Sinosps One Spring Night Episode 6 Part 1

Drama Korea
One Spring Night
Episode 6 Part 1


Sumber konten dan gambar : MBC


Pak Kwon dan Pak Lee makan malam bersama dua orang lainnya. Salah satu mereka memamerkan kepandaian cucunya yang sudah bisa membaca padahal baru berumur tiga tahu. Sedangkan satu yang lainnya menanyakan kapan Pak Kwon dan Pak Lee akan berbesan, kenapa belum ada kabar.

"Tidak ada yang bisa dikabarkan," sahut Pak Kwon.

"Mungkinkah mereka putus?" tanya ahjussi berkacamata.

Pak Lee kesal. "Apa maksudmu? Mereka bahagia menjalani hubungan. Jangan bilang begitu.


Rekannya menyahut kalau anak muda jaman sekarang itu cekatan. Jadi, serahkan semuanya pada mereka dan mereka akan memecahkan segalanya. Pak Lee tertawa membenarkan.

Tapi ahjussi satunya tidak percaya. Mereka akan terus menua. Pak Kwon setuju. Mereka harus mengakhiri sebelum itu terjadi. Mereka tidak boleh saling menghalangi.

Pak Lee langsung murung. Dia mau membantu Pak Kwon menuangkan minum tapi Pak Kwonnya nggak mau.

Sebel aku sama bapaknya Gi Seok. Selain karakternya di drama ini yang nyebelin, juga karena aku pernah nggak sengaja nonton filmnya dia yang jadi dokter bedah plastik sekaligus pembunuh berdarah dingin. Sadis filmnya.


Gi Seok memberikan obat yang dibelinya di apotek Woori untuk Jung In.

"Kamu pergi jauh-jauh ke sana untuk beli ini?"

"Lalu kesana untuk bertemu Ji Ho? Dia memberiku banyak diskon, serasa dia harus begitu."

"Kenapa kamu kesana?"

"Karena dirimu," jawab Gi Seok. Jung In langsung menatapnya. "Kamu mudah marah akhir-akhir ini. Ku pikir semua vitamin ini akan membantu. Aku meminta pereda stres juga padanya. Semoga berkhasiat." (Aigoo! Aku kasian sama Gi Seok. Sampai kepikiran beliin pacarnya obat stres. Gimana hancurnya dia ya kalau sampai Jung In sama Ji Ho. Perselingkuhan dimana-mana menyakitkan)


"Omong-omong, Ji Ho punya anak."

Jung In agak terkejut karena ternyata Gi Seok tahu.

"Dia bilang?" tanya Jung In.

"Bukan. Hyun Soo. Dia bertemu ibunya di usia muda. Tapi pergi setelah melahirkan."

Jung Intampak tertarik dengan cerita Gi Seok. "Apa maksudmu?"

"Seperti yang kamu dengar, Ji Ho tidak menemukannya, sebab dia keluar negeri. Hah! Kurasa Ji Ho bisa bertemu orang yang senasib."

"Seharusnya dia tidak batasi diri. Punya anak bukan kejahatan," ujar Jung In.

"Benar. Namun itu yang terbaik, bahkan demi dirinya. Kenapa harus berkorban? Padahal bisa lebih baik. Ji Ho apakan sehingga dia pergi?"

"Akankah mengubah segalanya?

Gi Seok menatap Jung In. "Memangnya kenapa?"

"Begini, masalahnya bukan melakukan lebih baik. Perasaan yang berubah. Kenapa menatap begitu?"


"Tidak apa-apa. Masuklah. Jae In pasti menunggu." Gi Seok meminta Jung In untuk memastikan minum obatnya meski terasa merepotkan. "Berikan ini pada orangtuamu ya."

"Terima kasih. Pasti akan ku minum. Hati-hati."

"Baiklah. Istirahatlah."


Setelah Jung In turun, Gi Seok terlihat murung. Daritadi si sebenernya udah murung. Poor Gi Seok!


Jae In sedang menunggu di depan lift. Saat lift terbuka, dia berpapasan dengan Jung In yang keluar dari lift. Jae In bilang dia mau cari makanan.

"Dengan siapa?"

"Teman. Sampai nanti."

"Yang mana?"

"Jangan bersikap seperti ibu!" Jae In mendorong Jung In lalu menekan tombo tutup.

"Jangan malam-malam."


Jung In masuk ke rumah dan meletakkan obat dari Gi Seok ke meja. Gi Seok meneleponnya mengajak minum kopi. Jung In bilang sudah larut malam. Lagian ada Jae In di sana. Jadi jangan hari ini. (Katanya nggak suka bohong) Gi Seok diam sesaat. Dia bersuara setelah Jung In memanggilnya.

