Sinopsis Feel Good To Die ( Episode 2 )

Feel Good To Die

Sumber : KBS 2



Episode 2

Episode satu diakhiri dengan Roo Da yang terjatuh dari tempat tidur saat bangun setelah sebelumnya memimpikan Jin Sang meninggal. Tapi benarkah itu hanya mimpi? Ataukah harinya terulang karena kalender di kamar Roo Da menunjukkan tanggal yang sama seperti kemarin. Check it out!


Saat sedang sarapan, Roo Da terus kepikiran soal mimpinya semalam. Di kereta, masinis memberikan sambutan persis seperti sambutannya kemarin. Jadi Roo Da langsung memakai head setnya.

Sesampainya di lobi kantor, pegawai laki-laki paruh baya yang kemarin langsung bertanya kapan Min Joo akan cuti. Karena Roo Da memakai head set, diapun tidak mendengarnya. Jin Sang yang ada di belakangnyalah yang menjawab sama persis seperti kemarin.
Seolah waktu kemarin terulang. Namun Roo Da belum menyadarinya.

Saat Jin Sang masuk ruangan, Roo Da berdiri dan menyapanya hangat. Yang lain sampai keheranan melihatnya. Roo Da melihat jam dinding dan tampak khawatir karena Min Joo terlambat dua kali berturut-turut. Padahal itu belum pernah terjadi. Diapun bertanya pada Jung Hwa apa yang terjadi. Mereka bicara dengan bisik-bisik.

"Liftnya rusak. Mereka memanggil panggilan darurat dan situasinya kacau."

"Apa? Kemarin liftnya juga rusak."

Jung Hwa bingung. "Hari selasa liftnya tidak rusak."

Roo Da langsung mengecek tanggal di ponselnya. Dia kaget karena tanggal hari ini sama dengan kemarin. 7 November. Saat dia sedang bingung, Min Joo datang. Dan kejadian kemarin terus berulang. Roo Da benar-benar bingung. Apa dia mengalami prekognisi (mimpi tentang masa depan)?

Roo Da dan Joon Ho memapah Jin Sang . Joon Ho kembali ngerap.

"Dimanakah kamu tinggal?

Roo Da menyahut "Pasar Moran." Joon Ho tertawa takjub karena Roo Da tahu lagu itu. Roo Da jadi semakin yakin kalau dia mengalami mimpi prakognisi.

Jin Sang mau muntah. Roo Da langsung menghindar. Alhasil sepatu Joon Ho yang kena muntahan. Dia langsung ngibrit beli tisu basah. Roo Da panik ditinggalin. Dia berusaha menarik-narik Jin Sang yang terus mondar mandir dijalanan. Sebuah truk hampir saja menabraknya. Roo Da lega karena Jin Sang selamat. Tapi tiba-tiba datang sepeda motor yang membuat Jin Sang terpental.

Roo Da terbangun dari mimpinya. Dia langsung meraih kalender digitalnya. Dia kesal karena lagi-lagi hari Rabu, 7 November.

Aku tidak tahu maksud dari kejadian ini. Tapi faktanya adalah setelah makan malam tim, Tuan Baek meninggal. Jadi....

"Selamatkan Baek Jin Sang."

Sejak saat itu, misi rahasiaku telah dimulai. Menyelamatkan Baek Jin Sang.

Rabu, 7 November ke-3

Joon Ho hendak pergi beli tisu basah. Tapi Roo Da sudah mengantisipasinya jadi dia sudah mempersiapkannya di tas. Dia bahkan membantu mengelap sepatu Joon Ho. Jin Sang hampir saja nyelonong ke jalanan lagi. Roo Da langsung menyuruhnya berhenti. Jin Sang memang berhenti. Tapi naas karena dia malah terjatuh ke lubang selokan dan meninggal.

Rabu, 7 November ke-4

Saat Jin Sang akan muntah. Roo Da langsung membekap mulutnya dan menyuruh Jin Sang menelannya. Gleekk. Dokter berkata Jin Sang meninggal karena asfiksia (tertutupnya jalan nafas).

Rabu, 7November ke-5

Saat makan malam tim, Roo Da terus mencekoki Jin Sang dengan minuman berharap dia pingsan dan Roo Da bisa membawanya pulang dengan aman. Dan dokter berkata Jin Sang meninggal karena keracunan alkohol akut.

