Drama Korea
Abyss
Sumber konten dan gambar : TVN
Min menunggui Se Yeon yang belum juga bangun. Begitu dokter datang, Min langsung menanyakan kondisi Se Yeon kenapa pingsan lama sekali. Dokter menjelaskan kalau dia sudah menghentikan biusnya karena suhunya mulai normal. Se Yeon akan segera sadar. Hasil pemeriksaan pun tidak buruk. Dokter akan mengawasi dua tiga hari setelah Se Yeon sadar dan melihat bagaimana pemulihannya. Min menarik nafas lega.
Beberapa saat setelah dokter pergi, Se Yeon sadar. Min lega dan langsung memeluknya.
"Apa yang terjadi? Dimana Seo Ji Wook? Kita bisa menyelamatkan Bu Jang?" Tanya Se Yeon. Min diam tidak menjawab.
Se Yeon melepaskan pelukan Min. "Ada apa? Ap yang terjadi? Semuanya baik-baik saja kan?"
Flashback
Min frustasi karena Ji Wook mati. Dengan berat hati dia akhirnya menggunakan abyss pada Ji Wook. Begitu Ji Wook hidup lagi, Min langsung memukulnya dan menanyakan keberadaan Se Yeon.
Ji Wook takjub karena Min benar-benar membangkitkannya dari kematian. Tak ada perubahan pada wajahnya. Hanya rambutnya yang terlihat berbeda.
Ji Wook tersenyum. "Kamu membangkitkanku dan mengira aku akan memberitahu semudah itu? Kenapa aku harus beritahu?"
Min menatap marah. "Begitu? Baiklah. Jangan beritahu aku." Min memukuli Ji Wook berkali-kali. "Jika Se Yeon mati, aku akan membunuhmu." Min memukuli Ji Wook lagi.
JI Wook seolah tidak merasakan sakit. Dia masih sanggup tersenyum. "Tentu. Bunuh saja aku. Aku tidak sekarat sendirian. Aku tidak akan kesepian."
"Aku tidak pernah berkata hanya akan membunuhmu sekali. Selama aku hidup, aku akan terus membunuhmu dan menghidupkanmu berulang kali." Ji Wook mulai goyah. "Rasakan ketakutan tiada akhir dan menyiksa tiap kalinya."
Min mengambil batu dan hendak memukulkannya ke Ji Wook.
"Tunggu! Kamu tidak punya waktu."
"Benarkah? Kalau begitu ku bunuh kamu dengan cepat." Min mengangkat tangannya siap memukul Ji Wook.
"Tunggu! Periksa kantongku!"
Min segera memeriksa kantong baju Ji Wook dan menemukan kunci dengan tulisan 'kontainer pendingin D3754'. "Dimana ini? Dimana Se Yeon?" Desak Min.
"Di area muatan kargo. Di kontainer pendingin."
Min buru-buru berlari mencari kontainer yang dimaksud. Sementara Ji Wook berteriak kesal.
Flashback end
"Aku tahu tidak seharusnya menghidupkannya. Aku hanya... aku hanya tidak bisa membiarkannya mati. Ku kira aku tidak akan menemukanmu jika ku biarkan dia mati." Min menangis. Se Yeon memeluknya. "Pikiran itu sungguh menghantuiku."
"Kamu tidak salah Min. Ini bukan salahmu. Semua salahku. Kamu hanya melakukannya untuk menyelamatkanku. Kamu tidak salah Min. Tidak apa. Maafkan aku Min. Aku sungguh minta maaf untuk semuanya." Se Yeon ikut menangis.
***
Dong Cheol datang ke markas kepolisian Dongbu. Rekannya memprotesnya karena Ketua sudah menyuruh Dong Cheol diam saja. Seharusnya dia tidak pernah datang ke sana (dermaga). Dong Cheol merasa dia itu polisi. Jadi bagaimana bisa dia tidak datang saat ada penculikan. Rekannya bilang Dong Cheol kan bisa melaporkannya. Lah Dong Cheol kan sudah melaporkannya. Tapi rekannya saja yang tidak percaya Ji Wook menculik seseorang.