"Baiklah. Istirahatlah."


Ternyata Gi Seok masih di bawah dan melihat Jae In naik taksi. Gi Seok jeas kecewa dan sedih. Dia lalu menyalakan mobilnya dan pergi dari sana. (Berasa nggak pengen lanjutin drama ini deh. Belum apa-apa udah nyesek lihat Gi Seok. Gimana chingu? ga papa kah nggak lanjut? ada ini di blog sebelah, hehe)


Ji Ho termenung sendiri di rumah. Dia mau mengambil bir di lemari es tapi tidak jadi. Akhirnya dia memiih mematikan lampu dan mungkin berniat tidur. Tapi Jung In meneleponnya. (Aigoo!! Kasian juga sama Ji Ho. Nggak tahu kenapa aku nggak kasian sama Jung In, hehe)



"Halo."

"Ini aku Jung In."

"Ya."

"Sudah ku terima vitaminnya."

Ji Ho terdiam.

"Halo."

"Jadi seperti ini suaramu di telepon?"

Jung In yang terdiam.

"Halo," panggil Ji Ho.

"Ya. Bicaralah."

"Seharusnya tidak ku katakan," sesal Ji Ho.

Jung In tersenyum. "Mau ku lupakan seperti waktu itu?"

Ji Ho pun tersenyum. "Sudah ku bilang, itu tidak mungkin. Sudah ku katakan saat kali terakhir."

"Jadi, bagaimana suaraku?"

"Terdengar biasa saja," ucap Ji Ho.

"Suaramu juga tidak bagus," balas Jung In.

"Aku jadi terdengar bod*h."

"Kamu bisa bercanda ya." Jung In tertawa kecil. "Ku kira kamu tidak bisa."


"Sebenarnya aku jenaka," aku ji Ho.

"Bagaimana bisa?"

"Orang-orang sering bilang."

"Sekarang kamu tidak seperti itu lagi? Atau sengaja mengubah kepribadianmu?"

"Aku tidak yakin itu di sengaja atau tidak. Atau aku tidak punya kesempatan?"

"Akan aku dengarkan leluconmu. Lagipula kita teman," ujar Jung In.

"Kamu bisa melakukannya? Bukankah kamu sedang stress?"

"Oh. Aku hanya lelah akhir-akhir ini."


Ada panggilan masuk ke ponsel Jung In.

"Kamu dapat panggilan lain?" tanya Ji Ho.

"Ya. Maafkan aku."

"Tak apa."

"Sampai jumpa."


Ji Ho terlihat sedih setelah menutup telepon. (Nonton drama ini banyak menghela nafasnya)


Ibu Jung In pergi ke apartemen Jung In untuk mengantarkan lauk untuk putrinya. Dia pergi ke bagian resepsionis. Tanpa sengaja Ibu malah melihat Jae In yang mau keluar.

"Jae In? Sedang apa kamu di sini?" Jae In diam tidak tahu harus menjawab apa. "Ibu tanya kenapa kamu di sini?"

"Aku berhenti kuliah dan kembali kemari."

Ibu langsung menjatuhkan lauk untuk Jung In. Dia memukuli Jae In berulang kali. Jae In minta maaf pada ibunya.

"Apa kamu sudah gila?"

'Sakit ibu."

"Ini gila. Teganya kamu begitu?"


Ji Ho mengemas obat-obatan ke dalam kardus. Ye Seul menyarankannya untuk buka apotek sendiri karena Ji Ho terlalu baik.

Hye Jung menyahut. "Pernikahan pun begitu. Kamu ahrus lakukan hal yang dibenci wanita."

"Ye Seul. Wanita tidak tertarik dengan pria sepertiku kan?" canda Ji Ho.

"Ya. Sangat! Benar sekali," jawab Ye Seul penuh penekanan. Ji Ho tersenyum.


"Astaga. Dia masih tersenyum," komentar Hye Jung. Dia dan Ye Seul lalu pamit pulang duluan. Mereka berpapasan dengan Young jae di depan apotek.


Young Jae masuk ke apotek. Ternyata obat yang sedang di kemas Ji Ho adalah pesanan Young Jae.

"Aku berutang berapa?" tanya Young Jae. Ji Ho diam saja. '"Tidak. Ibuku akan meneriakiku karena aku tidak pernah bayar."

"Kata siapa ini gratis? Aku akan memalakimu saat kamu jadi PNS."

"Astaga! Yang benar saja. Benar juga, aku lihat orang itu saat kemari. Pria yang sekampus denganmu."


"Maksudmu Gi Seok?"

"Kekasihnya."


