Abyss Episode 2 Part 3

Abyss
Episode 2 Part 3
Sumber konten dan gambar : TVN




Ji Wook datang ke sebuah rumah sakit. Dia memaksa masuk ke sebuah ruang rawat VIP meski sudah di larang oleh pria yang sepertinya sekretaris orang yang sedang di rawat. Ji Wook mencium bau rokok di dalam ruangan. Dia heran padahal si pasien katanya di rawat karena masalah pernafasan. Si pasein sepertinya pura-pura tidur.

"Karena perkembanganmu baik, kami bisa menahanmu," ujar Ji Wook.

Ji Wook membuka laptop di meja yang masih hangat saat dia sentuh. "Kenapa kamu tidak bangun saja?"


Jeng! Si pasien langsung melek dan bangun. "Ayahmu dan aku satu universitas. Dia tahu yang sedag kamu lakukan. Ku hubungi hakim Seo sekarang."

JI Wook merebut ponsel pasien lalu memberikannya pada si sekretaris. "Kalian satu sekolah? Tapi sepertinya kamu tidak tahu ayahku benci memanfaatkan koneksi."

Tiba-tiba dokter masuk memberitahu kalau pasien harus istirahat. Ji Wook tidak peduli. Dia tahu pasien membayar satu milyar won untuk pemeriksaan medis. Dia mengambil rokok di samping bantal pasien. "Jaga kesehatanmu. Kita akan segera bertemu.'

Ji Wook keluar dari rumah sakit bertepatan dengan beberapa ambulance yang baru datang. Dia memperhatikannya sekilas lalu tanpa sengaja mendengar ucapan seorang dokter yang bertanya pada rekannya apa dokter Oh Yeong Cheol belum menjawab teleponnya. "Bagaimana bisa dia cuti tanpa pemberitahuan?"


Ji Wook mendapat telepon dari J. Kali ini dia menjawabnya dan terdengar suara wanita meminta tolong. "Halo. Tolong lepaskan aku! Kamu bisa dengar kan? Kamu di sana? Ku mohon tolong aku!" Tiba-tiba panggilan berakhir. Dan Ji Wook tampak biasa saja seolah itu sudah biasa terjadi.


Hee Jin bersembunyi di sebuah gudang. Wajahnya tampak kotor. Terlihat seseorang berjalan sambil menyeret pipa besi menuju tempat persembunyian Hee Jin. Hee Jin menutup mulutnya agar tidak terisak. Pria itu berjenggot putih seperti pembunuh Se Yeon. Dia melewati Hee Jin begitu saja.


Min membawa pesanan makanan dan minumannya ke meja. Dia membuka ponselnya yang sudah diperbaiki. Banyak panggilan tidak terjawab. Salah satunya dari Bibi Mi Sun dan lainnya dari nomor tidak di kenal. Dia memeriksa akun Hee Jin tapi Hee Jin sedang offline. Min memijat keningnya.

Se Yeon datang. "Kamu menambahkan alpukat untukku?" Dia menggerutu saat duduk ke kursi yang lumayan tinggi. "Aish! Ini tidak tinggi untuk tubuhku yang lama." Se YEon merebut ponsel Min. Hei! Ku bilang jangan menyalakan telepon. Aku tidak percaya kamu memperbaiki ponsel ini. Mereka bisa melacak sinyal."

"Katamu aku tidak bisa di cari karena wajahku berbeda."


"Meski begitu, kamu harus tahu batas. Kamu pasti mengira polisi Korea bodoh. Tidak peduli walau beda jauh, jika kamu terus muncul di lokasi ponselmu, mereka akan menyelidikimu. Jika begitu, bagaimana kamu akan menjelaskannya?"

"Aku paham." Min mulai menggigit hotdognya.

Se Yeon membuka pembungkus hotdognya sambil mencibir kesedihan Min padahal sudah jelas dia dicampakkan Hee Jin yang membawa kabur uang muka untuk membeli rumah mereka di sebuah apartemen 50 lantai di Gangnam. "Ayolah! Lupakan dia. Itu yang sebut pengincar harta. Kenapa kamu masih tertarik dan sedih?"

"Kamu yang menjodohkanku dengan pengincar harta."

Se Yeon bilang akan jadi masalah kalau Hee Jin kembali sekarang karena Min saat ini adalah tersangka pembunuhan jaksa cantik. "Min, bagaimanapun, kamu akan mencari pembunuhnya atau tidak?"