Dong Cheol keras kepala tetap bertahan di kantor meski rekannya sudah menyuruhnya pergi. Rekannya akan mengembalikan memulihkan status Dong Cheol jika petugas forensik menemukan DNA Ji Wook di tkp. Dong Cheol keukeuh itu darah Ji Wook karena Hee Jin bilang sendiri kalau dia menabrak Ji Wook.
Detektif Lee mengangkat telepon yang berdering. Ternyata dari petugas forensik. Dia memberitahu kalau darah di tkp tercampur dengat larutan sodium hidroksida, jadi DNAnya tidak bisa di ekstrak. Tentu saja Dong CHeol terkejut.
Dari flashback, kita melihat kalau sebelum pergi, Ji Wook mengambil jirigen berisi larutan sodium hidroksida dari bagasi mobilnya lalu menyiramkannya di atas darahnya yang menggenang di lantai. Dia juga menghampiri Hee Jin yang belum sadarkan diri lalu melepaskan kartu memori dari kamera dashboard.
Saat para petugas datang, tkp juga diguyur hujan. Mungkin hujan juga mempengaruhi hasil uji forensik terhadap bukti di tkp. Ji Wook memperhatikan dari celah barisan kontainer, lalu pergi.
Dong Cheol masuk ke ruangan interogasi dimana Hee Jin sudah ada di sana. Hee Jin mengaku lagi kalau dia menabrak Ji Wook. Dia merasa Ji Wook pasti tewas. Dong Cheol memberitahunya kalau darah di tkp terlalu terkontaminasi untuk di ekstrak. Dan tidak ditemukan jasad Ji Wook dimanapun. Kalaupun Ji Wook berhasil pergi, dia tidak akan bisa pergi jauh.
"Apa ada hal lain yang kamu ingat?"
Hee Jin ingat dia melihat Min sebelum menabrak Ji Wook. "Apa Min menggunakan bola itu....."
Min dan Se Yeon bersiap pulang dari rumah sakit meski harusnya Se Yeon masih harus istirahat sehari lagi. Se Yeon bilang dia tidak bisa istirahat jika Ji Wook belum ditahan. Dia bertanya apa Min sudah menghubungi Dong Cheol. Kata Min sebentar lagi Dong Cheol datang.
Benar saja. Dong Cheol masuk ke sana. Dia langsung menanyakan kondisi Se Yeon dan duduk disampingnya. Sedangkan Se Yeon menanyakan keadaan Hee Jin.
"Dia hampir hilang akal. Dia mengklaim membunuh Seo Ji Wook tapi tidak ada jasad yang ditemukan. Kami bahkan tidak bisa buktikan Seo Ji Wook ada di sana malam itu. Jika darah di tkp adalah miliknya, dia tidak mungkin menghilang secepat itu. Mungkin darah lain."
"Itu darahnya," ujar Min.
"Apa? Jika begitu, dia tidak mungkin kabur."
"Aku menggunakan Abyss," aku Min.
Se Yeon membela Min. "Jika Min tidak menghidupkannya, aku akan mati sekali lagi." Se Yeon bertanya pada Min bagaimana penampakan Ji Wook saat terakhir kali Min melihatnya. Menurut Min Ji Wook tampak agak berbeda. Tapi wajahnya sama. Min rasa Ji Wook akan segera ditemukan begitu perburuan dimulai.
Tapi Dong Cheol bilang, saat ini Ji Wook masih korban. Jadi mengadakan perburuan akan sulit.
Se Yeon merasa heran. Bagaimana dengan penculikan dan pembuangan mayat?
Dong Cheol menjelaskan kalau tidak ada bukti yang mengaitkannya dengan Seo Ji Wook. Hanya sidik jari Hee Jin yang ada di mobil. Tidak ada bukti Ji Wook menculiknya. Polisi maritim sedang mencari jasad Jang Sun Young. Tapi belum ada kabar.
