The Crowned Clown
Episode 7 Part 2
Sumber konten dan gambar : TVN
Baca The Crowned Clown episode sebelumnya
"Temukan kepala sekretaris kerajaan!"
"Ya Yang Mulia." Mo Young memasukkan pedang ke dalam sarung pedangnya lalu beranjak pergi.
Lee Hun bertanya pada Ha Sun. "Jurnal mengatakan kalau ratu pergi berlibur. Apa itu idemu?"
"Ya. Tabib kerajaan bilang itu baik untuk kesehatannya."
"Jika dia kembali, seharusnya dia datang melapor padaku. Sejak badut rendahan mengambil alih tahta, bahkan ratu yang polos kehilangan moralnya."
Lee Hun menoleh pada Kasim Jo lalu berteriak memenrintahnya hingga Kasim Jo tampak sangat ketakutan. "Panggil ratu untuk menemuiku!!"
"Ya. Ya Yang Mulia."
Ha Sun tampak menggeleng pada kasim Jo. Dia menatap kepergian Kasim Jo dengan hati gundah gulana.
***
So Woon sedang membaca buku di kamarnya. Ae Young minta ijin masuk. Dia mengabarkan kalau raja ingin So Woon datang ke kantornya.
"Sepertinya Yang Mulia sudah merindukanmu," goda Ae Young.
So Woon tersenyum. "Siapkan kunjunganku."
***
Lee Kyu masuk ke dalam istana. Mo Young sudah menunggunya bersama anak buahnya.
"Kawal kepala sekretaris kerajaan!"
Dua anak buah Mo Young maju melayangkan pedangnya ke arah Lee Kyu.
"Apa yang kau lakukan?"
Mo Young maju. Terlihat kilatan amarah di matanya. "Ini perintah raja. Raja yang asli," ujar Mo Young penuh penekanan.
Lee Kyu pun di giring menuju ruangan raja. Tampak seorang pejabat mengintai mereka dari tempat persembunyian.
***
So Woon menghadap raja. Dia tersenyum sambil berkata,"Saya datang untuk melaporkan kedatangan saya ke istana dengan selamat."
Lee Hun menatapnya. "Bagaimana perasaanmu?"
So Woon sedikit heran mendengar pertanyaan Lee Kyu. Tapi dia segera menjawabnya tanpa lupa tersenyum. "Jangan khawatir. Berkat doa Anda, semua gejala menghilang seolah tersapu bersih."
So Woon menanyakan kabar Lee Hun.
"Aku.... baik-baik saja."
Terlihat Ha Sun menguping dari balik pintu rahasia.
"Kamu menghabiskan banyak waktu di dalam pasar yang dingin. Aku harap kamu tidak demam." Ha Sun terlihat khawatir mendengar penuturan So Woon. (Aku juga deg degan)
Lee Hun diam saja menatap So Woon penuh kerinduan. So Woon sampai memanggilnya untuk menyadarkannya.
"Aku baik-baik saja," jawab Lee Hun sambil tersenyum tipis. "Kamu baru pulang berlibur untuk memulihkan kesehatannmu. Apa kau baik-baik saja?"
"Tubuh dan pikiranku sangat ringan seolah-olah semua letihku terangkat. Waktu yang aku habiskan bersama adalah obat yang lebih baik daripada liburan dan istirahat."
"Apa yang aku lakukan hingga kamu sangat senang?"
"Berjalan-jalan bersamamu sambil berbincang-bincang. Dan melihat ke arah yang sama Yang Mulia. Sejak aku tinggal di dalam istana, aku tidak pernah senyaman ini."
Lee Hun terus menatap So Woon. Entah apa yang ada dipikirannya mendengar penuturan jujur So Woon soal perasaannya. So Woon sampai khawatir melihatnya.
"Yang Mulia. Apa ada yang salah?"
"Kalau dipikir-pikir, aku sedikit lelah."
So Woon menawarkan memanggilkan tabib istana.
"Tidak usah. Kamu boleh pergi."
So Woon terlihat kecewa. Dia pun undur diri. Ha Sun nampak sangat khawatir. Tubuhnya merosot dengan mata berkaca-kaca.
