The Crowned Clown
Episode 5 Part 4
Sumber konten dan gambar : TVN
Ha Sun sedang belajar di perpustakaan. Dia mengeluh kalau menjadi raja ternyata tidak mudah. Bahkan membaca buku saja tidak cukup. Mungkin butuh waktu selamanya untuk mempelajari semua buku dihadapannya.
Kasim Jo sependapat. Ha Sun sadar kalau Kasim Jo mungkin lelah. Dia memintanya beristirahat. Kasim Jo jadi merasa tidak enak karena sempat mengeluh. Dia berniat tetap menemani Ha Sun belajar.
Karena Kasim Jo tidak menurutinya, Ha Sun mengeluarkan aura raja yang berwibawa. Dengan nada memerintah, Ha Sun berkata, "Ini perintah!"
Ha Sun memberi waktu 2 jam untuk Kasim Jo beristirahat. Kasim Jo akhirnya menurut.
Setelah Kasim Jo pergi, So Woon datang dengan membawa tonik herbal. Dia masuk diam-diam tanpa membuat pengumuman.
So Woon meletakkan toniknya di meja perpustakaan. Ha Sun yang mendengar seseorang datang mengira itu Kasim Jo dan bertanya kenapa Kasim Jo cepat sekali kembali. So Woon menghampirinya berbarengan dengan Ha Sun yang berbalik. Merekapun bertabrakan hingga So Woon hampir jatuh. Beruntung Ha Sun segera memeganginya.
Suasana romantis berlangsung selama beberapa saat. Keduanya saling berpandangan. Ha Sun segera menyadari posisinya. Dia melepaskan tangan So Woon dan meminta maaf karena membuat So Woon kaget. Suasanapun berubah canggung.
So Woon memberitahu kalau dia membawakan tonik herbal. Sayangnya, saat dia memeriksanya, ternyata toniknya sudah dingin. Dia berniat untuk merebusnya lagi. Ha Sun melarangnya. Dia meminum tonik dingin itu lalu berterimakasih pada So Woon.
Suasana masih terasa canggung. So Woon mengedarkan pandangannya. Ha Sun khawatir So Woon melihat hasil terjemahan kasim Jo di meja. Untung So Woon tidak melihatnya dan berjalan ke arah lain. Ha Sun segera menutupi buku hasil terjemahan kasim Jo dengan buku lain, lalu mengikuti So Woon.
So Woon melihat-lihat buku di perpustakaan. Dia tidak menyangka bukunya lebih banyak dari yang dia pikirkan.
"Aku juga tidak tahu kalau kau suka baca buku," sahut Ha Sun. Ha Sun menawarkan untuk menggunakan ijinnya jika So Woon ingin ke perpustakaan sendiri. Dia bertanya apa buku favorit So Woon.
"Aku suka puisi Tao Yuan Ming. Seperti burung yang terbang tinggi dan ikan yang menyelam di dalam lautan, aku suka hal alami dan mudah dibaca."
"Jika kau menyukai hal alami dan mudah, kehidupan di istana pasti membuatmu frustasi."
"Jika aku harus mengatakannya, aku memang pernah berpikir seperti itu. Sejujurnya, aku memimpikan kehidupan selain di istana."
So Woon menatap mata Ha Sun. "Tapi tidak lagi. Aku tidak bisa membayangkan hidup di tempat lain." So Woon melangkah mendekati Ha Sun. Mereka saling memandang satu sama lain.
Di luar, Ae Young terlihat khawatir. Kasim Jo datang. Melihat Ae Young, dia sudah bisa menduga kalau ratu ada di dalam. Ae Young mengajaknya ke dapur karena tadi raja minta teh tapi dia tidak tahu teh apa yang raja suka. Kasim Jo tidak menggubrisnya dan buru-buru masuk ke perpustakaan. Kedatangannya langsung mengakhiri sesi tatap-tatapan ratu dan raja palsu. So Woon pun undur diri.
Ae Young membantu So Woon memakai baju tidur. So Woon melamun memikirkan kejadian di perpustakaan saat Ha Sun menangkapnya dan mereka saling berpandangan. Ae Young tersenyum melihatnya dan mengatakan kalau wajah So Woon merah seperti bunga mawar.
