He is Psychometric
Sumber konten dan gambar : TVN
Ji Soo terkejut saat pintu lift terbuka dan melihat Sung Mo ada di dalamnya. "Sedang apa kamu disini?"
"Untuk memeriksa sketsa wajah Kang Hee Sook palsu."
"Oh." Ji Soo masuk dengan gugup takut ketahuan membawa An ke ruang otopsi. Dia mencoba mencairkan suasana dengan memuji penampilan Sung Mo di tv tadi. Kata Sung Mo seseorang membocorkan informasi.
"Beritahu rekanmu untuk lebih berhati-hati."
"Itu bukan dari polisi. Kamu tahu betapa telitinya aku."
Sung Mo memperhatikan kotak yang dibawa Ji Soo. "Ngomong-ngomong apa yang membawamu kesini."
"Tiba-tiba aku merindukan dr. Hong."
"Dr. Hong pulang kerja lebih awal."
"Eh."
"Katakan kemana kamu mau membawa data investigasi kami, polisi yang teliti?"
Akhirnya Ji Soo mengaku kalau An dan Jae In ada di ruang otopsi. Sung Mo menduga Jae In yang meminta data itu karena kalau An tidak mungkin. Ji Soo membenarkan karena Jae In tidak mengijinkan An melakukan psikometri tanpa membaca berkas kasus dulu.
"Seperti yang diharapkan," gumam Sung Mo.
Ji Soo memperhatikan Sung Mo yang tersenyum. "Petugas Yoon, kan?"
"Apanya?"
"Orang yang ingin An baca sesuai permintaanmu."
"Benar."
"Kenapa dia?"
Sung Mo tidak menjawab.
"Ini tidak adil. Kita berpapasan tapi aku tidak bisa melihatmu kecuali kamu memberitahuku."
Pintu lift terbuka. Ji Soo segera keluar dengan wajah kecewa. Sung Mo menahan pintu lift yang hampir tertutup.
"Ayah Yoon Jae In adalah..... Yoon Tae Ha. Pelaku dari kasus Yoengsoeng. Aku akan ke ruang otopsi dengan sketsa." Pintu lift tertutup. Ji Soo tampak tertegun mendengar informasi yang baru saja dia terima.
Yoon Jae In meneliti bagian kepala korban. Menurutnya penyebab utamanya kematiannya adalah benturan di kepala. Dia dimasukkan ke dalam koper setelah dibunuh lalu dijatuhkan ke sungai. Dan mayatnya ditemukan setelah meninggal 4 atau lima tahun lalu.
"Dia pasti ingin mengatakan sesuatu."
"Apa?"
"Dia lama berada dalam air sebelum aku menemukannya. Itu berarti dia punya sesuatu untuk diperlihatkan kepadaku."
Jae In mendengus. "Baiklah. Kuharap kamu melihatnya dan membual tentang hal itu."
"Tentu saja. Membual seperti itu memang kebiasaan dan menular," sindir Lee An lalu cengengesan sendiri. Dia merunduk untuk meneliti korban. Diam-diam Jae In tersenyum melihatnya.
Ji Soo datang. Jae In dan Lee An segera memeriksa berkas itu. Mereka sangat senang saat membaca penyebab kematiannya adalah kehilangan banyak darah karena benturan di kepala. Dan mereka ternyata sudah punya tos ala mereka.
Ji Soo terus memperhatikan Jae In. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Sedangkan Sung Mo masih menunggu proses pembuatan sketsa wajah Kang Hee Sook palsu selesai.
***
Pria bermasker ada di depan apartemen Sung Mo. Ternyata waktu dia datang dengan berpura-pura mengantar paket, dia memasang kamera tersembunyi di lorong sehingga sekarang dia tahu password apartemen itu. Begitu dia masuk, putih salju tak berhenti menggonggong.
Pria itu masuk ke kamar Sung Mo lalu menyalakan lampu. Setelah melihat-lihat sebentar, dia keluar dan tidak lupa mematikan lampunya lagi. Dia lalu mengambil foto Sung Mo kecil bersama ibunya. "Aku menemukanmu," gumamnya.
Sketsa wajah Kang Hee Sook palsu keluar. Petugas segera memberikannya pada Sung Mo.
***
Jae In dan Lee An masih sibuk memeriksa berkas. Sedangkan Ji Soo mondar-mandir gelisah karena Sung Mo belum juga datang. Akhirnya dia mengajak Lee An dan Jae In melakukan psikometri sekarang saja.
Lee An menyentuh tangan Kang Hee Sook lalu memejamkan mata. Dia melihat seorang pria menyeret sebuah palu. Lalu terlihat beberapa orang yang berdiri mengelilingi Kang Hee Sook yang terbaring di lantai dengan darah di kepalanya.
Pria yang membawa palu merunduk. "Tunggu. Kang Hee Sook. Kulihat kamu belum mati. Maaf. Tapi klienku tidak menginginkan jalan keluar." Pria itu memukul kepala Kang Hee Sook dengan palu hingga darah muncrat.
Lee An melepas sentuhan tangannya. Dia memegangi kepalanya lalu mengedip-ngedipkan matanya. "Dia terbaring di lantai. Dan kepalanya berdarah."
Jae In menyuruh Lee An tidak perlu terburu-buru. "Tenanglah. Apa yang kamu lihat?"
Lee An memejamkan mata mencoba mengingat apa yang dia lihat tadi. "Koper hitam. Sebuah palu." Dan di visinya, dia melihat wajah Kim Gab Yong (petugas asuransi yang jadi saksi). Lee An membuka matanya. "Dan seorang pria."
Tampak di suatu tempat, pria bermasker sedang duduk di depan tong dengan api yang membara, sambil menatap foto Sung Mo kecil dan ibunya.