Se Yeon keluar dari rumah sakit sambil memegangi keningnya. "Ini tidak membawa kita kemanapun. Kita harus melakukan sesuatu."
"Ada langkah yang sering digunakan ibuku," ucap Min.
Min dan Se Yeon menemui Nyonya Eom.
"Kamu bukan main. Begitu pandanganmu soal ibu? Bahwa ibu pernah membuntuti orang menggunakan pelacak tidak menjadikan ibu berotak kriminal. Hei! Ibu bukan orang yang menggunakan cara kotor seperti memanipulasi publik dengan berita palsu. Hati-hati bicara di depan pengacara Lee."
"Lalu skandal dengan model JT Cosmetics Bae Su Jin? Siapa yang mulai?" Tanya Min.
"Bagaimana Ibu tahu siapa yang mulai? Lagipula itu bukannya palsu. Dia di panggil dan ditanyai polisi. Hasil tesnya positif. Itu bukan rumor. Itu fakta."
"Ibu. Aku ini bagian kerajaan bisnismu, ingat? Ibu bicara dengan para wanita di telepon tiga sampai empat jam sehari. Aku mendengar sesuatu entah ingin atau tidak."
Se Yeon ikut bicara. "Menyebarkan informasi palsu dapat di hukum...."
"Aku tidak melakukannya," potong Nyonya Eom."
"Baiklah kalau begitu. Aku akan minta orangku mencari sumber rumornya. Akan ku tuntut mewakili Nona Bae," ucap Min.
Nyonya Eom kesal kenapa Min tertarik dengan hal-hal tidak penting. Akhirnya dia mengaku kalau orang-orangnya yang menyebarkan rumor. "Kamu bukan main. Kenapa misimu mempermalukan ibumu? Sudah puas?"
"Kami butuh bantuan Ibu."
Esoknya, terbit artikel dengan topik 'Jaksa dan Putra Hakim adalah anak pembunuh berantai'.
"Kita menaruh umpan, dan hanya butuh dia menggigitnya," ucap Se Yeon pada Mi Do yang sama-sama sedang memandangi artikel di layar laptop.
Di kantor polisi, Dong Cheol juga sedang melihat artikel yang sama. Rekannya atau atasannya tanya apa Dong Cheol yakin soal berita itu.
"Seperti kataku. Setelah rumor tersebar, informasi akan segera berdatangan. Kejaksaan akan memeriksanya. Lalu kita akan dikritik orang-orang. Bosmu akan marah padamu. Kamu akan mengomeliku. Aku akan mengomelinya. Dia mengomelinya. Ada yang gajinya dipotong, ada yang di pecat...." Dong Cheol mengatakannya dengan penuh semangat atau justru kesal?
"Cukup! Tampaknya kita harus lakukan sesuatu sebelum ramai."
"Itu tindakan terbaik. Perlukah ku lakukan sesuatu dengan segera?"
"Ya."
Di kantornya, staff Hakim Seo menunjukkan artikel tentang Ji Wook. Wajahnya tampak panik. Begitu keluar, dia langsung dikerumuni wartawan. Tapi dia bungkam seribu bahasa. Di luar, dia bertemu dengan Park Ki Nam.
Kantor Ji Wook pun ramai oleh telepon dari wartawan. Paralegalnya sibuk mengkonfirmasi kalau berita itu tidak benar. Dia bahkan sampai kesal dan berteriak. Dia tidak habis pikir kenapa ada yang berkata begitu pada Ji Wook yang menurutnya orang yang baik.
Si paralegal masuk ke ruangan Ji Wook hendak membuang sampah. Dia sedikit heran melihat tumpukan kotak biru yang dulu dia sebut sebagai kiriman dari pacar Ji Wook di dalam tong sampah. "Apa mereka putus?" Paralegal itu pun membawa tong sampahnya keluar.