Min malah marah-marah. "Kenapa kamu harus kembali hidup dengan tubuh itu? Kenapa tidak seperti dulu saja? Jadi kamu bisa berkata masih hidup, aku tidak membunuhmu, orang lain pelakunya. Ini bisa membebaskanku."

Se Yeon jadi kesal. "Hei! Apa aku memilih tubuh ini untuk hidup kembali? Kamu yang menyelamatkanku. Jangan marah padaku! Dasar!"

"Lalu apa rencanamu?"

Se Yeon menunjukkan rekaman blackbox yang kemarin. Hanya ada satu orang yang datang ke gang rumahnya saat waktu kejadian, yaitu taksi itu (kayaknya taksi Pak Park ya). Min tanya bagaimana dengan tetangganya. Di dalam kartun biasanya tersangka selalu ada di dekat korban. Sayangnya Se Yeon tidak melihat wajah tersangka. Tapi yang dia ingat, dia belum pernah melihatnya.


Min menunjuk pria tua yang juga lewat di depan minimarket. Se Yeon mengenalinya sebagai orang yang menumpuk kardus di bawah. "Tunggu! Dimana barangnya? Dia berjanji membersihkannya setelah kami bertengkar malam itu. Aku melihatnya memuat barangnya ke gerobak malam itu. Dasar! Aku harus pilih hari dan menjual barang simpanannya." (Btw, tukang kardus itu juga berjenggot)


"Pasti banyak yang dendam padamu."

"Si*l!! Tetap saja! Kamu tersangka utamanya."


Seorang pria tua membawa tas di tangannya. Dia berjenggot, rambutnya agak panjang dan beruban, dan di lehernya tampak bekas luka bakar. Dia menaiki tangga yang menuju sebuah gedung. Dia bertabrakan dengan seorang wanita hingga berkas-berkas yang di bawa wanita itu berhamburan. Pria tadi meminta maaf dan membantu memunguti kertas-kertas di lantai. Kebetulan Min dan Se Yeon lewat. jadi mereka juga ikutan membantu.


"Pak! Tolong perhatikan jalanmu!" ucap wanita tadi dengan kesal sebelum pergi. Se Yeon mencibir tingkahnya yang kasar. Tiba-tiba dia ingat sesuatu. "Wah! Aku ingat wajah ini!"

Flashback

Se Yeon menari dan bernyanyi di depan rekan-rekan sejawatnya. Sepertinya mereka sedang merayakan sesuatu karena ramai sekali. Semua orang bertepuk tangan untuk Se Yeon kecuali Mi Do. Saat temannya memuji penampilan Se Yeon, Mi Do nyinyir dan bilang kalau dia juga bernyanyi sebagus itu. Suaraku lebih bagus darinya. Luar biasa apanya?"



"Jelas-jelas iri. Katanya iri adalah penyakit," ujar temannya.

Se Yeon kembali ke tempat duduknya di samping Mi Do.

"Ku rasa kita banyak minum. Mau menghirup udara segar?" ajak Mi Do.

"Tidak apa. Kamu bisa pergi lebih dulu."

Mi Do berdiri lalu sengaja menyenggol bahu Se Yeon. "Ku bilang, Ayo hirup udara segar!" Mi Do nyolot.

Mereka akhirnya bicara di toilet. Mi Do jelas sangat tidak  menyukai Se Yeon.



" Sejak masa percobaan, aku tidak peduli padamu sedikitpun. Tapi aku diam saja," aku Mi Do dengan kedua tangan dilipat di dada.

"Tidak. Kamu selalu mengusikku. Biar aku tanya. Apa masalahmu denganku?

"Lihat dirimu! Siapa sangka kamu itu jaksa," ucap Mi Do. Se Yeon menatap gaya tengil Mi Do lalu ikut-ikutan melipat tangannya di depan dada. Mi Do tersenyum sinis. "Ku berikan kamu saran karena aku akan mengundurkan diri. Kabarnya kamu menggunakan wajah cantik untuk menaikan hukuman. Bagus dalam pekerjaanmu bukan satu-satunya yang penting. Kamu juga harus peduli gosip...."

Se Yeon menyela. "Biar aku urus gosipku sendiri. Kamu juga begitu Sunbae Lee. Ah benar! Kamu akan mengundurkan diri, jadi aku tidak perlu sopan kan?"

"Apa?"