"Apa kau memikirkan raja?"
So Woon malu dan menyentuh pipinya. "Apa kelihatan?"
"Kalau tidak karena kedatangan kasim Jo.... Dia biasanya sangat lambat, tapi bergerak cepat saat berhubungan dengan raja."
So Woon tersenyum. "Aku tidak tahu harus memberinya hadiah atau menghukumnya."
Dayang Kim datang ke kediaman ibu suri. Ibu suri melempar sebuah buku ke hadapannya. Ibu suri tertawa.
"Aku mendengar tentangmu."
"80% dari itu salah. Dari siapa Anda mendengarnya?"
Ibu bangkit. "Dari almarhum raja."
Raut wajah Dayang Kim berubah. Dia tampak terkejut.
Ratu melanjutkan, "Raja bilang dia tidak pernah bertemu dayang istana yang bisa menyelesaikan masalah dengan baik seperti dirimu. Dia sedih saat harus mengirimmu untuk mengurus anaknya. Dia pasti sangat kecewa kalau tahu kau memihak putranya. Dia bisa saja bangkit dari kuburnya."
"Ibu Suri..."
"Jangan khawatir. Aku menghargai kemampuanmu. Lakukanlah yang terbaik. Aku akan mempertimbangkanmu setelah melihat seberapa baik kau menyelesaikan masalahku."
Gab Soo sedang mencari kacang kastanye yang berjatuhan di atas bukit. Dal Rae mengekorinya di belakang. Gab Soo memarahinya karena malah memunguti kacang hazel yang kecil bukannya kacang kastanye.
Dal Rae hanya menjulurkan lidahnya. Dia lanjut mencari kacang hazel. Tanpa sengaja dia melihat biksu membawa sesuatu ke rumah di bawah bukit. Dal Rae penasaran dan pergi ke sana. Tapi pintunya di gembok. Diapun mengintip lewat lubang kecil di pintu. Hampir saja dia bisa melihat wajah Lee Hun yang sedang tertidur. Tiba-tiba Gab Soo datang memarahinya dan menyeretnya pergi.
Ho Goel sedang berjudi. Lagi-lagi dia menggunakan kemampuan berhitungnya untuk menang. Tiba-tiba datang petugas dari istana menangkapnya dengan alasan untuk membayar hutang judi.
Ternyata itu adalah siasat Lee Kyu untuk membawa Ho Geol ke istana. Ho Goel langsung mengumpat saat Lee Kyu menemuinya di penjara.
Ho Goel dibawa menghadap raja. Ha Sun menawarinya untuk bekerja di istana. Dengan bahasa tidak sopan, Ho Geol mengaku kalau dia sudah muak dengan pemerintahan.
"Aku dengar kau suka bertaruh. Kalau begitu bagaimana kalau kita bertaruh. Yang kalah akan mengabulkan permintaan yang menang."
"Aku harap kau tidak menyesal. Asal kau tahu saja, aku tidak pernah kalah bertaruh."
Permainan kartupun berlangsung. Ho Goel senang karena dia mendapat kartu ganda 7. Tapi Ha Sun dengan wajah polosnya menunjukkan kartu ganda 9. Berkali-kali mereka mengulangi permainan, tapi selalu Ha Sun yang menang. Sampai pada permainan terakhir, Ho Geol girang mendapat ganda 9. Tapi dasar nasibnya lagi sial, Ha Sun dapat ganda 10. Dengan lemas Ho Goel menyatakan menerima tawaran raja.
"Aku menghargai kemampuanmu. Tapi aku tidak akan memaksamu. Datanglah lagi padaku saat kau berubah pikiran. Kau boleh pergi."
Lee Kyu yang tadinya tersenyum jadi merengut heran dengan keputusan Ha Sun. Begitupula dengan Ho Geol. Dia berjalan sambil terus berpikir sampai tidak sadar kalau berpapasan dengan para pejabat istana. Yi Gyeom mengatainya karena tidak memberi hormat. Sedang kedua pejabat yang bersamanya merasa pernah melihat Ho Geol.