***
Beberapa saat kemudian, Mi Do tampak mendapat telepon dari paralegal Ji Wook.
Se Yeon ketemuan dengan si paralegal di sebuah restoran. Tak jauh darinya, Mi Do dan Dong Cheol terlihat mengintai mereka.
Se Yeon menanyakan maksud si paralegal mengajaknya ketemuan. Si paralegal meletakkan tas kertas coklat yang dibawanya di atas meja.
Si paralegal mengaku saat Se Yeon marah-marah pada Ji Wook di kantornya tempo hari, dia melihat foto yang ditinggalkan Se Yeon. Dia mengeluarkan kotak biru dari dalam tas kertas yang dibawanya. Dia bilang menemukannya di tempat sampah ruangan Ji Wook dan bercerita kalau pacar Ji Wook biasa mengiriminya hadiah lewat kurir.
Saat si paralegal hendak membuang kotak-kotak biru itu, tanpa sengaja salah satu kotak terjatuh dan dia menemukan gambar wajah Ji Wook kecil yang terpotong. Dari sanalah kecurigaannya muncul karena gambar wajah itu sama dengan wajah anak kecil di foto yang Se Yeon tinggalkan. Awalnya dia merasa semua berita rumor yang tersebar adalah kebohongan, tapi setelah melihat foto itu dia berpikir mungkin ada hal lain.
"Aku telepon untuk tanya seandainya kamu tahu hal yang lain?" Tany si paralegal. Dari wajahnya, terlihat kalau dia merasa kecewa seamdainya berita itu benar.
"Aku senang kamu menelepon."
"Tolong katakan Jaksa Seo bukanlah di balik semua ini. Kamu kenal dia sebaik diriku. Dia mungkin bukan yang paling hangat. Tapi anak Oh Yeong Cheol? Mustahil."
Se Yeon diam saja. Si paralegal pun segera pergi karena mendapat telepon dari kantornya. Begitu dia pergi, Mi Do dan Dong Cheol buru-buru menghampiri Se Yeon dan bertanya apa yang dibawa si paralegal.
"Kurasa ini foto masa kecil Ji Wook. Tapi aku sudah tahu tentang ini."
Dong Cheol kecewa karena dia pikir akan mendapatkan hal baru.
Hakim Seo masuk ke dalam mobilnya di parkiran. Dia terkejut melihat Ji Wook sudah ada di bangku belakang.
"Seharusnya kamu tidak terkejut seperti itu melihat putramu."
"Apa yang kamu rencanakan? Belum terlambat untuk mengakui semua kejahatanmu dan...."
"Aku tidak bisa." Ji Wook memberikan sebuah ponsel pada Hakim Seo. Mulai sekarang, dia akan menghubunginya dengan telepon itu. Hakim Seo diam tanpa menerima ponsel itu. Ji Wook meletakknya di samping Hakim Seo. Hakim Seo sebaiknya mengangkat teleponnya jika dia tidak ingin terluka. Ji Wook pun pergi.
Se Yeon memandangi foto Ji Wook kecil. Dia tampak berpikir keras dan akhirnya sepertinya dia mendapat pencerahan. Mi Do menghampirinya dan bertanya ada apa. Se Yeon cerita kalau Ji Woom memang sering dikirimi hadiah oleh pacarnya. Ji Wook pernah janji akan menunjukannya tapi nyatanya tidak pernah hingga Se Yeon dan rekan-rekannya meledek jangan-jangan Ji Wook mengirim hadiahnya untuk dirinya sendiri.
"Tolong kirimkan pesan pada paralegalnya," pinta Se Yeon pada Mi Do.
Dong Cheol yang sedang meneliti berkas mendapat pesan gambar dari Se Yeon. "Kotak hadiah ini dikirimkan ke Seo Ji Wook berkali-kali. Bisa hubungi layanan kurir dan cari tahu kapan tanggal pengirimannya, dikirimkan darimana, dan adakah hal lain yang diingat? Kurasa ini cara dia dan Oh Yeong Cheol berkomunikasi."