"Ku dengar kamu ke firma hukum Park & Jang? Untuk gaji yang lebih besar, kan? Aku paham ini kesempatan terakhirmu mencurahkan isi hatimu padaku sebelum pergi ke firma hukum itu. Tapi aku sudah muak hingga kini."

Mi Do kesal juga. "Agh! Sapi ini banyak juga bicaranya."

"Apa?" Se Yeon kesal di sebut sapi.



"Hei! Kenapa tidak tutup lubang bok*ngmu saja sebelum kupecut?"

"Kamu ini ngomong apa?"

"Lupakan jika tidak paham. Aku mengatakan ini karena cukup tua untuk jadi kakakmu. Awasi perilakumu ya!"

Kembali ke masa kini.


Se Yeon berada di sebuah toko pakaian. Dia mencoba setelan jas dan memakai kacamata. Dia mencoba meniru gaya Mi Do. "Ini tampak kuno dan menyedihkan," gerutu Se Yeon di depan cermin. "Sekarang aku mirip dia." Min hanya memperhatikan saja karena dia tidak tahu Mi Do itu seperti apa wujudnya.


Mereka lalu masuk ke kantor firma hukum Park and Jang. Seorang pegawai wanita berlari dan langsung membukakan pintu untuk mereka. "Kami bisa jemput jika Anda memberitahu Bu."

"Aku hanya kemari untuk urusan penting," kata Se Yeon meyakinkan sambil dengan yakinnya berjalan ke arah kiri. Ruangannya tidak perlu di tata...." Eh ternyata ruangannya ada di kanan.


Se Yeon dan Min melihat-lihat kantor Mi Do. Min tampak kagum melihatnya.

"Sebenarnya bukan ide buruk bekerja di sini sementara," ujar Se Yeon. Dia melihat hiasan dari emas di meja Mi Do. "Apa ini benar-benar emas?" Se Yeon mengggitnya. "Wah! Daebak!"

Pegawai wanita yang tadi masuk dan bertanya berapa lama Mi Do akan tinggal di hotel.


"Hotel?" Se Yeon bingung mau menjawab apa. Dia dan Min saling melempar pandang. Min tanpa sengaja melihat tumpukan surat di meja.

"Bukankah kamu lebih suka tinggal di Golden Palace, Bu?"

Pegawai wanita menyahut. Dia bilang sudah mengemas semua barang Mi Do di Golden Palace karena katanya Mi Do akan pindah saat kembali.

"Nona Lee kesulitan tidur di hotel. Benar, Bu?" tanya Min.

Se Yeon membenarkan. Pegawai wanita itu pun pergi untuk mengurus tempat tinggal Mi Do. Se Yeon dan Min langsung menghela nafas lega.


"Hei! Bagaimana kamu mengarangnya? Astaga!"

Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di salah satu kamar di Goden Palace. Begitu masuk, Se Yeon langsung ternganga kagum. "Wah tempatnya luar biasa. Mungkin aku berhenti jadi jaksa saja dan bekerja di firma hukum saja.


Se Yeon duduk santai di kursi sementara Min membuka isi salah satu kardus. Dia menemukan foto Mi Do. "Wah kamu benar-benar mirip dia."

"Sungguh? Biar kulihat!" Se Yeon langsung meotot begitu melihat foto itu. "Wah daebak!"

"Kamu juga terkejut? Ku bilang sekarang wajahmu pasaran."


"Bukan itu." Se Yeon menunjuk gambar pria yang bersama Mi Do di foto. "Pria ini. Mereka keksaih?" Jeng jeng jeng. Itu fotonya det. Park. Se Yeon sampai menutup mulutnya saking nggak nyangka.

***

Det. Park sedang mencari berkas dari Ji Wook. Tiba-tiba dia dapat pesan teks dari Mi Do.

Ini aku Mi Do. Kamu sibuk? Bisa periksa plat nomor untukku? Nomornya 5687767. Tolong cepat! Terimakasih.



Det. Park langsung curhat pada rekannya, det. Cho. "Det. Cho. Jika mantan pacar tiba-tiba mengirim pesan dan meminta hal konyol,,, menurutmu apa artinya?"

"Dia ingin kembali bersama. Kenapa? Apa ini gadis yang mncampakkanmu untuk kuliah di luar negeri?"

Detektif Park pura-pura menyangkal. Tapi detektif Cho tidak percaya karena det. Park tidak pintar berakting.

