Sinopsis Dan, Only Love Episode 8 Part 1

Drama Korea
Dan, Onlu Love/Ange's Last Mission : Love
Episode 8 Part 1


Sumber konten dan gambar : KBS2


Kim Dan makan mie instan di minimarket. "Mie instan memang yang terbaik. Wah! Sangat enak." Kim Dan tampak tersedak. Seorang pegawai wanita berkacamata tiba-tiba mengagetkannya dari belakang.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya wanita itu. Tapi anehnya suaranya mirip laki-laki. Dan memperhatikan wajahnya. Seperti yang sudah-sudah, ternyata wanita itu adalah 'jelmaan' dewa Hoo. Kim Dan sampai tersedak lagi saking kagetnya. Memangnya dewa Hoo berencana mengenakan semua rompi seragam pekerjaan?

Dewa Hoo beralasan kalau itu semua karena tempat-tempat yang Dan tuju. Lagian kenapa Dan tidak pergi ke tempat yang bagus saja? Mie instan bukan satu-satunya makanan yang ada.

"Kamu harus memberiku lebih banyak anggaran," sahut Dan.

"Bukankah kamu tidak punya uang?"

"Aku menemukan sejumlah uang seperti berkah dari atas."

"Oh. Jadi kamu menyimpannya sendiri?"

"Sunbae! Kita adalah malaikat. Tentu saja, aku memberikannya pada polisi. Aku ingin meminjam 30 ribu won dari detektif, tapi dia memberiku begitu saja karena kasihan. Dia seorang pria yang baik," aku Dan.

"Dan kamu datang ke sini dengan uang  itu?"


Kim Dan berhenti menyuapkan makanannya. Matanya tampak menerawang. "Aku ingin melihat beberapa manusia."

Dewa Hoo kelihatan bingung. Perhatian mereka berdua tertarik keluar dimana ada beberapa pasangan yang saling bercengkerama. Dan juga melihat pasangan yang duduk tidak jauh darinya.

"Lee Yeon Seo, mungkin belum pernah melakukan itu kan?"


Dewa Hoo diam saja. Dia mengambil mie milik Kim Dan dan meniupinya. Dia berniat menyuapi Dan. Dan langsung kaget begitu dia menoleh. "Astaga!"


Karena ditinggalkan semua orang, Yeon Seo memasak sendiri. Tapi cara memecahkan telur saja dia tidak tahu. Akhirnya telurnya banyak yang terbuang. Dia bahkan menaburkan lada sangat banyak. Yeon Seo sangat kesal karena masakannya kacau dan berantakan.

Miss Jung datang dan bertanya apa Yeon Seo sudah sarapan. Dia berniat mengambil alih kerjaan Yeon Seo.


"Sudah kubilang minggir! Bagaimana bisa aku tinggal di rumah sebesar ini sendirian?"

Miss Jung mengambil kesempatan dalam kesempitan. "Kamu bisa menyuruh Kim Dan untuk datang."

"Aku tidak ingin mendengar namanya."

"Keluar sebentar. Ada seseorang yang harus kamu temui." Miss Jung mematikan kompor lalu pergi. Yeon Seo mengikutinya.


Di luar sudah ada seorang wanita yang menunggu. Yeon Seo bertanya siapa dia. Seolah merasakan sesuatu, Yeon Seo mendekat dan membaui wanita itu. "Lavender?"  (Ingat nggak, di episode 1 Yeon Seo memecat seorang pelayan gara-gara lupa menaruh tumpuan kursi kembali ke tempatnya sampai akhirnya Yeon Seo yang buta tersandung. Ini pelayan itu.)

"Aku Ki Bo Ra."

"Tapi kenapa?" tanya Yeon Seo pada Miss Jung.

"Aku mengirimnya ke teater balet sesudah tiba-tiba di pecat olehmu."

"Atas keputusanmu?"

"Semacam memperkerjakan kembali. Beberapa hari yang lalu, dia melihats sesuatu."


Ternyata Ki Bo Ra melihat mantan sekuriti yang keluar dari ruangan Bu Choi sambil membawa amplop uang.

Miss Jung bicara berdua dengan Yeon Seo. Dia tidak yakin mantan ketua sekuriti menyebabkan kecelakaan dengan sengaja. Tapi dia yakin dia sudah bekerja sebagai mata-mata mereka.


