Fates and Furies
Episode 8
Sumber : SBS
Sumber : SBS
Waktunya makan siang. Hyun Jun menghampiri Hee Ra.
"Orang yang sangat tinggi dan kuat sepertimu, pasti tidak mau makan bersama kami kan?"
Rekan-rekan kerja Hee Ra meninggalkannya sendirian. Hee Ra hanya bisa tersenyum miris. Dia lalu memilih duduk sendirian di rooftop meskipun suhu di luar sangat dingin.
In Joon menghampirinya dengan segelas kopi hangat untuk menghibur Hee Ra.
"Bekerja bukan satu-satunya hal yang sulit kan?"
"Apa kau melihatnya?"
"Terkadang, hasil menjelaskan prosesnya. Seperti piknik sendirian."
In Joon meminta maaf karena tidak memberikan Hee Ra waktu untuk berbaur. Hee Ra tidak mempermasalahkannya karena dia sudah terbiasa terasingkan. Dia memberitahu In Joon untuk tidak khawatir.
"Sulit untuk mengatur pekerja tidak peduli sudah berapa lama," keluh In Joon.
"Berusan dengan orang memang tidak mudah."
"Tapi kau tidak dipukuli kan?"
"Apa kau mau melihat hal seperti itu?"
Mereka berduapun tersenyum. In Joon pamit pergi lebih dulu. Dia sempat menengok sekali. In Joon dan Hee Ra saling melempar senyum lagi.
In Joon turun dengan setengah berlari. Dia langsung disambut omelan Sek. Kim karena In Joon membiarkan CEO Seoul Department Store menunggu.
"Aku tidak bisa mengabaikan apa yang kulihat. Dia sendirian."
"Apa kau bersamanya? Aku pikir kau ke kamar mandi."
Mereka berpapasan dengan CEO Seoul Department Store. In Joon langsung meminta maaf karena keterlambatannya. CEO menyindir kalau sangat sulit melihat pabrik In Joon. Mereka pun bergegas menuju ke pabrik.
Jung Ho mengamati mereka dari lantas. Dia menebak kalau In Joon baru saja menemui seorang wanita karena In Joon belum pernah seperti itu (terlambat) sebelumnya. Jung Ho meminta sekretarisnya untuk menyelidikinya.
Hyun Jung meminta Hee Ra mengantarkan sepatu sendiri ke pabrik di Seonsu Dong dengan alasan itu sepatu penting dan akan buang-buang waktu jika menggunakan jasa pengiriman. Hee Ra tidak menjawab, tapi dia tetap melakukan yang diminta.
Suk Jin sedang menyetempel sepatu ketika Hee Ra datang. Dia meminta Hee Ra menunggu sampai pekerjaannya selesai.
Hee Ra kepo dan melihat apa yang sedang dilakukan Suk Jin.
"Ternyata sekarang masih menggunakan perangko panas."
"Kau tahu apa ini? Kebanyakan desainer muda tidak tahu ini."
Hee Ra tersenyum. Dia berpendapat bahwa stempelnya perlu lebih panas untuk mendapatkan hasil seperti yang diinginkan. Suk Jin kagum dengan pengetahuan Hee Ra.
Hee Ra meminta ijin untuk melihat stempelnya. "HJO?"
"Hyun Jung Oh." Tiba-tiba In Joon muncul.
"Itu inisial ibuku."
Sukjin berdiri. "Kenapa kau kembali? Kau tidak makan malam bersama klienmu?"
"Itu dibatalkan (kayaknya bohong). Aku kesini untuk mentraktirmu sebagai gantinya. Tapi sepertinya aku harus mentraktir dua orang."
Nggak tahu kemana perginya Suk Jin, karena akhirnya tinggal Hee Ra dan In Joon. In Joon memberikan segelas kopi (lagi) pada Hee Ra.
Hee Ra mengaku senang dengan stempel panas. Karena hasilnya akan berbeda untuk setiap sepatu seolah-olah dia memberi nama pada setiap sepatunya.
In Joon tertawa. Dia berkata bahwa itulah yang dikatakan ibunya.
Giliran Hee Ra yang tersenyum. Dia bilang itulah yang dikatakan almarhum ayahnya.
In Joon sempat tertegun mengetahui ayah Hee Ra sudah meninggal.
Hee Ra memuji ibu In Joon yang cantik. Dia mengaku melihat fotonya saat meletakkan desain sepatunya di meja In Joon. Dia juga berkata bahwa nama ibu In Joon pasti dikenal oleh semua desainer sepatu di Korea. Tapi Hee Ra tidak tahu kalau ibu In Joon juga membuat sepatu buatan tangan.
In Joon sendiri memberitahu kalau kerjasama dengan Centan sangatlah penting karena itu adalah langkah pertamanya masuk industri sepatu buatan tangan yang merupakan impian yang belum sempurna dari ibunya dan juga dirinya.
Hee Ra berseloroh, "Tiba-tiba aku merasa ikut bertanggungjawab."
In Joon tersenyum. Dia bersyukur karena sekarang ada Hee Ra di sisinya.
"Aku ingin membuat sepatu yang mengesankan. Sesuatu yang dapat dikenali semua orang. Sepatu mewah buatan tangan yang seperti itu."