"Okay." Dong Cheol memanggil detektif Chpi dan Lee dan menyuruh mereka memeriksa jasa kurir yang mengirimi kotak biru.
Se Yeon tertidur di atas meja di dalam ruangan rahasia. Min masuk. Dia menggendong Se Yeon lalu merebahkannya di kasur di dalam kamarnya. Min menyelimuti Se Yeon dan tersenyum memandanginya.
Min hendak pergi tapi Se Yeon memegang jarinya. "Min~a."
Bersambung ke Abyss episode 14 part 3
Se Yeon melepaskan pelukan Min. "Ada apa? Ap yang terjadi? Semuanya baik-baik saja kan?"
Flashback
Min frustasi karena Ji Wook mati. Dengan berat hati dia akhirnya menggunakan abyss pada Ji Wook. Begitu Ji Wook hidup lagi, Min langsung memukulnya dan menanyakan keberadaan Se Yeon.
Ji Wook takjub karena Min benar-benar membangkitkannya dari kematian. Tak ada perubahan pada wajahnya. Hanya rambutnya yang terlihat berbeda.
Ji Wook tersenyum. "Kamu membangkitkanku dan mengira aku akan memberitahu semudah itu? Kenapa aku harus beritahu?"
Min menatap marah. "Begitu? Baiklah. Jangan beritahu aku." Min memukuli Ji Wook berkali-kali. "Jika Se Yeon mati, aku akan membunuhmu." Min memukuli Ji Wook lagi.
JI Wook seolah tidak merasakan sakit. Dia masih sanggup tersenyum. "Tentu. Bunuh saja aku. Aku tidak sekarat sendirian. Aku tidak akan kesepian."
"Aku tidak pernah berkata hanya akan membunuhmu sekali. Selama aku hidup, aku akan terus membunuhmu dan menghidupkanmu berulang kali." Ji Wook mulai goyah. "Rasakan ketakutan tiada akhir dan menyiksa tiap kalinya."
Min mengambil batu dan hendak memukulkannya ke Ji Wook.
"Tunggu! Kamu tidak punya waktu."
"Benarkah? Kalau begitu ku bunuh kamu dengan cepat." Min mengangkat tangannya siap memukul Ji Wook.
"Tunggu! Periksa kantongku!"
Min segera memeriksa kantong baju Ji Wook dan menemukan kunci dengan tulisan 'kontainer pendingin D3754'. "Dimana ini? Dimana Se Yeon?" Desak Min.
"Di area muatan kargo. Di kontainer pendingin."
Min buru-buru berlari mencari kontainer yang dimaksud. Sementara Ji Wook berteriak kesal.
Flashback end
"Aku tahu tidak seharusnya menghidupkannya. Aku hanya... aku hanya tidak bisa membiarkannya mati. Ku kira aku tidak akan menemukanmu jika ku biarkan dia mati." Min menangis. Se Yeon memeluknya. "Pikiran itu sungguh menghantuiku."
"Kamu tidak salah Min. Ini bukan salahmu. Semua salahku. Kamu hanya melakukannya untuk menyelamatkanku. Kamu tidak salah Min. Tidak apa. Maafkan aku Min. Aku sungguh minta maaf untuk semuanya." Se Yeon ikut menangis.
***
Dong Cheol datang ke markas kepolisian Dongbu. Rekannya memprotesnya karena Ketua sudah menyuruh Dong Cheol diam saja. Seharusnya dia tidak pernah datang ke sana (dermaga). Dong Cheol merasa dia itu polisi. Jadi bagaimana bisa dia tidak datang saat ada penculikan. Rekannya bilang Dong Cheol kan bisa melaporkannya. Lah Dong Cheol kan sudah melaporkannya. Tapi rekannya saja yang tidak percaya Ji Wook menculik seseorang.