Lee Kyu bertanya bagaimana Ha Sun tidak sekalipun kalah. Ha Sun mengangkat lengannya lalu menghentak-hentakkan badannya. Muncullah banyak kartu yang berjatuhan.
"Aku kan sudah pernah bilang aku tidak pernah kalah."
Lee Kyu melihat lengan Ha Sun kepo. Ha Sun menarik lengannya lalu mulai menyombongkan diri.
"Ah! Kau tidak akan mengerti. Aku mendapatkannya sejak lahir."
Dua pejabat bersama Yi Gyeom melapor pada tuan Shin kalau mereka melihat anak Joo Se Woong di istana. Mereka memberitahu kalau Ho Geol pandai dalam angka dan perhitungan.
Yi Gyeom menduga kalau raja ingin menggunakannya untuk mengetahui penggelapan pajak.
Tuan Shin tampak berpikir. "Menteri personalia. Ini saatnya bertindak."
Esoknya, kantor perpajakan di serbu karyawan menteri personalia. Mereka menyita dokumen tentang mengalihan hakim daerah.
Para pejabat pun mengadakan rapat dengan raja. Menteri personalia dan perpajakan saling menyalahkan. M. Personalia menyalahkan M. Perpajakan karena tidak menyerahkan dokumen pengalihan hakim daerah. M. Perpajakan menuduh M. Personalia menyita dokumen untuk menutupi kesalahan. Tuan Shin menyarankan agar raja memanggil inspektur jenderal untuk menentukan siapa yang harus bertanggungjawab."
Ha Sun bermusyawarah dengan Lee Kyu. Lee Kyu menjelaskan jika terbukti tidak ada masalah dalam pengalihan hakim daerah, maka M. Perpajakan akan di hukum. Tanpa M. Perpajakan, mereka tidak bisa menjalankan upeti pembayaran beras. Jalan satu-satunya mereka harus menemukan bukti penggelapan dalam dokumen serah terima. Lee Kyu akan menemui Ho Geol malam ini.
Ho Goel sedang menunggu Lee Kyu di teras sebuah rumah. Dia kesal karena Lee Kyu belum datang dan berniat pergi. Ternyata Lee Kyu sedang berjalan ke arahnya. Dia tersenyum pada Ho Geol. Tapi senyumnya sekelika hilang saat melihat beberapa orang berpakaian ninja. Dia segera berteriak memperingatkan Ho Geol.
"Ho Geol-aa!!"
Ho Geol menoleh ke arah Lee Kyu memandang. Dia terkejut dan tidak sempat menghindar. Seseorang melemparkan pisau ke arahnya. Ho Geolpun tumbang ke belakang. Lee Kyu terkejut hingga memelototkan matanya.
So Woon membawakan tonik herbal ke perpustakaan. Dia mengedarkan pandangan mencari Ha Sun namun tidak menemukannya. Dia pun meletakkan tonik di meja. Saat itulah dia melihat Ha Sun yang tertidur bersandar pada rak buku.
So Woon memandangi Ha Sun. Dia melihat kening Ha Sun yang berkerut. So Woon pun menyentuhnya. Ha Sun bergerak. Tangannya terkulai. So Woon duduk lalu membetulkan tangan Ha Sun ke pangkuan. Dia menggenggam tangan Ha Sun sambil tersenyum. Ha Sun membuka mata dan terkejut melihat So Woon ada di depannya. Dia lalu memejamkan matanya lagi pura-pura tidur.
"Aku sudah merebus 20 obat-obatan. Aku melihat ke arah kamarmu seolah-olah aku melihat bulan dan bintang. Taman dan perpustakaan, aku mendatanginya berkali-kali dalam sehari. Aku pikir aku butuh alasan, kenapa hatiku berdebar-debar. Aku telah jatuh cinta padamu. Sekarang, itu telah terjadi."
So Woon mendekat ke wajah Ha Sun. Dia mencium bibir Ha Sun. Ha Sun membuka matanya terkejut.
Bersambung ke The Crowned Clown episode 6 part 1
EmoticonEmoticon