Rookie Historian Goo Hae Ryung
Episode 1 Part 2
Sumber konten dan gambar : MBC
Hae Ryung tidur dengan buku di atas dadanya. Di kamarnya, tampak buku-buku berserakan di lantai. Pelayannya masuk membawa baskom air dan membangunkannya karena Hae Ryung sudah terlambat.
Hae Ryung menutupi telinganya. Dia mengeluh masih pagi sekali jadi biarkan dia tidur lagi.
"Apa katamu? Sudah lewat pukul 9!" Si pelayan menarik Hae Ryung untuj bangun.
Hae Ryung kaget sudah jam 9. Dia mengambil jam wekernya. Kenapa itu tidak berbunyi. Pelayannya bilang rongsokan itu selalu saja rusak.
"Jika aku jadi kau, lebih baik aku mengandalkan ayam jantan tetangga." Si pelayan menggulung lengan baju Hae Ryung. "Kenapa juga membacakan buku setiap malam. Buang-buang waktu saja. Sebab itulah kau selalu ketiduran."
Hae Ryung membela diri. Itu bukan buang-buang waktu. Dia di bayar untuk membacakan buku menarik dan membahasnya. Tak ada yang lebih baik.
Pelayannya tertawa. Dia menyindir kalau pekerjaan itu sangat fantastik. Sampai membuatnya di usir para bangsawan karena Hae Ryung membuat mereka kesal. Mereka menghina Hae Ryung dan bahkan tidak membayarnya.
Hae Ryung diam saja. Dia merebut kain lap dari tangan pelayannya lalu meletakkannya di lantai. Dia lalu mencuci tangannya di air yang ada di baskom.
Lee Rim mondar mandir di taman sambil memikirkan ide untuk novelnya. Sepertinya dia ingin menggunakan kisah kasim Kim untuk bahan tulisannya. Setelah dapat ide, Lee Rim duduk dan mulai sibuk dengan kuas dan kertasnya.
Sementara di tempat lain, Hae Ryung sepertinya sedang mengikuti kelas pernikahan. Dia saat yang lain sibuk menirukan ucapan sang guru, Hae Ryung malah tertidur. Si guru memukul mejanya dengan tongkat hingga Hae Ryung terbangun.
Berikutnya, saat seharusnya Hae Ryung berjalan jinjit, dia malah berjalan biasa dengan santainya hingga lagi-lagi gurunya memukulkan tongkatnya ke depan kaki Hae Ryung.
Lalu, saat murid lain sibuk menghitung, Hae Ryung malah sibuk menatap keluar dengan menopang dagunya.
Seorang murid yang terlihat muda kesal. Kenapa tidak pelayannya saja yang disuruh mengerjakan. Dia lalu melihat Hae Ryung yang melamum. Dia tersenyum.
"Kenapa tidak tanya Hae Ryung saja? Dia kan yang paling berpengalaman." Yang lain ikut membenarkan. Bertahun-tahun Hae Ryung melajang. Siapa tahu Hae Ryung bisa menghitungnya. Murid lain tertawa.
Sang guru akhirnya menanyai Hae Ryung. Menurut Hae Ryung, kapan hari terbaik untuk mendapatkan bayi laki-laki.
Hae Ryung mulai berpikir dan menghitung. Hanya butuh waktu sebentar. Menurutnya mungkin 23 September. Semuanya langsung melihat ke arahnya.
Guru tanya apa Hae Ryung melihat bagannya? Hae Ryung menyangkal. Dia menghitung sendiri. Gurunya menyuruh Hae Ryung memberitahu caranya bisa mendapatkan jawaban tadi.
Hae Ryung menjawab dengan serius. "Ada dua kondisi untuk mendapatkan anak laki-laki. Pertama, harinya harus ganjil dalam empat hari setelah kapas pakaian dalammu menjadi keemasan. Kedua, kita hitung siklus seksagesimal. Gap dan Eul musim semi, Byeong dan Jeong musim panas, Gyeong dan Shin musim gugur, Im dan Gye musim dingin. 20 September adalah hari Muo di bulan Gyeongsul yang jatuh di tahun Jeongmyo. Ini musim gugur. Jadi kita cari yang jatuh pada gyeong atau shin. Ada dua hari, 22 dan 23 September. Konon anak perempuan terbentuk pada hari genap. Jadi, bukan 22 September. Berarti 23 September. Hari Shinyu, bulan Gyeongsul, tahun Jeongmyo.
Seorang murid berkata, "kau ingin kami percaya kamu menghitung semua itu? Aku yakin dia curang. Coba periksa."
"Bertahun-tahun melajang mengajariku cara menghitung ini."
Eh! Tapi kata guru Hae Ryung salah. Dia meminta Hae Ryung mencoba jawab lagi.
Hae Ryung merasa yakin perhitungannya benar.