"Jangan pikir soal jual mahal dan kirim pesan saja padanya. Tiap mabuk kamu menelepon nomor lamanya. Aku tidak paham...."

"Tidak! "Benar! Kamu bahkan menangis waktu itu."

"Lipakan. Kurasa dia pikir aku akan menerimanya kembali jika mengirimiku pesan seperti ini. Tapi aku bukan pria seperti itu. Aku tidak segampang itu!"


Tapi nyatanya, dia melakukan juga apa yang diminta Se Yeon. Se Yeon yang tadinya mondar-mandir gelisah berharap det. park membalas jadi sangat senang.

Milik Park Gi Nam. Alamatnya 1,1 beon-gil,Bichang-ro, Sapyeong-dong. Ngomong-ngomong, dimana kamu sekarang? Apa kabarmu?



Se Yeon yang sangat antusias langsung memanggi Min. Min sendiri sedang asyik berendam di bathtub.

"Hah! Sudah lama aku tidak mandi seperti ini."

Se Yeon menggedor-gedor pintu. "Hei! Cha Min! Cepat kemari! Pali pali pai!"

"Aku belum mandi berhari-hari. Tunggu sampai aku selesai!"

Se Yeon masuk sambil menutup sisi wajahnya. "Tidak! Maksudku. Aku dapat identitas si brengs*k itu. Keluarlah selagi aku masih baik," ancam Se Yeon lalu ngacir.

Min terkejut mendengarnya. Dia mau bangun tapi tubuhnya masih penuh busa. "Aku harus membilasnya dulu."


Det. Park galau menunggu pesan balasan dari Mi Do alias Se Yeon yang tak kunjung muncul di layar ponselnya. "Kenapa dia tidak membalas pesanku? Aku baru saja melupakannya tapi dia datang dan menghancurkan hatiku lagi."

Det. Cho menghampirinya. Dia mengajak bergabung dengan rekan-rekan lain di restoran barbeque. Det. Park yang kesal sengaja meninggalkan ponselnya di laci. Tapi dia balik lagi dan mengambilnya.


Min dan Se Yeon sampai di depan rumah Park Gi Nam. Se Yeon hendak mengetuk pintu tapi Min melarangnya. "Biar aku saja."

Min mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada tanggapan. Se Yeon nekad membuka pintunya tapi lagi-lagi Min menghentikanya. "Biar aku masuk duluan."

Se Yeon tidak mempedulikannya. Dia masuk tanpa rasa takut.


Park Gi Nam sendiri sedang mengintai di depan sebuah rumah yang lumayan besar. Dia mengingat kembali bagaimana dia sudah membunuh si pembunuh berantai. Dia membaca lagi memo dari si pembunuh. Kamu kira sudah usai. Belum. Kamu berikutnya. Semoga menikmati rasa sakitnya.


Se Yeon dan Min masuk ke dalam rumah yang berdebu. Se Yeon masuk ke ruangan dimana Park Gi Nam biasa membuat persembahan untuk anak dan istrinya. Dia menghapus debu tebal yang menempel di foto keluarga Park Gi Nam. Se Yeon terkejut. "Ayah Park Mi Jin?"

Min berteriak memanggil Se Yeon. Se Yeon langsung beranjak menuju ruangan dimana Min berada.


Sementara di tempat parkir, di dalam mobil, Pak Tua berjenggot sedang membunuh wanita yang ditabraknya. "Seharusnya kamu tidak merendahkanku," ucapnya lalu mencopot kamera di dashboard mobil.


Se Yeon terkejut saat melihat ruangan yang dindingnya dipenuh foto dan artikel kasus Eomsan-dong. Di antara banyaknya foto, ada foto dokter Oh Yeong Cheol.

***

Park Gi Nam masih mengintai dari dalam taksi. Sepertinya rumah di depannya adalah rumah dr. Oh.

"Jika kamu masih hidup, akan ku bunuh kamu berulang kali hingga kamu mati selamanya," ucapnya lalu meremas memonya. Dia mengambil tembakan dan cutternya. Sebelum turun dari taksinya, dia menatap foto putrinya.

***

Se Yeon tidak menyangka Park Gi Nam masih mengerjakan kasus Eomsan-dong setelah sekian lama. Dia mencopot foto dr. Oh. "Kurasa dia mengincarnya. Oh Yeong Cheol."


Min merebut foto itu dan memperhatikannya. Wajahnya tampak terkejut. "Aku mengenalnya."