Dong Cheol keras kepala tetap bertahan di kantor meski rekannya sudah menyuruhnya pergi. Rekannya akan mengembalikan memulihkan status Dong Cheol jika petugas forensik menemukan DNA Ji Wook di tkp. Dong Cheol keukeuh itu darah Ji Wook karena Hee Jin bilang sendiri kalau dia menabrak Ji Wook.
Detektif Lee mengangkat telepon yang berdering. Ternyata dari petugas forensik. Dia memberitahu kalau darah di tkp tercampur dengat larutan sodium hidroksida, jadi DNAnya tidak bisa di ekstrak. Tentu saja Dong CHeol terkejut.
Saat para petugas datang, tkp juga diguyur hujan. Mungkin hujan juga mempengaruhi hasil uji forensik terhadap bukti di tkp. Ji Wook memperhatikan dari celah barisan kontainer, lalu pergi.
Dong Cheol masuk ke ruangan interogasi dimana Hee Jin sudah ada di sana. Hee Jin mengaku lagi kalau dia menabrak Ji Wook. Dia merasa Ji Wook pasti tewas. Dong Cheol memberitahunya kalau darah di tkp terlalu terkontaminasi untuk di ekstrak. Dan tidak ditemukan jasad Ji Wook dimanapun. Kalaupun Ji Wook berhasil pergi, dia tidak akan bisa pergi jauh.
"Apa ada hal lain yang kamu ingat?"
Hee Jin ingat dia melihat Min sebelum menabrak Ji Wook. "Apa Min menggunakan bola itu....."
Min dan Se Yeon bersiap pulang dari rumah sakit meski harusnya Se Yeon masih harus istirahat sehari lagi. Se Yeon bilang dia tidak bisa istirahat jika Ji Wook belum ditahan. Dia bertanya apa Min sudah menghubungi Dong Cheol. Kata Min sebentar lagi Dong Cheol datang.
Benar saja. Dong Cheol masuk ke sana. Dia langsung menanyakan kondisi Se Yeon dan duduk disampingnya. Sedangkan Se Yeon menanyakan keadaan Hee Jin.
"Dia hampir hilang akal. Dia mengklaim membunuh Seo Ji Wook tapi tidak ada jasad yang ditemukan. Kami bahkan tidak bisa buktikan Seo Ji Wook ada di sana malam itu. Jika darah di tkp adalah miliknya, dia tidak mungkin menghilang secepat itu. Mungkin darah lain."
"Itu darahnya," ujar Min.
"Apa? Jika begitu, dia tidak mungkin kabur."
"Aku menggunakan Abyss," aku Min.
Se Yeon membela Min. "Jika Min tidak menghidupkannya, aku akan mati sekali lagi." Se Yeon bertanya pada Min bagaimana penampakan Ji Wook saat terakhir kali Min melihatnya. Menurut Min Ji Wook tampak agak berbeda. Tapi wajahnya sama. Min rasa Ji Wook akan segera ditemukan begitu perburuan dimulai.
Tapi Dong Cheol bilang, saat ini Ji Wook masih korban. Jadi mengadakan perburuan akan sulit.
Se Yeon merasa heran. Bagaimana dengan penculikan dan pembuangan mayat?
Dong Cheol menjelaskan kalau tidak ada bukti yang mengaitkannya dengan Seo Ji Wook. Hanya sidik jari Hee Jin yang ada di mobil. Tidak ada bukti Ji Wook menculiknya. Polisi maritim sedang mencari jasad Jang Sun Young. Tapi belum ada kabar.
Se Yeon keluar dari rumah sakit sambil memegangi keningnya. "Ini tidak membawa kita kemanapun. Kita harus melakukan sesuatu."
"Ada langkah yang sering digunakan ibuku," ucap Min.
Min dan Se Yeon menemui Nyonya Eom.
"Kamu bukan main. Begitu pandanganmu soal ibu? Bahwa ibu pernah membuntuti orang menggunakan pelacak tidak menjadikan ibu berotak kriminal. Hei! Ibu bukan orang yang menggunakan cara kotor seperti memanipulasi publik dengan berita palsu. Hati-hati bicara di depan pengacara Lee."