Miss Jung memulai lagi dramanya. "Oh! Aku ragu Kim Dan bisa tidur karena ketidakadian."

"Lalu kenapa? Kenapa dia,,,"

"Aku yakin perkataanmu benar. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Kamu akan menyuruhnya kembali, bukan?"

"Tidak! Kenapa harus? Aku tidak membutuhkannya," ucap Yeon Seo sok cuek.

"Alamatnya adalah gereja katolik. Tentu saja aku tahu kamu tidak akan mengunjunginya."


Ternyata eh ternyata, Yeon Seo mencari Dan ke gereja katolik sambil membawa Gureum. Di hari berikutnya, Gureum terlihat menarik Yeon Seo ke taman.

"Tidak mungkin. Apa dia datang ke sini sesudah di usir?" kata Yeon Seo dalam hati. "Kenapa dia datang ke sini?"


Eh! Kim Dan ternyata beneran di sana. Dia tidur di bangku taman dengan selimut koran. Kim Dan bangun. Suasana seolah jadi romantis. Wajah bangun tidurnya yang biasanya kusut, tampak berkarisma. Salju tiba-tiba saja beterbangan. Yeon Seo tampak terpana melihat Dan.

"Apa karena di sinilah kali pertama kita bertemu?"



Kim Dan mengibas-ngibaskan rambutnya sambil memejamkan mata. Begitu membuka matanya, pandangannya langsung bertemu dengan mata Yeon Seo. Sontak Yeon Seo berbalik.

"Lee Yeon Seo!" panggil Dan.


Yeon Seo menyimpan rambutnya di balik telinga. Dia memasang wajah dinginnya lalu memutar tubuhnya menghadap Dan. "Apa ini? Kenapa kamu di sini?"


Beberapa saat kemudian, Kim Dan dan Yeon Seo duduk berdua di bangku taman. Sepertinya Yeon Seo membujuk Dan untuk kembali. Dia menjanjikan gaji dua kali lipat dari sebelumnya dan bonus 100 persen.

"Bagaimana? Kamu tidak punya tujuan. Kembalilah. Kamu akan mati kedinginan jika tidur di sini."

Dan diam saja. Dia melirik Yeon Seo sambil tersenyum. Yeon Seo beralasan, jika Dan mati, dia akan menghantui mimpinya sebagai hantu."

Dan masih diam seribu bahasa. Tapi tidak dengan ekspresi wajahnya. Matanya tampak bersinar menatap Yeon Seo. Bibirnya tidak hentinya menyunggingkan senyum.

Yeon Seo akhirnya merendah. Dia harus berjalan tanpa tongkat sampai minggu depan. Dia harus berjalan apapun yang terjadi. "Jadi,,, aku membutuhkanmu."


"Karena konferensi pers?"

Yeon Seo yang sedari tadi menghindari bertemu mata dengan Dan, menatap Dan kaget. "Bagaimana kamu tahu?"


Dan menunjukkan koran yang tadi sempat jadi selimutnya. "Rumor itu beredar."

Yeon Seo kembali ke tabiatnya. Dia marah-marah pada Dan. Dan tahu tapi kenapa masih berbaring di sana?"

Dan pun kembali ke ketiengilannya. "Auh!! Aku akan ke sana. Kamu sangat membutuhkanku."

"Kamu sangat menyebalkan," gumam Yeon Seo.

"Aku tidak perlu dibayar dua kali lipat dan aku tidak perlu bonus 100 persen. Sebagai gantinya, aku punya syarat."



Bu Choi bersenandung riang sambil menyapukan pelembab di wajahnya. Pak Geum bertanya apa yang membuat Bu Choi begitu senang?

"Dalam beberapa hari lagi aku tidak akan menjadi direktur umum sementara. Apa kamu tidak senang?"

Pak Geum mengingatkan kalau itu hanya untuk perpanjangan surat kuasa. "Bukankah kita masih sementara?"

Bu Choi berbalik menatap suaminya. Berapa kali dia harus mengulangi perkataannya? Seorang manusia harus lebih pintar dari binatang. Ji Kang Woo sudah mengatur panggung. Dan dia hanya perlu mengambil kendali. Yeon Seo baru saja mendapatkan penglihatannya. Dan sekarang, dia ingin balet lagi? Apapun yang mungkin terjadi, dia tidak akan pernah bisa melakukan itu. Mereka akan terus maju dengan konferensi pers. Mereka akan merilis artikel berita mengklaim bahwa Yeon Seo akan hadir. Dan saat semua orang mengharapkannya, "Duk duk duk!! Kejutan!!! Dia tidak akan pernah muncul."

