Sinopsis Thai-Drama : Buang Hong (Episode 1 Part 1)

Buang Hong
(A Lasso For A Swan)

Episode 1 Part 1

Sumber konten dan gambar : Channel 3

Pemeran :

James jirayu as Ramet
Kimberly Ann Voltemas as Pim
Nadech Kugimiya as Nai


Siang hari yang cerah, di ibukota Thailand, Bangkok. Di dalam ruangan sebuah gedung, terlihat beberapa model wanita sedang di rias wajahnya. Beberapa gaun cantik tergantung di sana.


Di luar gedung, tampak dua wanita dengan setelan rapi.

"Apa dia sudah datang?" tanya salah seorang dari mereka.

"Belum. Dia tidak mengangkat teleponku," sahut yang lainnya sambil terus menghubungi seseorang lewat ponselnya.

Datang sebuah mobil mewah berwarna putih. Seorang wanita cantik berambut panjang dengan poni di dahinya, turun dari mobil itu. Dialah Pim (Kimberly), nang'ek kita.

Pim marah-marah karena asistennya meneleponnya tanpa henti.

"Aku kan sudah bilang aku akan datang. Aku bukan orang yang tidak bertanggung jawab!"

Pim melemparkan kunci mobil pada asistennya. "Parkirkan mobilku!"

Pim melenggang masuk gedung dengan angkuhnya.


Di tempat lain, seorang pria tampan sedang memakai setelan jas putih di bantu oleh sekretarisnya. Dia terlihat sangaaaat tampan. Dia tersenyum pada pantulan dirinya di cermin setelah merasa penampilannya sempurna. Dialah pra'ek kita sekaligus pujaan hati saya (HEHE), Ramet (James Jirayu, loving you too much)


Ramet datang ke sebuah pesta di kondominium mewah. Seorang temannya, pemilik kondo itu, langsung menyapanya ramah.

"Wah! Mengejutkan. Aku pikir kamu tidak akan datang."

"Temanku membuka gedung kondo baru. Gimana mungkin aku tidak datang memberikan selamat?"

Ramet menjabat tangan temannya mengucapkan selamat.


Pim selesai dirias. Seorang staff wanita datang mengingatkan para model untuk stand by karena 15 menit lagi acara akan dimulai. Dia meminta Pim memakai gaunnya dulu.

Pim melotot melihat gaun seksi yang harus dia kenakan. Dia jelas marah dan tidak mau memakai gaun itu.

"Kamu pengen aku pakai baju ini? Ini grand opening sebuah kondo atau kamar mandi!!? Orang lain bisa memakainya, tapi tidak denganku. Ganti gaunnya atau kamu bisa cari model lain! Pilihlah salah satu."
Staff wanita bingung harus bagaimana. Tiba-tiba datang seorang wanita, khun Vi.

"Jangan manja, Pim. Ini adalah pekerjaan. Dan ini tugasmu."

"Jadi apa urusannya denganmu."
Asisten Nara yang lekong yang menjawab. "Jelas ini urusannya. Gaun ini kan dari Martha Showroom."


Pim tersenyum sinis. "Oh, pantesan gaunnya jelek. Ternyata dari Matador Showroom. Kalau aku harus pakai gaun dari Matador showroom, lebih baik aku tidak pakai baju."

Asisten Khun Vi yang lain, p'Noodee, maju. "Dasar mulut. Haruskah aku menamparnya?"

Khun Vi menghentikannya. "Tidak perlu P'Noodee. Asal dia senang, biarkan dia tidak pakai baju. Aku akan mengambil semua gaun dari martha showroom."

Para tamu terpukau melihat pertunjukan balet yang begitu indah. Terlihat Ramet duduk bersama Pakorn. Sedangkan khun Vi duduk di seberangnya bersama gengnya.
Fashion show di mulai. Ramet memuji modelnya cantik-cantik dan elegan.

"Yaiyalah. Ini kan grand opening kondo pertamaku. Apalagi model terakhirnya. Dia luarrr biasa," ujar Pakorn.

