Drama Korea
Dan, Only Love/Angel's Last Mission : Love
Sumber konten dan gambar : KBS2
Kim Dan menggandeng Yeon Seo keluar.
"Maafkan aku menanyakan apa kamu dicampakkan saat matahari terbenam," ucap Dan.
"Jika sudah tahu, sudahlah."
"Terimakasih. Aku mulai memiliki harapan padamu. Aku menyadari kamu dapat mencintai juga."
Yeon Seo menatap Dan. "Cinta?"
Dan menoleh pada Yeon Seo dan mengangguk. Dia menunjuk dadanya. "Ya. Yang membuat jantungmu berdebar, yang membuatmu terus tertawa, dan merasa gelisah karena kamu sangat bahagia."
"Kim Dan! Kamu berada di jalur yang salah. AKu tidak paham seleramu yang aneh. Tapi aku tidak memecat karena itu. Jadi berhentilah bereaksi berlebihan."
Dan tersenyum.
Mereka sampai di luar.
"Aku akan membantumu. Kamu bisa melakukannya," ucap Dan sambil melihat Yeon Seo.
"Berhenti bicara omong kosong. Memangnya kamu siapa?"
"Seseorang yang ada hanya untukmu." (Aigoo!! Aku yang baper) "Biarkan aku jujur. Tujuan hidupku adalah kamu." (Ini mah kaya orang ngelamar)
Yeon Seo langsung mendorong Dan. "Kamu gila?" Mereka berdua saling bersitatap.
Rintik hujan mulai berjatuhan. Kim Dan mendongak dan kontan panik. "Oh astaga! Hujan!"
"Sebaiknya kamu ambil payung!"
Dan menurut dan masuk lagi ke dalam kolumbarium. Yeon Seo sepertinya kepikiran ucapa Dan. "Apa yang dia katakan?"
Dan meminjam payung dari petugas kolumbarium. Awalnya dia berjalan riang. Tapi begitu menatap payung di tangannya, dia mulai panik lagi dan mengeluh kenapa harus hujan.
Di luar, Yeon Seo menengadahkan tangannya menangkap bulir-bulir hujan. Kang Woo datang dengan membawa payung.
"Kamu akan terkena flu. Aku sedang menunggu di mobil, dan mulai turun hujan. Ayo pergi."
Kang Woo hendak menggandeng Yeon Seo tapi Yeon Seo menghindar. "Aku sedang menunggu Kim Dan."
"Kalian berdua pasti sangat dekat. Aku belum pernah melihat sekretaris berbicara dengan santai kepada majikannya."
"Itu terjadi begitu saja. Bagaimanapun, dia bagus dalam pekerjaannya."
"Kalau begitu, kita bisa menunggunya bersama." Kang Woo menutup payungnya. Dia tersenyum menatap Yeon Seo. Dia lalu tampak mengamati sesuatu. "Buang waktu menunggu seperti ini. Kamu ingin melihat sesuatu yang menarik?"
"Apa?"
"Satu menit." Kang Woo membuka payung lagi dan berjalan membelah hujan. Ternyata dia mengambil alat proyektor.
"Kamu membawa itu?" tanya Yeon Seo.
"Tentu saja tidak. Aku menyiapkannya. Aku ingin menunjukkannya padamu. Kamu bahkan tidak meluangkan waktu selama 30 menit."
Kang Woo memutar pertunjukkan baletYeon Seo saat muda. Yeon Seo menatapnya.
"Moskow, 2006. 'Swanhilda dari Coppelia. Dewa balet mencintai seorang gadis muda, Oriental. Berlin 2007. Romantic Etude. Seorang gadis berambut hitam melayang ke langit. London 2008. The Nutcracker. Tarian Peri Plum Gula, Ratu Mimpi Memikat. Lausanne 2009. Don Quixote- Kitri. Fantastic,fantastic, fantastic. Aku menyukaimu."