"Bukan jawabanmu. Tapi sikap aroganmu yang salah. Wanita berbudi luhur harus sembunyikan bakat dan tak membicarakan hal yang dia ketahui. Kenapa kau selalu ingin memamerkan kecerdasanmu? Kesusastraan puisi menyebutkan bahwa wanita tak boleh melakukan hal yang huruj maupun bagus. Kamu paham?"
Hae Ryung menjawab dengan wajah murung. "Ya."
Malamnya, Hae Ryung menbetulkan jam wekernya. Kakaknya memanggilnya untuk mengajaknya jalan-jalan mencari angin malam. Tapi Hae Ryung yang suasana hatinya sedang buruk tidak mau pergi dan menyuruh kakaknya pergi sendiri saja.
Jae Kyung, kakak Hae Ryung, menunjukkan guci minuman dari celah pintu. "Kamu bisa menolak ini?"
Melihat itu, Hae Ryung langsung tersenyum dan beranjak dari duduknya. Dia dan kakaknya minum-minum di luar.
"Kakak sungguh pengaruh buruk. Minum dengan adik yang sudah lewat umur untuk menikah? Kakak memanjakanku. Sebab itu semua merundungku."
"Siapa yang merundungmu? Biar kakak beri pelajaran."
"Aku enggan ikut pelajaran pernikahan. Aku juga enggan menikah. Batalkan saja semuanya." Hae Ryung menendang-nendangkan kakinya. "Aku sungguh tak sanggup lagi. Aku akan menua dan mati sebagai perawan tua dari Sajjik dong."
"Hae Ryung~a."
"Aku serius. Tak bisakah kita hidup seperti ini saja? Kita bisa membaca seharian. Saat kita melihat benda menarik, kita bawa pulang dan bahas bersama. Dan setiap saat, kita bisa minum bersama."
Hae Ryung menyunggingkan senyumnya. Tidak bisakah dia hidup senang dan bahagia begini?
Jae Kyung menatapnya dengan lembut. "Kau kira pernikahanmu hanya soal dirimu? Saat ada perawan tua di desa, kepala keluarganya akan di hukum. Itulah adat negara ini. Kakak sudah berusaha melindungimu. Tapi suatu saat nanti, akan ada panggilan untukmu ke istana. Pada akhirnya namamu akan masuk daftar orang untuk di nikahkan."
Hae Ryung menghela nafas. "Lalu aku harus menikahi bangsawan kharab di pedesaan atau duda di suatu tempat secepat mungkin."
"Sebab itu kakak berusaha mencarikan pria yang cocok denganmu selagi bisa. Seseorang yang akan menyayangimu dan memahamimu. Seseorang yang baik hati."
"Kakak sungguh baik hati. Tapi kakak tahu itu terdengar apa bagiku?"
Hae Ryung menatap kakaknya serius. Tapi kemudian dia menjawab dengan nada bercanda. "Kau mau pilih mana? Kotoran anj*ng atau sapi?"
Keduanya tertawa.
"Tampaknnya aku memang salah mengajarimu. Kau memang terlalu dimanjakan."
Hae Ryung menuang minumannya. Dia mengaku sebagai orang bercela. Jangan nikahkan dia dengan siapapun. Biarkan dia hidup dengan kakaknya selamanya.
Hae Ryung lalu rebahan di dipan.
Datang seorang pria menghampiri mereka dan memanggil kakak Jae Kyung.
Jae Kyung datang ke sebuah tempat dimana sudah berkumpul para pejabat (sepertinya) di sana. Dia memberi hormat lalu duduk di barisan paling depan. Pria yang sepertinya ketuanya, melemparkan sebuah buku berjudul 'Kisah Ho Dam' ke lantai.
"Novel dalam bahasa Korea ini populer di barat laut. Kalian pernah dengar? Judulnya Kisah Ho Dam. Konselor ke lima Goo (kakak Hae Ryung), kau tidak tahu?"
Jae Kyung menjawab kalau dia belum pernah dengar.
"Aku rasa popularitasnya belum sampai ke ibukota. Itu sebabnya aku memanggil kalian semua hari ini. Kita hancurkan tiap salinan buku ini. Jangan sampai ada salinan buku ini tersisa di Joseon!"
Jae Kyung keluar dari kediaman tadi. Dia bicara pada pelayan yang sedari tadi menunggunya di luar. Dia harus segera menikahkan Hae Ryung. Lalu dia mengeluarkan sebuah surat.
"Sampaikan surat ini ke keluarga itu."
Si pelayan mengiyakan lalu pergi membawa surat dari Jae Kyung. Jae Kyung menatap kediaman pejabat tadi. Entah apa yang pikirkan dan rencanakan.
Bersambung ke Rookie Historian Goo Hae Ryung episode 1 part 3
EmoticonEmoticon