Rabu, 7 November ke-6

Roo Da menghadang Jin Sang yang akan masuk ke restoran tempat makan malam. Dia bilang makan malam di batalkan. Jin Sang tetap meninggal. Dokter berkata bahwa kematian mendadak pada usia 40 tahunan sudah sering terjadi. Stresslah Roo Da.
Rabu, 7 November ke-7

Roo Da menyeret paksa Jin Sang yang mabuk ke kantor polisi. Dia memohon pada pak polisi agar Jin Sang diijinkan tidur disana malam ini. Tapi malah Roo Da yang dimasukkan ke dalam sel. Jin Sang yang tanpa pengawalan berjalan sempoyongan dan menabrak seorang petugas hingga menyenggol pot bunga di meja. Akhirnya Jin Sang meninggal (lagi) karena kepalanya kejatuhan pot bunga.

Rabu, 7 November ke-8

Roo Da terlihat sangat lesu di mejanya. Terlihat lingkaran hitam di matanya.
Aku sendirian di pulau terpencil. Hari terulang di pulau terpencil. Bukan. Di tengah Yeouido. Tak ada jalan keluar untukku.

Akhirnya Roo Da memutuskan tidak ikut makan malam tim dan memilih pulang ke rumah. (Cape kali dia udah berjuang sekuat tenaga tapi Jin Sang tetap tak terselamatkan)

Rabu, 7 November ke-9

Sepertinya Rabu ke-8 Jinsang tetap meninggal karena hari terulang lagi. Roo Da merasa muak karena setiap hari harus melihat hal yang sama.

Akhirnya, setelah Jin Sang menunjuk Min Joo untuk bertanggung jawab, Roo Da  mengejar Jin Sang saat keluar dari ruangan Direktur Na.

"Tuan Baek. Aku rasa Anda keterlaluan. Anda terlalu kejam memarahi Min Joo di depan Direktur Na."

"Kamu tidak berhak berkata begitu. Karena kamu juga ikut andil membuat Direktur Na marah."

"Aku? Apa yang aku lakukan?"

"Kamulah yang melaporkan bahwa Min Joo pergi untuk mengurus anaknya di TK. Kamu tidak memastikan Min Joo pergi atau tidak. Artinya kamu juga harusnya ikut bertanggung jawab karena kamu tidak yakin situasi sebenarnya tapi berlagak tahu segalanya."

Setelah Jin Sang pergi, Roo Da terlihat memikirkan sesuatu. Dia berlari ke ruangannya dan bertanya pada Jung Hwa dimana Min Joo saat acara pencicipan.

Jung Hwa : "Dia bersama wartawan dari daily news dan monthly magazine karena mereka terkenal rewel." Roo Da kaget karena Min Joo ternyata tidak pergi menjemput anaknya.
Yoo Doek : "Ada apa? Nona Lee, apa kau baik-baik saja?"

Jung Hwa : "Kamu pasti kelelahan. Hari ini lebih melelahkan dari hari kemarin."

Yoo Doek : "Ya hari ini sangat sulit bagi kita. Aku menantikan esok hari, lusa, dan akhirnya akhir pekan. Bukankah begitu?"

Roo Da berjalan pulang seorang diri.

Aku juga memikirkan itu. Aku muak dengan hari ini. Aku menantikan hari esok. Tapi apa yang ku tahu tentang hari ini? Aku selalu menyia-nyiakan hari esok. Tapi mungkin hari esok hanya untuk orang-orang yang menjalani hari ini dengan maksimal.

Rabu, 7 November ke-10

Roo Da naik kereta dan mendengarkan masinis mengucapkan pepatah yang sama. Tapi kali ini dia tidak memasang head setnya sehingga dia mendengar kelanjutan ucapan masinis.

"Sejujurnya, dulu aku membenci pepatah ini. Aku benci dengan hidupku yang terus berulang. Dan pepatah itu seolah-olah menasihatiku agar lebih rajin. Setelah aku memulai siaran hari ini, orang-orang mulai mengirimiku pesan teks bahwa aku menyemangati mereka dalam perjalanan ke kantor. Setelah melihat orang-orang turun dari kereta bawah tanah sambil tersenyum aku menyadari hal ini. Tertarik pada hal di sekitar kita dan mencoba hal kecil, bisa mengubah tidak hanya hari kita, tapi juga hari orang-orang di sekitar kita."

Di acara pencicipan Min Joo memberitahu bahwa anaknya demam. Roo Da langsung menyuruhnya pergi dan dia yang akan mengurus semuanya. Min Joo sedikit tersinggung karena seolah-olah Roo Da menganggapnya akan mengabaikan tugas. Min Joo pergi dan Roo Da mengejarnya.

Roo Da mencari-cari Min Joo yang ternyata sedang duduk di tangga menelepon suaminya. Dia meminta suaminya yang menjemput anaknya. Sepertinya suaminya tidak setuju sehingga merekapun berdebat di telepon dan Roo Da mendengarnya. Setelah menutup telepon Min Joo mengeluh kalau dia bosan melakukan ini setiap hari. Diapun menangis. Roo Da hanya bisa duduk mendengar tangisannya.