Yeon Seo tertegun. Kang Woo berjalan ke hadapan Yeon Seo. "Aku sangat menyukaimu,,, sungguh gila. Harusnya kamu tidak hanya berjalan di darat memakai sepatumu. Kamu harus berjingkrak di awan dan berlari di surga selestial. Biarkan aku membantumu,,, memulai balet sekali lagi."
Dan, Se Yeon, dan Kang Woo sudah ada di dalam mobil. Kali ini Yeon Seo duduk di depan. Kang Woo bilang mereka akan sampai rumah larut malam. Dan pergi mengambil payung dan kembali setelah hujan reda.
Dan membela diri. Setidaknya mereka tidak mengemudi di tengah hujan. Kang Woo tidak melihat adabenda di tengah jalan. Dia membanting setirnya ke samping dan mengerem.
Seketika Yeon Seo teringat kecelakaan mobil yang terjadi terakhir kali. Kang Woo yang melihatnya khawatir berusaha menenangkannya dengan menggenggam tangannya.
"Nona Lee. Kamu baik-baik saja sekarang. Semuanya baik-baik saja. Aku di sini, Nona Lee yeon Seo.
Ingatan Yeon Seo langsung melayang ke saat-saat Kang Woo juga menggenggam tangannya saat kecelakaan itu. Dia juga mengatakan hal yang sama seperti sekarang. Yeon Seo menatap tangan Kang Woo yang menggenggamnya lalu beralih ke wajah pemilik tangan itu.
"Hari itu, kamu pada hari kecelakaan itu?"
Di belakang, Dan sibuk memijit-mijit kepalanya yang mungkin kepentok waktu Kang Woo banting setir tadi.
Kang Woo mengambil sebuah kotak. "Aku akhirnya bisa memberikan ini padamu."
Yeon Seo menerima kotak itu dn membukanya. Di sana ada kalungnya yang terjatuh saat akan dinaikkan ke ambulans setelah kecelakaan. "Apa kamu yang memanggil ambulans dan memegang tanganku? Apa kamu?"
Kim Dan tampaknya terkejut.
"Apa kamu akhirnya ingat?" tanya Kang Woo.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal?"
Kang Woo mengatakan itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. "Maaf karena mengejutkan kalian. Aku akan mengemudi lebih hati-hati."
Kim Dan menutup mulutnya seolah tidak percaya. Terngiang di kepalanya ucapan Dewa Hoo. "Tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Kamu harus terlebih dulu mencari tulang rusuknya. Manusia menyebut itu takdir."
Yeon Seo mengucapkan terimakasih karena Kang Woo sudah mengemudi seharian ini. Kang Woo lebih berterimakasih karena Yeon Seo meluangkan waktu untuknya.
Kim Dan langsung manyun dan bergumam entah apa. Yeon Seo mengajaknya masuk.
"Tunggu sebentar," ucap Kang Woo lalu masuk ke mobil dan keluar dengan sekotak hadiah. "Aku ingin lebih mengenal sekretarismu."
Dan langsung pasang muka 'maksud lo?'
"Aku membelinya kemarin tapi sudah hancur. Tapi aku selalu bisa membeli lebih banyak. Ini." Kang Woo menyurukkan kotak kuenya pada Dan. "Aku harap kita bisa saling mengenal satu sama lain," ucap Kang Woo sambil tersenyum.
Dan memperhatikan Kang Woo yang memperhatikan Yeon Seo. Dia menoleh dan gantian memperhatikan Yeon Seo yang terus menatap Kang Woo.
Pak Geum (maaf kemarin-kemarin aku nyebutnya Pak Kim soalnya di asianwiki disebutnya Kim) minum bersama Pak Park (yang waktu itu nangis di pemakaman Pak Jo)
Pak Kim mengambil surat pengunduran diri dari balik bajunya dan meletakkannya di meja. "Won Il. Mari kita lupakan."
"Bagaimana aku bisa? Jelas sudah terjadi."
"Apa maksudnya? Aku dengar kamu minum setiap hari sejak Pak Jo meninggal."
"Aku terus melihatnya dalam mimpiku."
"Melihat apa?" tanya Pak Kim.
"Aku sangat takut."