So Woon menatap ruangan raja. Kasim Jo bertanya ada apa.
"Bukan apa-apa. Jika terjadi sesuatu pada Yang Mulia, cepat kabari aku," ujar So Woon lalu melangkah pergi.
Setelah itu, datanglah Lee Kyu dibawah pengawalan Mo Young.
***
Di dalam, Lee Hun mencabut pedangnya. Dia berjalan memutari Ha Sun yang berdiri di tengah ruangan.
"Ratu banyak berubah selama aku tidak ada. Trik macam apa yang gunakan?"
"Yang Mulia. Ini tidak seperti yang Anda pikirkan."
Lee Hun melotot pada Ha Sun. "Apa maksudmu sebenarnya? Apa yang kalian berdua lakukan?"
Ha Sun berlutut. "Tidak ada yang terjadi Yang Mulia. Tolong percayalah padaku."
"Dia bilang kalian berjalan-jalan. Dia bilang bersamamu lebih baik dari obat apapun. Dia bilang dia bersenang-senang."
Lee Hun berasumsi sendiri kalau mereka membuat rencana bertemu di pasar setelah So Woon pulang dari liburan.
"Tidak Yang Mulia. Bukan itu yang terjadi."
Lee Hun mengacungkan pedangnya ke leher Ha Sun. "Haruskah aku bertanya langsung pada ratu? Kita lihat siapa yang berkata jujur."
Lee Hun lalu tertawa. "Hukuman apa yang harus kuberikan padamu karena melakukan tindakan yang keji? Membunuhmu tidak akan cukup. Aku akan membunuh keluargamu dan semua orang yang mengenalmu akan membayar kesalahanmu.
Tubuh Ha Sun bergetar ketakutan dan matanya berair. Kasim Jo mengumumkan kedatangan Lee Kyu. Begitu masuk, Lee Kyu terkejut melihat apa yang terjadi di depannya.
"Kamu seperti melihat hantu. Kamu pikir aku tidak akan kembali?"
Lee Kyu memberi hormat. "Yang Mulia. Selamat datang kembali."
Lee Hun menyeret pedangnya ke leher Lee Kyu. "Aku menikmati membaca jurnalmu. Kamu mengikatku seperti penjahat dan bersenang-senang bersamanya di sini."
Lee Kyu menjawab dengan tenang.
"Aku tidak bermaksud memperlakukanmu seperti penjahat. Pikiranmu sedang tidak waras. Aku khawatir kamu akan menyakiti dirimu sendiri hingga aku mengambil langkah putus asa seperti itu."
"Jadi kau melakukannya untukku? Apakah aturan pembayaran beras juga untuk kebaikanku?"
"Aturan pembayaran beras adalah sesuatu yang ingin Anda terapkan suatu hari nanti. Bagimu, negeri ini, dan rakyatmu, aku rasa hukum ini pantas untuk jadi pertimbangan."
Lee Hun tertawa. "Kamu punya alasan untuk semuanya. Aturan penting dibuat selama aku tidak ada. Disaat penipu ini ditempatkan di atas tahta. Siapapun akan setuju kalau ini sebuah penghianatan. Katakan tidak seperti itu. Bicaralah."
"Keraguan dan kecurigaan terhadapku sudah tertanam dalam pikiranmu. Mekipun aku menjelaskan semuanya, itu tidak ada gunanya."
Mata Lee Kyu berkaca-kaca. "Jika kau tidak percaya lagi padaku, bun*h aku sekarang juga."
Lee Hun marah. "Katakan apa saja padaku! Teruslah mengoceh! Bujuk aku!"
"Jadi kamu tidak memberontak?"
"Tidak Yang Mulia."
Lee Hun menurunkan pedangnya. "Baiklah. Kamu tidak akan melakukannya. Kamu memberikan hidupmu padaku. Jangan menghianatiku."
Lee Hun ganti mengamuk menyalahkan Ha Sun. Dia menuduh Ha Sun yang merencanakan pemberontakan. Dia memberikan pedangnya pada Lee Kyu dan menyuruhnya membu**h Ha Sun.