"Lalu skandal dengan model JT Cosmetics Bae Su Jin? Siapa yang mulai?" Tanya Min.
"Bagaimana Ibu tahu siapa yang mulai? Lagipula itu bukannya palsu. Dia di panggil dan ditanyai polisi. Hasil tesnya positif. Itu bukan rumor. Itu fakta."
"Ibu. Aku ini bagian kerajaan bisnismu, ingat? Ibu bicara dengan para wanita di telepon tiga sampai empat jam sehari. Aku mendengar sesuatu entah ingin atau tidak."
Se Yeon ikut bicara. "Menyebarkan informasi palsu dapat di hukum...."
"Aku tidak melakukannya," potong Nyonya Eom."
"Baiklah kalau begitu. Aku akan minta orangku mencari sumber rumornya. Akan ku tuntut mewakili Nona Bae," ucap Min.
Nyonya Eom kesal kenapa Min tertarik dengan hal-hal tidak penting. Akhirnya dia mengaku kalau orang-orangnya yang menyebarkan rumor. "Kamu bukan main. Kenapa misimu mempermalukan ibumu? Sudah puas?"
"Kami butuh bantuan Ibu."
Esoknya, terbit artikel dengan topik 'Jaksa dan Putra Hakim adalah anak pembunuh berantai'.
"Kita menaruh umpan, dan hanya butuh dia menggigitnya," ucap Se Yeon pada Mi Do yang sama-sama sedang memandangi artikel di layar laptop.
Di kantor polisi, Dong Cheol juga sedang melihat artikel yang sama. Rekannya atau atasannya tanya apa Dong Cheol yakin soal berita itu.
"Seperti kataku. Setelah rumor tersebar, informasi akan segera berdatangan. Kejaksaan akan memeriksanya. Lalu kita akan dikritik orang-orang. Bosmu akan marah padamu. Kamu akan mengomeliku. Aku akan mengomelinya. Dia mengomelinya. Ada yang gajinya dipotong, ada yang di pecat...." Dong Cheol mengatakannya dengan penuh semangat atau justru kesal?
"Cukup! Tampaknya kita harus lakukan sesuatu sebelum ramai."
"Itu tindakan terbaik. Perlukah ku lakukan sesuatu dengan segera?"
"Ya."
Di kantornya, staff Hakim Seo menunjukkan artikel tentang Ji Wook. Wajahnya tampak panik. Begitu keluar, dia langsung dikerumuni wartawan. Tapi dia bungkam seribu bahasa. Di luar, dia bertemu dengan Park Ki Nam.
Kantor Ji Wook pun ramai oleh telepon dari wartawan. Paralegalnya sibuk mengkonfirmasi kalau berita itu tidak benar. Dia bahkan sampai kesal dan berteriak. Dia tidak habis pikir kenapa ada yang berkata begitu pada Ji Wook yang menurutnya orang yang baik.
Si paralegal masuk ke ruangan Ji Wook hendak membuang sampah. Dia sedikit heran melihat tumpukan kotak biru yang dulu dia sebut sebagai kiriman dari pacar Ji Wook di dalam tong sampah. "Apa mereka putus?" Paralegal itu pun membawa tong sampahnya keluar.
***
Beberapa saat kemudian, Mi Do tampak mendapat telepon dari paralegal Ji Wook.
Se Yeon ketemuan dengan si paralegal di sebuah restoran. Tak jauh darinya, Mi Do dan Dong Cheol terlihat mengintai mereka.
Se Yeon menanyakan maksud si paralegal mengajaknya ketemuan. Si paralegal meletakkan tas kertas coklat yang dibawanya di atas meja.
Si paralegal mengaku saat Se Yeon marah-marah pada Ji Wook di kantornya tempo hari, dia melihat foto yang ditinggalkan Se Yeon. Dia mengeluarkan kotak biru dari dalam tas kertas yang dibawanya. Dia bilang menemukannya di tempat sampah ruangan Ji Wook dan bercerita kalau pacar Ji Wook biasa mengiriminya hadiah lewat kurir.