Flashback
Pak Jo bicara dengan Pak Park.
"Setiap kali ada donor yang cocok, ada seseorang yang selalu menghubungi duluan. Dan sesudah panggilan berakhir, donasi dibatalkan," ucap Pak Jo.
"Aku yang membuat panggilan," aku Pak Park.
Tapi Pak Jo ternyata sudah tahu. "Direktur Choi mungkin memerintahkanmu. Aku tidak tahu kamu seperti ini Pak Park." Pak Jo hendak pergi tapi Pak Park menahan tangannya.
"Tunggu! Untuk mencari nafkah, aku harus melakukan apa yang diperintahkan."
"Meski begitu, kamu hanya akan berakhir mengotori tanganmu sendiri." Pak Jo melepaskan tangan Pak Park. "Sebelum dia melakukan sesuatu yang lebih buruk, katakan padanya untuk meninggalkan Fantasia, diam-diam." Pak Jo lalu pergi.
Flasback end
"Aku tidak menganggapnya sebagai masalah besar," ungkap Pak Park. "Bahkan Korea Utara dan Selatan berdebat dengan kata-kata. Tapi tidak pernah melakukan sesuatu dengan tindakan."
Pak Geum berjalan sempoyongan di jalan. Dia tampak frustasi. Tadi Pak Park bilang montir yang memeriksa mobil mobil Pak Jo bilang remnya terputus seolah-olah seseorang sengaja memotongnya. Pak Park pergi menghancurkan mobil karena Bu Choi menyuruhnya melakukannya.
Pak Geum pergi ke Fantasia dan hendak masuk ke ruangan Bu Choi. Dia melihat Bu Choi memarahi seorang staff.
"Apa kamu sudah tidak waras? Bagaimana bisa kamu berhenti bekerja di Ivy Mansion?"
Pak Kim menutup pintu dan menghela nafas.
"Apa dia memanggil polisi? Bagaimana jika kamera cctv menangkapmu?"
"Aku takut yang lain akan bocor jika kita tinggal lebih lama," ucap staff yang ternyata si sekuriti yang kemarin mengundurkan diri dari rumah Yeon Seo.
"Lalu bagaimana dengan dokumen yang dikumpulkan Pak Jo?"
"Kami diberitahu bahwa Lee Yeon Seo memiliki kunci ke kamar itu."
Diperlihatkan saat staff itu ingin masuk diam-diam ke suatu ruangan di rumah Yeon Seo tapi tidak bisa karena terkunci.
"Kamu melewati semua itu hanya untuk dipecat dengan tangan kosong? Kesal sekali! Dia membuatku kesal bahkan setelah mati."
Pak Geum menarik nafas lalu pergi.
Yeon Seo masuk ke kamar lalu menyalakan lampu. Dia menyapu pandanganya ke raungaan itu. Di matanya tampak kesedihan. Yeon Seo berjalan mendekati rak. Disana ada foto dirinya bersama Pak Jo. Terdapat pula dvd-dvd pertujukannya.
"Dia tidak pernah mendengarkan. Aku sudah bilang untuk membuang ini," ucap Yeon Seo dalam hati. Dia lalu membuka kliping artikel-artikel yang berhubungan dengan balet.Termasuk artikel tentang Ji Kang Woo. Kontan itu membuatnya ingat percakapannya dengan Kang Woo di depan kolumbarium.
"Biarkan aku membantumu memulai balet sekali lagi."
"Tidak. Aku melakukan setiap tarian yang aku inginkan sebagai balerina. Dan aku memiliki kebangggan sebagai balerina juga. Aku tidak menyesal. Jadi, berhentilah mencari tubuhku."
Kang Woo masih belum menyerah. "Kamu bisa lebih tinggi dari ini. Dan kamu harus. Sekali ini saja. Tolong percayai aku sekali ini."
"Wah! Dengan apa yang abru saja kamu katakan, kamu jadi orang yang harus tidak aku percayai. 'Percayalah padaku', 'aku berbeda', 'aku bersungguh-sungguh', itu klise. Aku jadi anak yatim piatu pada usia 17 tahun. Aku sudah sering mendengarnya. Semakin kamu kasihan, semakin besar pahalanya.