"Dia bukan siapa-siapa selain boneka yang kita taruh untuk menggantikanmu. Masih ada orang diluar sana yang mencoba membu**hmu. Tanpa dia, kau tidak akan bisa menangkap mereka."
"Lalu kenapa kamu belum bisa menangkap siapapun?"
"Kita belum punya bukti yang pasti."
Lee Kyu menyarankan membiarkan Ha Sun hidup agar mereka bisa menangkap orang yang ingin melukai Lee Hun.
"Dasar lucu. Kau tidak membuat alasan apapun saat aku mengarahkan pedang ke lehermu. Tapi kau jadi banyak bicara saat hidupnya dalam bahaya."
Lee Kyu menatap Lee Hun. "Tatapan apa itu? Apa tiba-tiba kau ingin membunuhku?"
"Penjagamu menjaga di keempat dinding kediamanmu. Bagaimana aku berani?"
Dan benar saja. Di luar mengerahkan semua anak buahnya mengelilingi kediaman raja.
"Lakukan! Jika kamu tidak bisa maka aku yang akan melakukannya."
Lee Kyu tampak bimbang. Namun akhirny dia maju mengayunkan pedangnya hingga lengan Ha Sun mengeluarkan darah.
"Cukup. Aku tidak ingin darah orang rendahan ini memenuhi lantaiku." (Hih! Dasar raja gelo. Tadinya gue kasihan sama lo. Tapi lo sint**gnya kebangetan, hehe)
Lee Hun memanggil Mo Young. Dia menyuruhnya membawa Ha Sun keluar.
"Jangan kurangi rasa sakitnya dan langsung membun**nya. Ah! Bawa dia ke hutan dan berikan pada harimau. Biarkan dia gemetar kedinginan sampai akhir hidupnya." Lee Hun mengatakannya sambil terus menatap Lee Kyu. Lee Kyu jelas tidak menyangka.
Mo Young menyeret Ha Sun pergi melalui pintu rahasia.
"Haruskah aku mengungkapkannya sekarang? Panggil Shin Ci Soo."
Lee Kyu menatap Lee Hun tak percaya.
***
Yi Gyeom menunjukkan papan nama Lee Kyu pada ayahnya. Dengan senang dia memberitahu kalau ayahnya dipanggil raja. Tapi ternyata Tuan Shin masih kesal atas kejadian tempo hari. Dia tidak mau menemui raja. Dia hanya mengirim surat pada raja meminta maaf karena sakit. (Sakit hati?)
***
Lee Hun kesal karena Tuan Shin berani menolaknya. Tapi dia memilih membiarkannya.
"Huffftt. Aku lelah. Panggil Dayang Kim!"
***
Dayang Kim membantu Lee Hun berganti baju tidur. Dia terkejut saat melihat telinga Lee Hun yang terluka. Dia hendak menyentuhnya tapi Lee Hun mencengeram tangannya.
"Beraninya kau!"
"Maafkan aku yang Mulia."
Lee Hun terus teringat wajah So Woon yang terus tersenyum saat menceritakan kebersamaannya dengan Ha Sun. "Kapan jadwal malamku bersamaku?"
"Bulan kesembilan, yang paling awal Yang Mulia."
"Katakan pada bagian astrologi untuk membuatnya besok!"
***
Kasim Jo mengikuti Lee Kyu. "Petugas Jang akan membawanya ketengah hutan di cuaca yang sangat dingin. Yang Mulia tidak akan bisa bertahan melalui malam ini," ujar kasim Jo khawatir.
"Yang Mulia? Raja asli sudah kembali. Kau akan terlibat masalah jika tidak bisa menjaga lidahmu di hadapan Yang Mulia."
"Baiklah. Aku akan berhati-hati."
***
Mo Young menarik tangan Ha Sun yang sudah di ikat. Dia membawanya ke dalam hutan dengan sebuah obor untuk menerangi jalan. Mereka sampai di depan sebuah lubang besar di tanah.
Bersambung ke The Crowned Clown episode 7 part 3