Sinopsis Feel Good To Die (Episode 3 Part 2 )

Feel Good To Die 
Episode 3 Part 2

Sumber : KBS 2

Roo Da duduk di pinggir sungai Han dan minum sendirian. Dia mengingat permintaan Jin Sang untuk meminta maaf saat siaran perusahaan. Roo Da berpikir bahwa dia hanya perlu menyerah. Kemudian dia mendapat telepon dari Bu Choi yang sedang merapikan mainan anaknya. Roo Da curhat tentang permintaan Jin Sang. Bu Choi kaget dan langsung minta maaf karena merasa itu terjadi karena kesalahannya. Tapi Roo Da menyuruhnya untuk tidak bilang begitu karena ini adalah pilihannya sendiri. Bu Choi akhirnya berkata kalau dia sangat berterimakasih pada Roo Da. Dia sangat tersentuh sampai menangis sangat lama di bahu suami. Dia menyuruh Roo Da untuk menceritakan padanya jika ada masalah ataupun sedang dilema. Karena mereka adalah rekan kerja. Roo Da tertegun mendengarnya.
Joon Ho mengendarai mobil sport putihnya sambil menyetel musik keras-keras. Tanpa sengaja dia melihat Roo Da yang sedang berjalan di trotoar. Diapun memundurkan mobilnya dan memanggil Roo Da.

Sepertinya Roo Da sedang mabuk. "Astaga! Siapa sih yang berisik banget! Kasar banget ni orang." Joon Ho langsung mematikan musik dan melambaikan tangannya. "Oh, Tuan Kang dari tim Pengembangan." Roo Da lanjut jalan setelah menyapa Joon Ho. Joon Ho mengikuti dengan mobilnya. Dia bertanya apakah Roo Da mabuk? Roo Da balik bertanya kenapa harus dirinya? Dia bahkan menarik kerah atasannya.

"Itulah mengapa kau sangat menakjubkan. Kau seperti wonder woman yang menyelamatkan sesama rekan dari musuh."

Roo Da menghentikan jalannya, Joon Ho pun begitu. "Tidak seperti itu. Aku bukan orang yang ingin ikut campur urusan orang lain. Mengurus diri sendiri saja sudah sulit. Melewati batas itu tidak baik. Dan melangkah keluar untuk kebaikan mungkin akan membahayakanmu. Jika aku ingin bertahan di dunia ini, hal terbaik yang harus dilakukan adalah untuk tetap rendah." Roo Da kembali berjalan. (Muter dong ya. Lagian kenapa namanya RoDa coba)

Joon Ho memandangi Roo Da. Dia bergimam sendiri "Ayolah! Kau bahkan membuatku merasa sedih untukmu." Dia udah mulai jatuh cinta nih sama Roo Da sampai megangin keningnya saking mikirin si Roo Da. "Ah! Tidak ada jalan untuk keluar dari pesonamu."

Akhirnya dia memilih melajukan mobilnya dan mengucapkan selamat tinggal pada Roo Da juga menyuruhnya untuk jangan kedinginan. Roo Da mengabaikannya dan berkata dalam hati kalau dia hanya perlu pura-pura baik-baik saja. Itulah yang dia lakukan. (Kaya aku banget. Selalu pura-pura baik-baik sayang padahal hatinya nangis bombay. Curhat!)

Keesokan harinya, 9 November, Roo Da melaksanakan permintaan Jin Sang. Dia sudah berada di ruang siaran perusahaan. Setelah memantapkan hatinya, dia mengucapkan permintaan maafnya secara panjang lebar. Semua pegawai dari atasan sampai cleaning service sontak antusias mendengarkan siarannya. Ada yang nyinyir, ada juga yang iba. Baek Jin Sang sendiri sangat menikmati siarannya sambil duduk santai di ruang kerjanya dengan sebungkus minuman segar.

Dengan perasaan malu Roo Da berjalan ke ruangannya. Jin Sang langsung menyambutnya dengan berkata bahwa tadi itu sangat menyenangkan. Meski keterampilan sastra dan kosa katanya kurang memadai tapi aku bisa merasakan ketulusanmu. Lalu sruttt dia menyeruput minuman kemasannya dengan sangat bahagia. Kamp**t ni orang yah. "Aku akan bermurah hati dan menerima permintaan maaf resmimu."

Tapi Roo Da kayaknya udah jengah banget sama tingkah atasannya. Dia meledak lagi. "Kamu hanya sepotong sampah kecil. Pergi dan mati saja! Kau ba$#@*an. Kau hanyalah sampah!"

Jin Sang kaget dan berjalan mundur. Sampai akhirnya dia menabrak sebuah pilar dan jam yang digantung diatasnya jatuh menimpa kepalanya. Roo Da syok dan semua pegawai langsung mengerumuninya.