Saat si paralegal hendak membuang kotak-kotak biru itu, tanpa sengaja salah satu kotak terjatuh dan dia menemukan gambar wajah Ji Wook kecil yang terpotong. Dari sanalah kecurigaannya muncul karena gambar wajah itu sama dengan wajah anak kecil di foto yang Se Yeon tinggalkan. Awalnya dia merasa semua berita rumor yang tersebar adalah kebohongan, tapi setelah melihat foto itu dia berpikir mungkin ada hal lain.
"Aku telepon untuk tanya seandainya kamu tahu hal yang lain?" Tany si paralegal. Dari wajahnya, terlihat kalau dia merasa kecewa seamdainya berita itu benar.
"Aku senang kamu menelepon."
"Tolong katakan Jaksa Seo bukanlah di balik semua ini. Kamu kenal dia sebaik diriku. Dia mungkin bukan yang paling hangat. Tapi anak Oh Yeong Cheol? Mustahil."
Se Yeon diam saja. Si paralegal pun segera pergi karena mendapat telepon dari kantornya. Begitu dia pergi, Mi Do dan Dong Cheol buru-buru menghampiri Se Yeon dan bertanya apa yang dibawa si paralegal.
"Kurasa ini foto masa kecil Ji Wook. Tapi aku sudah tahu tentang ini."
Dong Cheol kecewa karena dia pikir akan mendapatkan hal baru.
Hakim Seo masuk ke dalam mobilnya di parkiran. Dia terkejut melihat Ji Wook sudah ada di bangku belakang.
"Seharusnya kamu tidak terkejut seperti itu melihat putramu."
"Apa yang kamu rencanakan? Belum terlambat untuk mengakui semua kejahatanmu dan...."
"Aku tidak bisa." Ji Wook memberikan sebuah ponsel pada Hakim Seo. Mulai sekarang, dia akan menghubunginya dengan telepon itu. Hakim Seo diam tanpa menerima ponsel itu. Ji Wook meletakknya di samping Hakim Seo. Hakim Seo sebaiknya mengangkat teleponnya jika dia tidak ingin terluka. Ji Wook pun pergi.
Se Yeon memandangi foto Ji Wook kecil. Dia tampak berpikir keras dan akhirnya sepertinya dia mendapat pencerahan. Mi Do menghampirinya dan bertanya ada apa. Se Yeon cerita kalau Ji Woom memang sering dikirimi hadiah oleh pacarnya. Ji Wook pernah janji akan menunjukannya tapi nyatanya tidak pernah hingga Se Yeon dan rekan-rekannya meledek jangan-jangan Ji Wook mengirim hadiahnya untuk dirinya sendiri.
"Tolong kirimkan pesan pada paralegalnya," pinta Se Yeon pada Mi Do.
Dong Cheol yang sedang meneliti berkas mendapat pesan gambar dari Se Yeon. "Kotak hadiah ini dikirimkan ke Seo Ji Wook berkali-kali. Bisa hubungi layanan kurir dan cari tahu kapan tanggal pengirimannya, dikirimkan darimana, dan adakah hal lain yang diingat? Kurasa ini cara dia dan Oh Yeong Cheol berkomunikasi."
"Okay." Dong Cheol memanggil detektif Chpi dan Lee dan menyuruh mereka memeriksa jasa kurir yang mengirimi kotak biru.
Se Yeon tertidur di atas meja di dalam ruangan rahasia. Min masuk. Dia menggendong Se Yeon lalu merebahkannya di kasur di dalam kamarnya. Min menyelimuti Se Yeon dan tersenyum memandanginya.
Min hendak pergi tapi Se Yeon memegang jarinya. "Min~a."
Bersambung ke Abyss episode 14 part 3
1 komentar
Ehm...sweet banget mereka berdua😍
EmoticonEmoticon