Asmara Sinar Rwmbulan oleh Maehwa!"

Para wanita berbondong-bondong menuju tempat dibacakannya novel roman.


"Dalam genggaman Tuan Kim, ada seikat bunga magnolia. Cha Gyeong hanya bisa tersentak kaget. Astaga!"

Para pendengar berseru kagum.


Di tempat lain, yaitu di suatu ruangan di istana, salah satu dayang sedang membacakan novel yang sama untuk dayang lainnya.

"Tuan Kim! Magnolia takkan mekar sebulan lagi. Salahkah aku? Tanya Ja Gyeong. Lalu Tuan Kim memnjawab dengan berseri-seri."

Para dayang yang mendengarkan tampak ikut tersipu.


Dan dapur istana pun, seorang wanita sedang membaca roman yang sama untuk teman-temannya.

"Aku bawa ini dari Jeju do. Aku ingin kamu menjadi orang yang pertama melihatnya. Lalu Tuan Kim mendekati Ja Gyeong."

Lanjut ke pasar.

"Ja Gyeong menutup matanya. Jantungnya serasa mau meledak. Lalu saat bibir mereka hampir bertemu, saat itu juga....."


Para pendengar antusias menantikan kelanjutan novelnya. Pria yang membacakan novel itu menggeser sebuah nampan dengan kakinya.


Lalu pria lain mengambilnya dan menyodorkannya ke para penonton. Mereka memasukkan uang ke nampan itu. Setelah itu, si pria kembali melanjutkan bacaannya.

"Ja Gyeong gemetaran. Kaki tangannya....."


Di saat hampir semua wanita sibuk mendengarkan Novel Asmara Rembulan, seorang wanita, Goo Hae Ryung (Shin Se Kyung) justru sedang membaca buku Penderitaan Pemuda Wether di depan para wanita bangsawan.

"Kaki tangannya menjadi lumpuh. Pelurunya menembus mata kanan Werther. Dan menembus otaknya."


Para pendengarnya tampak ngeri mendengarnya. Bahkan seorang wanita mengurungkan niatnya untuk makan.


Hae Ryung memperagakan seolah menembak kepalanya sendiri. Dia membaca engan penuh penghayatn. "Otaknya menyembur ke semua tempat. Saat pembuluh darahnya putus, darahpun menyembur. Tapi semuanya sia-sia. Dia masih bernafas. Dari darah di bangkunya, tampaknya Werther menarik pelatuk saat duduk di mejanya."

Seorang wanita berbaju hijau angkat bicara. "Tunggu! Seperti itukah Werther mati? Dia mati bujangan?"


Wanita berbaju ungu, yang tadi tidak jadi makan menyahut. "Wanita bangsawan tidak boleh bersikap tak sabar. Itu cobaan yang dia lewati agar bertemu kekasih sejatinya. Bagaimana kalau kau langsung saja bacakan bagian malam pernikahannya?"


Yang lainnya mengangguk penuh harap. Tapi Hae Ryung bilang, itulah akhirnya. Berakhir dengan kematian Werther.

"Dia menembak kepalanya sendiri. Bagaimana bisa dia selamat? Dia juga tak bisa menjahit otaknya," jelas Hae Ryung.

Wanita baju hijau bicara lagi. "Apa? Kau membacakan cerita yang pasangannya tidak bersatu?"

Wanita lain menyahut. "Kau bilang novel itu dari barat. Aku berharap ada adwgan panas. Maksudku, setidaknya berakhir berbeda. Harus ada sesuatu yang tak pernah kita lihat diJoseon." Yang lain mengangguk setuju.

Hae Ryung bilang novel itu memang berbeda. Werther yang muda dan bodoh merusak hidupnya sendiri karena perasaan sekejapnya mengajarkan kita untuk tak menjadi seperti itu. "Hah! Darimana lagi kita bisa mendapat pelajaran yang berharga?"

Para wanita geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa Hae Ryung menyebut itu sebagai novel roman?

Hae Ryung menyangkal kalau dia pernah menyebut itu novel roman. "Ini kisah pria yang mendedikasikan jiwa dan raganya."

"Aku paham bagian jiwanya. Tapi kapan dia dedikasikan raganya?" (HAHA)

"Kamu baru saja dengar. Lewat kematiannya," jawab Hae Ryung polos.

"Jadi maksudmu 'jiwa dan raga' adalah pria yang bunuh diri karena dimabuk cinta?"

Hae Ryung mengangguk mantap. Itulah bagian terpentingnya. Dibandingkan novel roman lain, ini sangat berbeda.


Wanita-wanita disana jelas kesal. Si baju ungu yang sedari tadi terdengar lembut tutur katanya pun akhirnya naik pitam. Dia berteriak memanggil pelayannya.


Hae Ryung ditarik keluar. Tapi dia minta dilepaskan. "Nyonya! Kau boleh mengusirku. Tapi bayar aku dulu. Bayar jasaku."


"Kau mau dibayar karena bacakan novel jelek? Pergi!" Ucap si baju ungu lalu melempar buku Hae Ryung.