"Dan kamu akan menggunakan kesempatan itu untuk mengambil alih yayasan?"

Bu Choi tepuk tangan. "100 persen benar."

***

Kang Woo mengawasi latihan. Dia mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada seseorang. Spertinya Yeon Seo. "Dimana kamu? Kita perlu bicara. Aku Ji Kang Woo. Teleponlah aku."

Musik berhenti. Kang Woo meminta mereka mengulang lagi. Seorang balerina bilang dia perlu menjemput anaknya di tempat penitipan anak.

"Silahkan pergi!" ucap Kang Woo.

"Terimakasih."

"Selama-lamanya," lanjut Kang Woo. "Ayo kita mulai dari tarian kelompok lagi."

Nina memandang balerina yang tadi. Semuanya berlatih lagi. Balerina itu masih saja diam di tempatnya. Dia akhrinya ikut bergabung lagi. Kang Woo menatapnya lalu memberi isyarat agar musik dihentikan.

"Apa kamu keberatan? Kenapa tidak pergi? Katamu kamu harus pergi."

"Tidak."


"Nafas dan keseimbanganmu tidak stabil, dan kamu tidak fokus. Apa kamu masih bisa berpikir kamu masih bisa menari?" Kang Woo memanggi balerina yang bernama Sooji. Dia bilang Soo Ji bisa menggantikan balerina itu. Soo Ji tampak tersenyum.

"Maka aku bisa jadi balerina pengganti," ujar balerina yang tadi.

"Kata siapa? Aku tidak mengijinkannya!!" bentak Kang Woo dengan sangat keras. "Mulai dari awal. Lebih baik bekerjalah dengan benar. Fokus pada setiap otot. Bersiap!"

Nina tampaknya kasihan pada balerina yang diusir Kang Woo. Balerina itu pergi dengan membawa tasnya. Sementara yang lainnya, mulai berlatih kembali.


Kang Woo baru mau pulang dari Fantasia. Nina sudah menunggunya di lobi. Dia bertanya apa Kang Woo sudah makan? Mereka berdua pun makan di restoran yang tempo hari.

Nina bercerita kalau Jung Won (balerina yang dipecat) kembali hanya setelah enam bulan pasca melahirkan. Dia menangis setiap hari mencoba mengembalikan tubuhnya ke bentuk semula.

"Lalu?" tanya Kang Woo sambil mengaduk-aduk makanannya.

"Silahkan memarahiku sebagai gantinya. Lagipula itu semua salahku. Seandainya aku tidak mengunggah video itu dan mengambi foto dengan Yeon Seo, konferensi pers tidak diperlukan."

"Apa kamu berpikir aku menggertak orang yang tidak bersalah hanya karena konferensi pers Yeon Seo? Itu yang kamu pikirkan?"

Nina diam dan menarik nafas.

"Mungkin karena Jung Won seorang solois, tapi dia tidak selaras dengan yang lainnya. Ketika Yeon Seo kembali, aku ingin menyajikannya dengan tim yang sempurna. Aku tidak perlu 'two shot." Karena Yeon Seo akan muncul," yakin Kang Woo.

Nina membenarkan. "Tidak peduli berapa banyak dia menyangkalnya, dia tidak pernah bisa menyerah pada balet."

"Dan bagaimana kamu begitu yakin?"

"Setiap kali dia memarahi timnya, dia akan bilang bahwa talenta kami di berikan dari atas. Dia akan memberitahu kita untuk mengerahkan semuanya agar kita tidak memalukan kepada mereka yang tidak bisa hadir. Itu yang selalu di katakan guru balet kami saat kecil," cerita Nina.

Kang Woo tersenyum. "Dari awal, dia belajar dengan baik."

Nina bilang Yeon Seo akan kembali dengan percaya diri. "Dan pada saatnya tiba, aku akan bertarung dengan baik."


"Lalu berkonsentrasilah! Kamu tidak punya waktu untuk fokus pada orang lain sekarang."

"Kamu benar. Aku tidak tahu kenapa aku terus terganggu."

"Kamu masih jauh dari egois."