"Pria seperti apa?" Tanya Ji Soo.
"Aku yakin pernah melihatnya." Lee An berlari ke meja tempat berkas tadi. Dia menunjuk foto Kim Gab Yong.
"Dia kan saksi?"
"Aku ingat dengan jelas. Dia terbunuh tepat setelah mendapat telepon dari jaksa Kang."
Lee An terus memegangi kepalanya. Dia terlihat kesakitan. Beberapa detik kemudian dia ambruk ke lantai. Jae In dan Ji Soo sontak terkejut dan langsung mendekatinya. Mereka memanggil Lee An berusaha menyadarkannya. Tapi Lee An akhirnya kehilangan kesadarannya. Dia pingsan. Sung Mo masuk saat itu.
Pak Yoon lagi-lagi tampak melamun disaat teman-temannya sudah tertidur. Dia lalu masuk ke kamar mandi, kemudian mengaitkan kain ke kisi-kisi jendela. Pak Yoon naik ke ember yang sudah dia balik. Sesaat kemudian, terlihat kakinya menendang ember yang jadi pijakannya itu.
***
Lee An dibaringkan di atas brangkar.
"Lee An. Kamu tidak apa-apa? Kamu mendengarku?" Tanya Jae In.
Lee An pun membuka matanya dan melihat tiga pasang mata yang menatapnya khawatir.
Beberapa saat kemudian, Lee An sudah duduk di kursi di kelilingi Sung Mo, Ji Soo, dan Jae In.
"Jadi Kim Gab Young yang membunuh dua wanita di dalam koper?" Tanya Sung Mo.
"Ya. Tapi sepertinya dia mengikuti perintah." Lee An menirukan kata-kata Kim Gab Yong. "Maaf. Tapi klienku tidak menginginkan jalan keluar."
Ji Soo mengambil sketsa wajah Kang Hee Sook palsu laly bertanya pada Lee An apa dia melihatnya dalam visinya. Lee An bilang tidak.
Jae In bertanya-tanya mungkinkah pelaku memerintahkan pembunuhan untuk mengambil identitas korban.
Sung Mo mengambil kesimpulan kalau kesaksian Kim Gab Yong waktu itu palsu. Sedangkan Ji Soo penasaran siapa sebenarnya wanita yang ada dalam sketsa itu.
Jae In memberi saran. "Kita harus mulai dari Kim Gab Yong lagi. Kita mendapat semua yang kita butuhkan dari Kang Hee Sook dan kita berhenti menemukan penipu.
Semuanya serempak menatap Jae In.
Ji Soo : "Itulah tepatnya yang akan ku katakan."
Sung Mo : "Aku juga."
Jae In langsung membungkuk minta maaf. "Maaf. Aku terlalu melenceng."
"Tidak. Kamu berada di tempat yang tepat," bela Sung Mo. Ji Soo langsung menatapnya.
Lee An bicara lagi. "Maaf mengganggu kalian. Tapi apa maksudnya kita tidak bisa mencari Kang Hee Sook palsu?"
"Dia melihat tkp untuk kita. Kurasa kita bisa membiarkan kebodohan sebanyak ini," ujar Ji Soo.
Eh malah Jae In yang minta maaf. Dia bilang sudah tugasnya mengajari dan membimbing Lee An.
Lee An tersenyum senang. Dia langsung mendekati Jae In. "Aku akan menyerahkan beberapa lembar daun."
Tiga orang langsung serempak berkata, "Daun Baru!" (Nggak ngerti maksudnya apa)
Mereka berempat keluar dari institusi forensik. Ji Soo memuji kerja bagus Lee An dan Jae In.
"Aku titip Lee An padamu Petugas Yoon," ucap Sung Mo lalu mengajak Ji Soo pergi. Lee An mencekal tangannya.
"Bukankah kita pulang sama-sama? Kamu tidak mau mengucapkan sesuatu?" Lee An menunjukkan luka di perutnya dan protes karena sejak dia di serang mereka berdua belum pernah ngobrol.
"Aku yakin kamu punya banyak pertanyaan. Tapi dia lebih banyak lagi."
"Benar. Dia milikku malam ini. Minggirlah!" Cieeee.
Jae In berusaha menghadang taksi. Sedangkan Lee An malah duduk melamun.
"Kenapa dia membunuhnya? Dan kenapa dia juga mati? Dia membunuh dua orang. Kim Gab Yong itu. Lalu orang lain membunuhnya."
Jae In ikut duduk di pinggir jalan. "Kang Hee Sook palsu yang kamu baca di ruang otopsi, wanita dengan cincin itu?"
Lee An mengangguk.
"Apa kamu ingat hal lain?"
Lee An menggeleng. "Itu dua tahun lalu. Akan aneh untuk diingat."
Jae In menatap Lee An. "Aku ingat segalanya tentangmu sejak dua tahun lalu."
Lee An balik menatap Jae In. "Apa maksudnya itu?"
Suasana terasa romantis. Tapi Jae In malah nyengir. "Kamu benar-benar aneh." Dia pun tertawa kecil."
Ponsel Jae In bergetar. "Ya Bibi?"
"Jangan terkejut dan dengarkan. Kakak iparku. Ayahmu....."
Jae In segera berdiri berharap ada taksi lewat.
"Ada apa?"
"Aku harus pergi."
Tiba-tiba Jae In sesak nafas. Dia terduduk di lantai sambil memegangi dadanya. Dan sayangnya dia membawa kantong kertasnya. Lee An kontan panik. Dia lalu melepas mantelnya dan menutupi Jae In dengan itu.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan menyentuhmu sampai kamu mengijinkannya."
Bersambung ke He is Psychometric episode 7 part 1