Hae Ryung jelas tidak terima. Dia membaca selama dua pekan sampai suaranya hampir hilang. "Teganya kau lakukan ini?!"

"Beraninya orang rendahan melawan bangsawan setelah menipu mereka? Haruskah ku berikan hukuman agar membuatmu sadar?"


Para wanita masuk ke dalam. Hae Ryung hanya bisa memegangi keningnya. Lalu dia memungut bukunya dan membersihkannya.

Hae Ryung melihat sebuah ruangan. Dia sepertinya punya ide. Diam-diam dia mendekati ruangan itu. Terdengar suara seorang pria yang sedang membaca di dalamnya.

"Nyonya! Aku pembaca bukumu. Maaf soal kemarin. Seharusnya aku lebih bijak."


Hae Ryung membuka bungkusan buku yang dia bawa. "Aku bawakan buku yang kau minta. Jadi tolong maafkan aku." Hae Ryung melihat bayangan pria di dalam. Sepertinya pria itu mau keluar. "Aku akan melihat-lihat koleksi di toko penyewaan buku. Aku akan mencari sebanyak mungkin buku beradegan panas dan ero*is." Hae Ryung buru-buru pergi.


Seorang pria berkacamata keluar dari dalam. Sepertinya dia suami si wanita baju ungu. Dia langsung marah melihat novel-novel ero*is yang tergeletak di lantai. Pria itu berteriak emosi memanggil istrinya.


Hae Ryung yang mengintip dari luar, tersenyum puas.

***

Di istana yang tampak sepi, Kasim Heo memergoki kasim lain yang sedang bermesraan dengan seorang dayang istana.


Sontak kasim Heo  itu marah-marah. Beraninya seorang kasim dan dayang bermain-main sementara Yang Mulia ada di dekat sana?!

"Kalian paham ini bisa pertaruhkan nyawa kalian?"

Si kasim membela si dayang. "Dia tidak melakukan apa-apa. Aku yang menyeretnya. Ini salahku Tuan."

Si dayang membela si kasim. Ini semua salahnya. Dia yang mengajak ketemuan. Dia yang merencanakan karena rasa sukanya padanya. "Hukum aku saja!!"


Eh si pangeran Lee Rim (Cha Eun Woo) datang. "Kalian jatuh cinta?" Tanyanya dengan senyum di wajanya. Lee Rim mendekat. Dia bertanya apa mereka benar-benar saling menyukai. Rela bertaruh nyawa demi melindungi yang lain.

"Siapa Anda? Kenapa menanyakan..."

Kasim Heo membentak menyuruhnya menjawab saja.

Si dayang, Hong Yeon, mengakui kalau dia sangat jatuh cinta. Dia sangat mencintai si kasim sampai dia rela mengorbankan nyawanya. Si kasim terharu dan memegang tangannya.

Lee Rim mengambil buku dan penanya siap untuk menulis. "Ceritakan awal mulanya. Ceritakan hari kalian bertemu kali pertama. Saat kalian sadar saling suka. Dan saat kalian berpegangan tangan. Ceritakan cara kalian jatuh cinta. Aku mau tahu semuanya." Lee Rim terlihat antusias.

Si kasim akhirnya menceritakan kisah cintanya.


Beberapa saat kemudian. Kasim Heo tertawa dan mengucapkan selamat karena Lee Rim berhasil mendapatkan informasi berharga kali ini. Dia protes kenapa Lee Rim sulit sekali memujinya. Dia sudah bekerja keras untuk menamgkap basah mereka. Dia bahkan hampir dipukuli oleh Dayang Istana Choi saat menyelinap ke asrama wanita. Dia juga menyuap teman kasim Kim (kasim yang kepergok) agar mau bicara.

Lee Rim menyuruh kasim Heo untuk mengusir Kasim Kim dan Hong Yeon dari istana. Perasaan cinta seperti mereka diangap dosa di sana. Sayang sekali jika hidup dibebani oleh hal itu seumur hidup.

Kasim Heo, yang dipanggil Lee Rim sebagai Sam Bo, tertawa lagi. Dia juga sebenarnya mau mencari alasan untuk mengusir mereka agar mereka bisa bermesraan dan hidup bahagia.


Lee Rim tanya apa Sam Bo pernah begitu jatuh cinta pada seseorang?

"Maksudmu seorang kasim tidak bisa dianggap sebagai pria?" Tanya Sambo kesal.


"Lihat! Kau emosi lagi. Aku tanya karena penasaran."

Lagi-lagi Sam Bo tertawa. Dia cerita kalau dulu dia sering membayangkan berbagai hal di kepalanya kapanpun seorang wanita menatapnya. Dia menyarankan Lee Rim untuk membuat novel berdasarkan kisahnya. Judulnya bisa 'Kasim Heo dan tiga ribu wanitanya'. Protagonisnya, pria terjantan sepanjang masa, Heo Sam Bo.

Lee Rim berjalan meninggalkan Kasim Heo. Kasim Heo lagi-lagi tertawa.

Bersambung ke Rookie Historian Goo Hae Ryung episode 1 part 2


EmoticonEmoticon