Ji Ho langsung melihat keluar. "Kamu lihat di mana?"

"Dekat halte bus. Dia bersama banyak orang, aku tidak menyapanya."


Ibu Jung In seperti biasa sibuk mengerjakan entah apa. Ayah memintanya menelepon Jae In. Ibu tidak mau karena Jae In pasti sedang belajar dan dia tidak mau mengganggunya.

Ayah memarahi ibu karena memanjakan anak-anak. Dia takut pernikahan Jung In seperti Seo In.

"Memang pernikahan Seo In kenapa? Kamu tidak mengijinkan kami bicara."

"Kamu memanjakannya. Itulah sebabnya dia masih kesal padaku."

Ibu membereskan pekerjaannya. "Jangan rindu. Seharusnya kamu menyayangi mereka. Kenapa sekarang menyesalinya? Tahu malulah sedikit." Ibu beranjak pergi.


Ayah kesal dan hendak mengatakan sesuatu. Tapi tidak jadi karena Ibu menatapnya tajam.


Seo In ketiduran di sofa. Dia bangun saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Ternyata Jae In yang datang. Jae In curhat kalau ibunya sudah tahu dia di korea.

"Baguslah," komentar Seo In. "Lalu apa rencanamu?"

"Kakak mau memberikanku pekerjaan jika ku beritahu?" Jae In duduk di samping kakaknya. "Gajimu besar, kan?"

Seo In langsung paham maksud adiknya. Dia mengambil dompetnya dan memberikan beberapa embar uang pada Jae In. Jae In menerimanya sambil berlutut di lantai dan menadahkan kedua tangannya. "Jangan dihabiskan!"

"Terima kasih." Jae In memasukkan uangnya ke tasnya. Dia bertanya dimana Shi Hoon.

"Dia akan pulang larut."

"Aku harus pergi sebelum dia pulang."

"Kenapa kamu begitu membencinya?"


"Dia tidak tahu cara  mencintaimu."

Hening. Jae In merasa tidak enak dan memilih membuat kopi di dapur. Wajah Seo In tampak murung.


Gi Seok makan malam dengan Shi Hoon. Dia minta maaf karena tidak pernah menghubungi Shi Hoon lebih dulu.

"Astaga. Siapa yang peduli? Kamu masih bersama Jung In kan?"


"Ya. Kami masih pacaran. Tapi...." Gi Seok tertawa sendiri lalu meminum minumannya.

"Kalian bertengkar?"

"Kurasa menikah itu butuh persiapan. Kamu merasa begitu juga?"

Shi Hoon menghela nafas. "Setiap putri di keluarga itu sulit dihadapi. Kita harus berkumpul. Akan ku bujuk dia."

"Masalahnya, tidak mudah mencari waktu yang tepat untuk Jung In, dan aku kian sibuk sejak pindah ke tim baru."

"Tim evaluasi kan? Kamu sesibuk itu?"

"Kami perlu mengurus banyak dokumen. Peraturannya sudah berubah dan banyak yang harus diperhatikan untuk beri pinjaman."

"Astaga. Andai aku tahu, aku pasti sudah ambil pinjaman lebih awal."

"Kamu butuh pinjaman uang?"

"Aku ingin ekspansi klinikku. Kami terus mendapatkan pasien, dan aku ingin berikan jasa yang baik, aku bingung. Menurutmu bagaimana?"

"Aku tidak yakin. Aku tidak tahu soal industri itu."

"Kamu tahu aku seperti apa. Aku benci mengambil pinjaman. Walau akan sangat membebani, kamu akan menikahi Jung In kan?"

"Ya. Kami harus menikah." Lagi-lagi Gi Seok ketawa. Ketawanya itu loh, sedih.

"Saat terasa berat, beritahu. Aku akan membantu."

"Ya. Terimakasih."

Shi Hoon menuangkan minum untuk Gi Seok. "Aku tidak butuh semua itu kan? (peraturan) Ayolah! Kita sudah seperti keluarga kan? Pasti menyenangkan jika kamu bisa bantu permudah proses evaluasinya." (Shi Hoon ini tipe cowok nggak tahu malu)


Gi Seok tidak menjawab. Mereka lalu bersulang.

"Kirimkan aku daftar dokumen wajibnya."

Gi Seok tampaknya tidak nyaman.

Bersambung ke One Spring Night episode 6 part 2

1 komentar

Saya jg berhenti ampe ep 2����aga miris gtu ttg selingkuh2an tpi sbnrnya aga penasaran jg ending bakal gmn, klo author mau lnjt smgt ��klo g jg terserah ikutin author j walau aku penasaran


EmoticonEmoticon