Sepertinya Kang Woo juga sedang memikirkan hal sama. Dia merenung sendiri di kamarnya.
"Dia bilanng tidak. Dia kejam sekali saat menolakku," ujar Kang Woo. Dia lalu membuka sebuah kotak musik dengan boneka gadis yang sedang menari balet. "APa yang harus aku lakukan untuk membuat jantung Lee Yeon Seo berdetak lagi?"
Kang Woo memencet remote televisi. Berputarlah video seorang gadis yang sedang menari balet. Kang Woo tersenyum melihatnya. "Kamu, Matild."
Terdengar notifikasi di laptopnya. Kang Woo membukanya dan berisi informasi yang dia minta mengenai Kim Dan. "Dia tidak memiliki koneksi atau dukungan apapun. Tanpa uang tanpa ambisi. Apa mereka menjadi dekat karena dia mudah didekati?"
"Gureum! apa itu inta?" tanya Dan. Gureumnya sedang sibuk menjilati tulang di kandangnya. "Apa kamu punya tulang rusuk juga?" Dan mendorong kotak kue dari Kang Woo. "Terserahlah."
"Bagaimana bisa aku tahu pasti apa dia takdirnya? Apa mungkin itu bisa datang padaku? Bukan target misi? Bagaimana jika dia bukan takdir yang sebenarnya?"
Gureum tiba-tiba menggonggong ke arah Dan. Dan menoleh.
"Apa? Aku lemah?" Dan kesal. Oh iya, dia kan mantan malaikat penjaga hewan. "Ayolah! Kamu terlalu berisik." Gureum langsung rebahan lagi dikandangnya begitu diomeli Kim Dan.
Pelayan membawakan sarapan ke meja makan. Pak Geum hendak membawa bagiannya ke ruangan lain tapi Bu Choi mecegahnya dan menyuruhnya duduk. Wajah Pak Geum benar-benar murung. Apalagi Bu Choi bilang Pak Geum akan segera menjadi ketua resmi Fantasia.
"Kita harus hidup sampai kita menjadi tulang, ya?" ucap Bu Choi. Pak Geum sama sekali tidak tampak tertarik.
Ru Na dan Ni Na bergabung dengan mereka. Pak Geum bilang ada sesuatu yang ingin dia umumkan. Semuanya langsung memperhatikannya. Terutama Bu CHoi.
"Ru Na dan aku sudah berbiara. Sepertinya kita terlalu keras pada Yeon Seo."
Ru Na menyambung ucapan ayahnya. "Sesudah hari itu di rumah sakit, aku tidak bisa memeriksanya. Tetap saja, kita adalah keluarga."
"Aku juga sibuk. Aku benar-benar lupa juga," ujar Ni Na.
Hanya Bu CHoi yang tidak menunjukkan kepeduliannya. Atau mungkin hanya Bu Choi yang jujur tentang perasaannya pada Yeon Seo? "Dia memiliki ratusan orang pekerja! Aku yakin dia makan dengan baik." Tapi mendadak Bu CHoi terpikirkan sesuatu dan mengubah pernyataannya. Dia bilang sangat mengkhawatirkan Yeon Seo. "Kita sudah terlalu lalai padanya bukan?"
Ru Na tampak mengangguk pada ibunya. Mereka berdua tersenyum mencurigakan.
Dan tidur di ayunan sambil cengar-cengir. Mimpi apa dia? Sedangkan Gureum tampaknya pingsa, dan ada kue coklet pemberian Kang Woo di sampingnya. Yeon Seo yang datang kesana langsung menghampiri Gureum dengan cemas.
"Lee Gureum sadarlah!"
Mendengar suara Yeon Seo, Dan langsung membuka matanya.
"Hei! Kim Dan, kamu beri makan apa Gureum?"
Kim Dan kaget sampai jatuh dari ayunan.
Bersambung ke Dan, Only Love episode 6 part 2
EmoticonEmoticon