Terlihat di depan mereka, seorang pria memperhatikan Ramet dengan sinis. Sementara di bangku geng Khun Vi, asistennya penasaran apa Pim benar-benar tidak akan pakai baju.


Saatnya Pim muncul. Dia memakai gaun yang sangat cantik. Ramet sampai terpesona dibuatnya (tapi ga sampai melongo kayak di khun chai puttipat pas lihat bella ranee/keaw di atas panggung). Dengan percaya diri, Pim melenggang di atas catwalk.

Khun Vi dan asistennya langsung kesal. Mereka mengatai Pim memakai gaun yang tidak sesuai dengan konsep acara. Pim pasti akan dimarahi pemilik acara.

Dan Pakorn memang sedang keheranan karena Pim tidak memakai gaun yang sudah disetujui. Si staff wanita datang memberitahunya kalau dia sudah mempersiapkan gaun dari martha showroom tapi Pim berkeras memakai gaunnya sendiri.

Ramet berpendapat kalau gaunnya cantik kok. Cocok untuk penutupan.

Pakorn tersenyum meledek. "Kamu memuji gaunnya atau modelnya?"

"Dua-duanya," sahut Ramet jujur.


Khun Vi terlihat memberi kode pada model di depan Pim. Model itu sedikit mengangguk lalu putar balik. Dia sengaja menyenggol lengan Pim hingga Pim sedikit oleng dan membuat para tamu terkejut. Tapi dengan santainya Pim menggandeng lengan model itu agar berjalan beriringan dengannya. Sesampainya di ujung catwalk, Pim melepaskan tangannya, dan model itupun berjalan pergi.

Para penari balet datang seolah menjadi latar belakang Pim. Semua tamu riuh bertepuk tangan. Pim melirik Khun Vi merasa menang. Sedangkan khun Vi hanya bisa menatap kesal padanya.

Selesai acara, Pim langsung mengkonfrontasi si model.

"Kamu mempermainkanku ya? Kamu sengaja mendorongku. Aku tidak bodoh."
"Itu hanya kecelakaan Pim. Aku minta maaf deh."

"Berhenti berpura-pura! Kamu bikin aku pengen muntah!"

Dua teman Pim datang menenangnya.

"Gimana aku bisa tenang? Gimana kalau aku jatuh dan tulangku patah? Siapa yang mau tanggungjawab?"

Si model menyahut. "Tulangmu itu nggak ada yang patah. Jadi berhenti menyalahkan oranglain! Kalau kamu latihan, pasti nggak akan ada kesalahan."

Tiba-tiba Khun Vi datang. "Dia benar Pim."
Pim langsung bisa mengerti situasinya. "Oh. Pantesan anak guguk berani beraksi.  Ternyata ada guguk besar yang menggonggong di belakangnya."

"Jangan dulu menyalahkan Pim. Semua orang juga lihat kalau itu kecelakaan. Apa kamu mau orang-orang berpikir kalau itu terjadi karena ketidakmampuanmu?"

Pim kesal. Si Staf wanita datang dengan riang. Dia memuji Pim sangat cantik tadi sampai semua orang memujinya. Bahkan Khun Pakorn juga ikut memujinya. Dia meminta Pim untuk ganti baju karena sudah di tunggu reporter untuk berfoto.
Pim jelas tersenyum menang. Dia mengajak kedua temannya, Anne dan Nueng, untuk pergi. Khun Vi kesal melihatnya.


Pakorn berterimakasih pada Ramet sudah bersedia datang. Padahal Ramet adalah pebisnis sibuk pemilik 5 hotel top, Chuang Rai Jaravee. Sebegitu sibuknya sampai tidak memikirkan wanita.

"Empat wanita dalam hidupku saja, aku tidak pernah punya waktu untuk mereka. Gimana aku bisa memikirkan wanita lain?"

"Ayolah. Kamu ngomong kayak gitu semua gadis di sini pasti patah hati. Apa kamu sibuk membeli tanah untuk memperluas hotelmu sampai tidak punya waktu untuk para gadis?"