Jeng jeng jeng. Dan semua itu hanya mimpinya Roo Da. Dia ketawa kaya orang stres setelah berpikir bahwa akhir-akhir ini dia sangat tertekan hingga bermimpi buruk. Setelah kembali waras dia langsung menyambar kalendernya dan menemukan bahwa hari ini tanggal 9 November!!! Ternyata tadi bukan mimpi. Waktu kembali terulang. Roo Da jadi gila lagi dan bertetiak-teriak.

Putaran waktu ke-2 dimulai

9 November, Jum'at kedua

Duduk di kursi kerjanya, Roo Da memikirkan kenapa Jin Sang terus saja sekarat. Apa karena dia menyuruhnya untuk mati? "Haruskah aku mengujinya? Astaga tidak! Aku tidak bisa menggunakannya untuk mengutuknya."

Tiba-tiba Jin Sang menghampirinya dan menanyakan perihal siaran permintaan maafnya. Dengan gaya sengaknya sambil makan permen karet dia menawarkan diri untuk mengoreksi apa yang Roo Da tulis. Badannya sambil goyang-goyang lagi. Sumpah ini orang bikin kesel maksimal. Roo Da juga ikut dongkol maksimal. Dia mengutuk dalam hati. "Baek Jin Sang! Mati!!"

Magic!! Tiba-tiba datang pegawai yang membawakan pesanan kopi dan apes keseleo hingga nampannya terbang tepat ke jidatnya Jin Sang yang seketika langsung ambruk.

Besok paginya, 9 November, Jum'at ke-3

Roo Da duduk bersila seperti orang sedang meditasi di atas kasurnya. Dia berpikir bahwa prediksinya benar. Jika dia mengatakan mati maka Jin Sang benar-benar mati. "Itu artinya aku tidak boleh berpikir seperti yang ku inginkan. Tapi aku menjadi sangat marah hanya dengan melihatnya. Kenapa dia mati hanya karena aku menyuruhnya?" Roo Da jadi kesal sendiri. Dia mengumpat pada kalender digitalnya. "Dasar sepotong sampah kecil yang tidak fleksibel!!!!!"

"Hei!" Ibunya datang dengan membawa centong yang seperti "garu". "Ada apa denganmu! Apa kau ingin aku membunuhmu hari ini?" Roo Da menggeleng manja. "Ayo keluar dan makan." Adegan ibunya sama terus yah. Nyuruh keluar dan makan. Haha

Di kantor Roo Da terus memerhatikan Jin Sang yang sedang mengangkat telepon. Tapi saat Jin Sang berjalan ke arahnya untuk memberikan tugas, dia sudah kabur duluan. Lalu saat waktu istirahat, dia berjalan dengan Bu Choi dan Jung Hwa. Melihat Jin Sang akan lewat Roo Da langsung lari terbirit-birit sampai kedua rekannya bengong melihat tingkahnya. Saat sedang makan di kantin pun sama. Roo Da mencoba kabur dengan merangkak di bawah meja.

Roo Da menyadari bahwa dia tidak bisa terus menghindar. Akhirnya dia mendatangi tempat praktek seorang psikolog dengan slogan 'kami mendengarmu meski tidak ada yang tahu. Tapi akhirnya dia pergi dari tempat itu setelah sebelumnya tergagap-gagap dia depan Pak Dokternya karena tidak sanggup menceritakan apa yang terjadi.

Esoknya dia datang ke gereja mendengarkan ceramah pendeta. Esoknya lagi dia pergi ke kuil. Dan kocaknya yang jadi biksunya sama dengan pendeta di gereja. Keesokan harinya lagi Roo Da pergi mendaki gunung. Di sana dia berteriak dengan lantang bahwa rasa sakit adalah berkah bagi pemuda. Diapun bisa tersenyum karena akhirnya bisa menemukan solusi untuk masalahnya.

Dan apa solusinya????

Dalam keadaan berantakan seturun dari gunung, Roo Da mendatangi apartemen Baek Jin Sang untuk membicarakan masalahnya. Dia memutuskan untuk memberitahunya. Tapi Jin Sang malah memanggil polisi. Dia berkata kalau belakangan ini Roo Da selalu membuntutinya dan yakin pasti sedang merencanakan sesuatu. Bukannya Roo Da malah menghindar ya?? Roo Da teriak-teriak pada polisi minta dilepaskan. Dia memandang tajam Jin Sang. Dalam hati Roo Da berkata bahwa dia melupakan satu hal. Komunikasi hanya berjalan pada manusia.

"Aku cukup gila untuk berpikir mungkin aku bisa meyakinkanmu." Roo Da melepaskan diri dari petugas dan lari menghampiri Jin Sang lalu mencekiknya. "Jin Sang! Mati Saja! Aku akan terus kembali ke sini. Aku akan mengulangi ini." Roo Da terus menyuruh Jin Sang untuk mati.

Senin, 12 November

Roo Da terbangun dari mimpinya dengan posisi tangan seperti sedang mencekik seseorang. Lagi-lagi dia stres. Apa tidak ada cara untuk melarikan diri dari putaran waktu sial*an ini?


EmoticonEmoticon