Kang Woo menatap foto Yeon Seo yang dia tempel di papan bersama foto lainnya. Dia lalu mendengarkan suara wanita di video yang dia putar.

"Apa kamu akan terus mendikteku? Aku tahu lebih daripada siapapun di dunia betapa berantakannya aku," ucap Yeon Seo dalam bahasa Inggris.

Kang Woo seolah menjawab. "Terkadang, kamu perlu mendorong diri sendiri agar kamu bisa lebih baik.

"Ketika kamu mengalami kesulitan, yang sungguh kamu butuhkan adalah sepotong coklat manis daripada pukulan yang keras. Mengerti?" (Btw, tapi suaranya nggak kayak Yeon Seo deh. Entahlah)

Kang Woo tampak memikirkan sesuatu. Dia lalu menelepon seseorang.


Ivy Mansion

Dan memberi kejutan berupa jejak kaki di lantai pada Yeon Seo. Dia akan mengajari Yeon Seo cara mengambil langkah.

"Kamu tahu bagaimana bayi balita? Satu langkah dua langkah."

"Apa ini terbukti efektif?"

"Mmmmm. Tidak." Dan menggeleng.

"Heol!!"

"Tetap saja. Ayo kita coba ini. Kamu pandai berteriak. Aku tidak akan mempermalukanmu."


Kim Dan menggandeng Yeon Seo untuk mengikuti jejak-jejak kaki yang dia buat. Untuk tahap selanjutnya, Dan meminta Yeon Seo memegang pundaknya, bukan menggandengnya. Yeon Seo menurut. Dan menyemangatinya.

Setelah pundak, sekarang Yeon Seo hanya memegang kelingking Dan. Dan yakin Yeon Seo pasti bisa.


Mereka tidak hanya berlatih di dalam rumah, tapi juga di luar. Yeon Seo berlatih berjalan sendiri tapi dia masih kesulitan dan jatuh. Dan reflek hendak menoongnya, tapi urung. Yeon Seo pun mengulurkan tangan padanya, tapi Dan menggeleng.


Hari berikutnya, Yeon Seo harus berjalan sendiri di rerumputan. Yeon Seo ragu dan hanya diam saja. Dan menghampirinya. Dia memegang wajah Yeon Seo.

"LIhatlah aku! Bayangkan hanya kamu dan aku di dunia ini. Okay!"

Yeon Seo mengangguk. Dan tersenyum dan berjalan ke seberangnya Yeon Seo. Yeon Seo bertanya-tanya. Kim Dan seharusnya tidak menyukainya.

Yeon Seo menarik nafas dalam. Dia mencoba melangkah. Tapi lagi-lagi dia malah terjatuh. Dan segera berlari menolongnya.


"Kamu tidak berlari meraihku."

"Berbahaya. Hei! Kamu punya lubang," canda Dan. Yeon Seo langsung mendorongnya. Mereka berdua mau berdiri secara bersamaan tapi malah saling menyenggol dan akhirnya jatuh. Mereka saling menatap. Eh ada anak kecil yang ngomporin mereka buat kissue.

"Hei kita...."

Yeon Seo menyela. "Hei! Apa kamu kenal kami? Pergi ke ibumu!"


Anak itu melengos lalu pergi. Kim Dan bergumam,'kissu?'. Yeon Seo kesal dan mendorongnya. "Menjauhlah dariku. Jangan membuatku malu dengan bilang apa sedang kamu pikirkan."

"Aku punya keinginan," ucap Dan.

"Sudah?" tanya Yeon Seo kaget.

Flashback

Dan bilang dia mau kembali tapi punya syarat. Dia minta tiga permintaan. "Kamu harus memberi tanpa mengucap sepatah katapun."

"Bagaimana jika kamu minta seluruh kekayaan atau hidupku?"

"Kamu anggap aku apa? Keinginanku akan menguntungkanmu. Kamu setuju atau tidak?!"

Flashback end



Dan bilang ini keinginan pertamanya.

"Jika sesuatu yang aneh, mati kamu!"

Kim Dan melihat jam di tangannya. "Kita terlambat. Ayo cepat!"

"Kemana?"

"Untuk berdoa."

"Keinginan pertamamu adalah berdoa?"

Dan mengangguk.

Bersambung ke Dan, Only Love episode 8 part 2


EmoticonEmoticon