"Wah. Kamu cepat dapat beritanya juga."

"Iyalah."

Tiba-tiba datang pria yang saat acara fashion show sempat memandang sinis Ramet. Pakorn memperkenalkannya sebagai Khun Kittichai, pemilik K Property.

"Senang bertemu denganmu secara resmi," ujar Khun Kittichai.

"Jadi kalian saling kenal?" tanya Pakorn.
Ramet menjawab, "Aku pernah mendengar tentangnya. Tapi ini pertama kali kami bertemu." Ramet tersenyum penuh misteri.

"Seharusnya kita bertemu lebih cepat. Sayang sekali. Aku punya rencana bisnis untuk Chiang Rai."

"Sayang sekali. Aku tidak begitu tertarik pada investasi."

"Wah padahal aku berniat menginvestasikan banyak uang."

"Aku pikir kualitas itu lebih baik daripada uang."

Khun Kittichai terlihat tidak suka. "Kalau begitu aku akan senang jika suatu hari kamu berubah pikiran." Dia lalu pamit pergi. Dia keluar dengan kesal. Seseorang menghubungi ponsel. Lalu dia tersenyum mencurigakan.

Pim sudah ganti baju. Dia berniat pergi. Asistennya meneleponnya menanyakan soal interview. Pim menolak karena dia sedang tidak mood. Lagipula dia tidak diberitahu soal wawancara. Pim menutup teleponnya.

Asistennya kalut karena Pim tidak mau berfoto dulu dengan pemilik acara. Belum lagi banyak wartawan yang sudah menunggu. Merekapun bergegas mencari keberadaan Pim.

Pim berjalan menuju parkiran. Khun Vi datang menghentikannya. Pim sinis melihatnya.

"Apa kamu ke sini karena menyesal dan ingin minta maaf pada mantan anak tirimu?"

"Aku tidak sebodoh itu Pim. Itu hanya kemenangan tipis dari seorang gadis pencemburu. Itu tidak ada apa-apnya dibanding seorang wanita sederhana yang berhasil mendapatkan Withapibol's house."


Amarah terpancar dari mata Pim. Dia berniat menampar Khun Vi. Tapi kedua asistennya memeganginya. "Dasar wanitacrendahan! Kau hanyalah kesalahan ayahku."

"Itu bukan kesalahan tapi kebodohan. Khun Tai adalah pengusaha terkenal. Tapi dia memberikan semua uangnya pada wanita rendah yang kau anggap rendahan."

Di dalam, Pakorn memperingatkan Ramet karena yang ia dengar, Kitichai adalah orang yang serakah dan dia memiliki dukungan yang baik. Tiba-tiba sekretarisnya datang dan mengabarkan ada masalah besar. Tiga penginapan terbakar. Dia berpendapat ini bukan hanya perbuatan warga lokal terkait penjualan tanah. Tapi ini bentuk ancaman dari mereka. Ramet bergegas pergi.

Pim mengatai Khun Vi pela**r. Dia menendang Noodee dan asisten satunya lalu menghampiri Khun V dan menamparnya. Khun Vi balik menampar Pim. Keduanya bergulat ala wanita. Kedua asisten berusaha menjegal Pim tapi dia terus berusaha memberontak.

Si staff wanita dan temannya datang berikut para wartawan yang kontan langsung memotret dan merekam keributan yang terjadi di sana.

Khun Vi mengaku dirinya sebagai korban. Jelas Pim tidak terima dan menuduh Khun Vi pembohong. Dia meminta agar para wartawan tidak memotretnya.

Pim dan Khun Vi terus beradu argumen, mencaci, dan memaki. Ramet yang kebetulan lewat, berhenti sejenak memperhatikan mereka. Sekretarisnya mengingatkan untuk bergegas.

Pim menyuruh para wartawan mendengarkannya. "Aku hanya akan memakai jasa profesional. Dimana ada Pimpalat, tidak akan ada Matavi."


"Baiklah. Kita lihat saja siapa yang bisa bertahan sampai akhir."

Mereka saling menatap sengit.



EmoticonEmoticon