"Siapa? Oh Yeong Cheol? Dia ahli bedah terkenal."

Min menggeleng. "Tidak. Bukan begitu...."


Beberapa mobil polisi melaju di jalan raya. Det. Park menyuruh det. Cho yang menyetir agar bergegas.

Sementara di ruangannya, Ji Wook mendapatkan sebuah fax. Dia sedang memikirkan pesan dari det. Park barusan.

Pak, kami dapat identitas tersangka kasus pembunuhan Eomsan-dong. Sebelum jaksa Ko tiada, dia minta cek jadwal libur dokter Oh Yeong Cheol. Hampir cocok dengan tanggal kasus. Kami memeriksanya lebih dalam. Bukan hanya itu yang mencurigakan. Kami segera pergi. Jadi tolong segera datang dengan surat perintah.

Ji Wook mengambil kertas fax yang ternyata berisi profil dr. Oh.

***

Park Gi Nam berdiri di depan pintu pagar rumah dr. Oh. Sepertinya dia agak ragu untuk masuk. Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya.

"Kamu mencari seseorang?"


"Di hari saat kamu meninggal, aku bertemu dia."

"Oh Yeong Cheol? Dimana?"

Min menceritakan apa yang dia alami sebelum datang ke rumah Se Yeon malam itu.

Min mengambil bola abyss dari sakunya. "Aku membangkitkannya dengan ini. Kuhidupkan kembali Oh Yeong Cheol."

Mata Se Yeon membola mendengarnya.


Park Gi Nam menoleh dan melihat Pak Tua berjenggot. Pak Tua mendekatinya. "Apa kamu mau bertemu Yeong Cheol?"

"Ya Pak."

"Aigoo! Sudah lama sejak ada yang ingin menemuinya. Kenapa berdiri saja? Ayo masuk!"

Park Gi Nam menolak. Tapi Pak Tua terus memaksanya dan menawarkan akan membuat jamuan untuknya. Meski Par Gi Nam berkali-kali mencoba menolak, tapi akhirnya dia mau masuk juga.

Terlihat di mantel Pak Tua ada bercak darahnya.

***

"Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak awal?" Protes Se Yeon.

"Bukan begitu. Aku kira abyss tidak berfungsi. Dia sekarat jadi aku hanya berpikir untuk menyelamatkannya."


Min dan Se Yeon sama-sama terhenyak dengan kenyataan yang baru saja Min sadari.

"Berarti.... aku menghidupkan kembali pembunuh berantai dengan bola abyss ini?"


Park Gi Nam masuk ke rumah dr. Oh. Dari belakang, dr. Oh yang sudah berubah wujudnya jadi Pak Tua, menatapnya tajam.

"Ku rasa kamu akhirnya bisa bertemu dengan putri yang kamu rindukan," gumam dr. Oh sambil tersenyum seram.

Bersambung ke Abyss episode 3 part 1

Komentar :

Tadinya agak bingung alur pembunuhannya Se Yeon tuh gimana. Akhirnya sekarang mudeng. Jadi dr. Oh sebelum berubah, naik taksinya Park Gi Nam ke kawasan rumah Se Yeon. Tapi dia dibunuh Park Gi Nam. Min nggak sengaja menemukannya dan menghidupkannya lagi. Dengan chasing yang baru, dr. Oh alias Pak Tua datang ke rumah Se Yeon. Nggak lama kemudian Min juga datang tapi langsung pergi setelah meninggalkan obat pengar di tangga. Setelah itulah Pak Tua membunuh Se Yeon, makanya yang dilihat Se Yeon jenggotnya si Pak Tua.

Yang bikin bingung lagi itu, kenapa mukanya Se Yeon yang baru di cibir. Padahal menurutku Park Bo Young sama Kim Sa Rang masih cantikan Park Bo Young, hehe. Cuma kalah tinggi aja dia.

Di sini, karakternya Park Bo Young itu rada tengil, sombong, tapi nggak dingin. Walaupun udah berubah wujud (power rangers kaleee) tapi tetep masih tetep maunya dibilang cantik. Belum pernah nonton drama dia sebelumnya jadi nggak bisa ngebandingin. Paling cuma film 'On Your Wedding Day' yang pernah aku tonton. Sejauh ini sih, suka sama Se Yeon dan Cha Min.



1 komentar

Good job minπŸ‘πŸ’•


EmoticonEmoticon