Di acara pencicipan Roo Da berusaha memperbaiki kesalahan. Dia membantu Jung Hwa dengan memberitahukan chef hal yang benar. Dia bahkan meminta menelepon si ibu dari anak yang alergi sebelum makanan datang.

Aku baru menyadari, bahwa bukan hanya aku yang mengalami hal yang melelahkan.

Tapi masalah tetap muncul. Saat sesi pemutaran video untuk anak-anak, malahan yang di putar videonya anak Min Joo saat sedang berlatih. Ternyata Jin Sang mengambil flash disk yang salah padahal Min Joo sudah memintanya untuk mengeceknya terlebih dahulu.
Min Joo menghadap Jin Sang. "Aku sudah bilang bahwa diska lepasnya ada di saku kanan, tapi Anda melakukan kesalahan...." Ups, Min Joo keceplosan.

Dasar Jin Sang yang memang arogan, dia  tidak mau mengaku salah dan malah menimpakannya pada orang lain. "Bu Choi. Apa pendapatmu tentang mengundurkan diri. Kamu biasa pulang lebih awal untuk menjemput anakmu dan menyisakan pekerjaan. Keesokan harinya kamu masih ada pekerjaan sisa kemarin tapi kamu datang terlambat. Kamu bahkan tidak bisa mengedit video berharga tentang pertumbuhan anakmu." Jin Sang menatap perut besar Min Joo. "Dan kita akan mendapatkan masalah yang lebih besar lagi. Bukankah kita harus mencari akar masalah dan mengakhiri lingkaran setan ini?"

Permasalahan akhirnya merembet pada masalah ibu rumah tangga. Jin Sang ceramah panjang lebar tentang tugas ibu rumah tangga. Bahkan pidatonya sangat rinci sampai menjelaskan hasil survey segala. 

Roo Da sudah tidak tahan mendengar ocehan Jin Sang. Dia mendorong kursinya hingga terbalik dan mengeluarkan semua kekesalan yang selama ini dia tahan dengan berteriak pada Jin Sang sampai membuat semuanya kaget tak percaya.

"Kurasa Anda sudah keterlaluan. Anda melampiaskan kemarahan pada Bu Choi. Anda berusaha terdengar logis padahal semua itu omong kosong."

"Nona Lee. Apa kau sudah gila?"

"Aku gila? Aku hanya sudah tidak tahan." Roo Da menggulung lengan bajunya. "Baiklah. Aku akan mengatakan yang ingin ku katakan." Roo Da melepaskan jam tangannya kemudian mengantonginya. Lalu melepaskan ID card dan menggulung talinya. Akhirnya dia mulai berjalan kearah Jin Sang, melepas mantelnya lalu membantingnya ke lantai. Dia terus berteriak marah-marah meluapkan emosinya. Para pegawai dari divisi lain sampai ikutan berdiri kepo pada kelakuan Roo Da.

"Negeri ini bersikeras agar kita memiliki anak. Tapi di tempat kerja orang-orang mengeluh saat kita mengutamakan anak.  Apa yang harus mereka lakukan? Kesalahpahaman soal nilai pekerjaan rumah? Meremehkan ibu rumah tangga? Omong kosong macam apa ini!!?

Roo Da menarik Jin Sang dari kursinya dengan mencengkeram kerah bajunya.  Tak hanya sampai disitu, seperti orang kesetanan Roo Da mengguncang-guncang tubuh Jin Sang dan tak henti-hentinya ngoceh.

"Haruskah Anda mengatakan itu pada Bu Choi yang harus bekerja keras menjaga anak pertamanya dan melindungi bayi dalam kandungannya!!! Para suami selalu membuat beralasan bahwa anak-anak menyukai ibunya dan menangis saat mereka yang mengasuh. Pasti ada lebih dari 200 orang seperti Anda di sini. Seharusnya kita mengumpulkan mereka di aula dan mendengarkan pidato yang hebat ini. Katakan!! Jawab aku!!"

Jung Hwa dan Yoo Doek berusaha menghentikannya. Jin Sang sendiri hanya diam saja. Mungkin dia syok karena ternyata pegawainya ada yang berani melawannya. Sementara Joon Ho yang memandang dari luar terpana menyaksikan aksi Roo Da. "Luar biasa."

Bagaimanapun aku tidak punya hari esok. Jadi aku bisa melakukan apapun semauku. Tapi, begitu aku berpikir hanya bisa menjalani hari, seperti hadiah, bukan, seperti hukuman....

Roo Da syok setengah mati saat bangun tidur melihat jam digitalnya menunjukkan tanggal 8 November.

Hari esok dimulai.


EmoticonEmoticon