Hee Ra manggut-manggut. "Dimasa depan, aku ingin memiliki merek yang dinamai seperti yang ibumu miliki. Aku ingin membuat cabang di Italia, membuat stempel panas dengan namaku. Dan berharap, semua orang yang memakai sepatuku berakhir di tempat yang bagus."
"Aku akan mendukung impianmu. Tapi buatkan aku sepatu yang baik sebelum kau melakukan itu."
Mereka saling melempar senyum.
***
Soo Hyun dan ibunya sedang berada di tempat spa. Mereka membicarakan tentang pernikahan. Ibu Soo Hyun menginginkan sebuah pernikahan yang mewah sedangkan Soo Hyun ingin yang sederhana. Namun pada akhirnya dia mengiyakan permintaan ibunya hanya untuk membuat ibunya diam karena dia merasa tidak nyaman membahas pernikahan di depan dua pegawai spa.
***
Hee Ra sedang melakukan presentasi. Tiba-tiba Sek. Kim masuk lalu membisiki sesuatu di telinga In Joon. In Joon meminta maaf pada yang lainnya karena harus menunda rapatnya.
Ternyata Tuan Cha datang ke kantor. In Joon bergegas menemuinya. Mereka berbicara berdua di tangga.
Tuan Cha to the point menanyakan apakah ada masalah dengan pekerjaan In Joon. Dia mendengar ada perselisihan dengan Jung Ho masalah tanah. In Joon menjawab semuanya baik-baik saja.
Tuan Cha dengan tegas menyuruh In Joon untuk segera menikahi Soo Hyun. Dia bahkan mengancam, jika Tuan Cha harus membahas hal ini lagi, maka bukan hanya kata-kata yang akan dia keluarkan.
***
In Joon terlihat berlatih taekwondo. Dia tampak begitu beringas hingga berkali-kali membanting lawan mainnya. Hingga akhirnya lawan mainnya protes dan In Joon kehilangan fokusnya, hingga lawannya berhasil membanting In Joon.
In Joon yang sedang stress mendatangi ruangan Suk Jin. Melihatnya, Suk Jin langsung mengeluh.
"Astaga. Tuan Tae! Kau tidak membantu sama sekali di sini, jadi lebih baik kau pulang dan tidurlah. Pergi keluar dan bawa Cha Soo Hyun berkencan. Perluas pabrik dan pekerjakan lebih banyak orang. Berada di sini bersama kami tidak membuatmu menjadi CEO yang baik."
"Bagaimana aku bisa tidur jika peluncuran kurang dari seminggu lagi."
"Astaga. Kau tidak akan berhenti." Suk Jin memilih melanjutkan pekerjaannya.
"Suk Jin. Bagaimana kalau aku tidak menikah?"
Suk Jin tertegun sejenak. "Tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Kita akan terus menjadi toko kecil. Lalu kita akan bangkrut di tengah samudera merah ini. Staf? Mereka akan kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Lalu aku? Aku akan mengambil barang toko lalu menjualnya di kereta bawah tanah. Mengapa kau bertanya?"
"Tidak apa-apa kamp**t."
"Ayolah. Itu semua tidak akan terjadi. Jadi kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan." (Good Friend!)
***
Hee Ra menggantungkan gantungan mimpi (lupa namanya apa) di atas tempat tidur Hyun Joo. Dia berharap kakaknya selalu bermimpi indah.
Tiba-tiba Tae Oh datang mengetuk pintu. Mereka lalu bicara di luar. Tae Oh menanyakan pekerjaan Hee Ra. Hee Ra tidak menyangka Tae Oh tipe orang yang suka memeriksa pekerjaan rumah orang lain.
"Aku tidak memeriksa. Anggak ini inspeksi mendadak. Kau terlihat percaya diri. Tapi ternyata kau lebih pemalu dari perkataanmu."
Tae Oh meminta Hee Ra segera membawakan hati pria itu.
***
Terlihat Soo Hyun menghubungi Chan Soo (si rentenir). Chan Soo memberi semua informasi tentang Hee Ra yang tiba-tiba pindah ke Seoul dengan membawa kakaknya yang koma dan dibantu oleh Tae Oh.
In Joon berterimakasih kepada rekan-rekannya karena telah menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik. Setelah semua orang pergi, In Joon membuka salah satu kotak sepatu.
Hee Ra kembali ke kantor. Dia menemukan kotak sepatu di bawah meja. Hee Ra membaca sebuah note yang terselip di dalam kotak.
Aku ingin kau memakai ini sebelum orang lain. Sepatu yang bagus akan membawamu ke tempat yang bagus. Aku harap sepatu ini akan memberimu sayap.
Tae In Joon
Catatan : Aku menduga ukuranmu. Aku yakin ini akan cocok.
Hee Ra mencoba sepatunya.
"Kau salah. Ini agak besar."
Hee Ra pulang dengan mengenakan sepatu pemberian In Joon. Jalanan penuh euforia natal. Hee Ra tersenyum bahagia. Lalu salju turun. Hee Ra menengadah dengan riang.
Di apartemennya, In Joon juga sedang tersenyum menatap salju.
***
Soo Hyun menunjukkan foto Hee Ra bersama Tae Oh kepada Tuan Byun.
"Kau tidak akan membiarkannya kan? Seorang wanita pencuri, yang akan menghancurkan semua yang telah dibangun In Joon." Soo Hyun tersenyum menang.
Bersambung ke Fates and Furies episode 9
EmoticonEmoticon