Drama Korea
One Spring Night
One Spring Night
Episode 3
Ji Ho duduk berderet bersama teman-temannya. Dia memperhatikan Gi Seok yang sedang mengobrol dengan Jae In. Dan Jung In juga ternyata memperhatikannya.
Waktu istirahat habis. Para pria kembali bermain basket.
Jae In kembali duduk di samping kakaknya. Dia berkomentar kalau Gi Seok berubah. "Atau aku yang tidak tahu? Pacarmu bisa cukup tegas."
"Dalam hal apa?"
"Dari cara bicaranya dan aura yang memancar. Dia selalu begitu?"
"Dia berusaha tidak menunjukkannya. Tapi harga dirinya tinggi."
Gi Seok berhasil memasukkan bola. Dia dan Ji Ho saling menghalangi satu sama lain untuk mendapatkan bola. Kali ini giliran Ji Ho yang berhasil menambah poin untuk timnya. Permainan berlangsung sportif. Tapi ketika Ji Ho akan melempar bola lagi ke ring, entah sengaja atau tidak, tangan Gi Seok menyenggol Ji Ho hingga Ji Ho terjatuh.
Jung In seketika berdiri untuk melihatnya. Jae In menyuruhya tidak perlu khawatir karena yang jatuh bukan Gi Seok. Dia menarik noonanya untuk duduk lagi.
"Dia menarik."
"Kamu terpana oleh Gi Seok setelah obrolan singkat?"
"Bukan Gi Seok. Maksudku pria yang jatuh tadi. Aku terus memandanginya. Bukankah dia menarik?"
"Aku belum melihatnya dengan jelas," bohong Jung In.
"Tidak perlu. Dia menonjol. Haruskah ku goda dia?"
"Ku bilang jaga sikap," omel Jung In.
"Aku belum melakukan apa-apa."
"Jaga sikap agar tidak mmpermalukan Gi Seok."
Gi Soek menawari Jae In mau makan apa. Jae In sebenarnya ingin makan banyak, tapi katanya ada yang bilang padanya untuk tidak mengatakannya. Jung In langsung berdecis. Gi Seok tertawa. Menurutnya Jae In tidak terlihat mudah di intimidasi. Dia mau mandi dulu, jadi meminta Jung In dan Jae In memilih makanannya.
Hyun Soo menyusul Gi Soek dan menawari mereka ikut makan malam bersama. Jung In khawatir itu akan membuat teman-teman Gi Soek tidak leluasa. Jadi Gi Soek saja yang ikut. Tapi Hyun Soo bilang dia tidak keberatan.
Melihat Ji Ho lewat, Gi Soek menawarinya ikut makan. Dia juga minta maaf soal pertandingan tadi. Ji Ho tidak mempermasalahkannya. Hyun Soo menarik JI Ho pergi karena ada yang ingin dia bicarakan. Jung In dan Ji Ho tidak saling menyapa. Mereka bahkan terkesan menghindari kontak mata di depan Gi Seok.
Hyun Soo menasehati Ji Ho untuk mulai berbaur dengan orang lain. Katanya dia ingin berkencan lagi.
"Aku kan tidak bilang tidak akan ikut,"ucap Ji Ho sambil tersenyum dan berjalan duluan ke kamar ganti.
"Hei Ji Ho. Sikapmu aneh akhir-akhir ini."
Seo In membuka brangkas di lemarinya. Dia mengambil sebuak map. Di dalamnya tampak banyak gambar. Entah gambar apa. Dia lalu memasukkan sebuah gambar di halaman yang kosong.
Ibu mampir ke rumah Seo In membawakan beberapa makanan dan obat. Mereka ngobrol sambil minum kopi. Seo In meminta ibunya untuk menyuruh Jung In jangan sampai menikah.
"Selamanya?" tanya ibu.
"Apa salahnya?"
Ibu hidup dengan ayah selama 37 tahun. Meski mereka kolot, tapi ibu pikir itu lebih baik daripada tidak menikah sama sekali. Ibu merasa Seo In berubah. Dulu dia suka bercerita. Tapi semenjak menikah, dia jadi jarang bicara. Pasti tidak mudah untuk Seo In. Dia harus menghadapi semuanya dan menjadi contoh untuk adik-adiknya. Seo In dengan dewasanya meminta Ibu untuk mengurusi Jung In saja. Lagipula ibunya juga harus selalu memihak ayah sekaligus Jung In setiap kali mereka berdebat.
Akhirnya Jung In dan Jae In ikut makan malam dengan teman-teman Gi Seok, termasuk Ji Ho. Jung In duduk tepat di depan Ji Ho. Gi Seok berterimakasih sudah di undang makan meski dia lebih tua dari mereka. Mereka semua pu bersulang.
Ji Ho melihat Jung In yang mencari sumpit. Dia mengambilkannya bahkan sekalian membuka bungkus sumpitnya lalu memberikannya pada Jung In tanpa banyak bicara dan tanpa melihatnya. Jung In sontak melihat ke arahnya. Tapi Jung In sama sekali tidak memandangnya. Dia sibuk ngobrol dengan temannya.
Jung In keluar dari restoran. Dia hendak ke toilet. Kebetulan Ji Ho sedang ada di depan toilet. Dia sedang berbicara dengan anaknya di telepon. Ji Ho menyuruh anaknya untuk banyak makan. Dia berjanji akan mengunjungi Eun Woo dua hari lagi.
Jung In hendak masuk ke toilet, tapi Ji Ho menahan tangannya. Kata masih ada orang di dalam.
Jung In menunggu sambil diam-diam mendengarkan percakapan Ji Ho dengan Eun Woo. Dia tampak tersenyum saat mendengar Ji Ho berbohong kalau dia tidak minum. Seorang pria keluar dari toilet. Jung In langsung masuk ke dalam.
Ji Ho terlihat menunggu Jung In keluar. Tapi saat Jung In keluar dan bertanya dia sedang apa, Ji Ho beralasan dia baru selesai menelepon.
Mereka pun jalan berdampingan sambil ngobrol.
"Nama anakmu Eun Woo? Aku tidak sengaja dengar. Kamu pandai berbohong. Kamu memang minum."
"Dia tidak suka saat aku minum. Itu sebabnya... haha..."
"Aku benci berbohong," ujar Jung In.
Ji Ho berhenti melangkah. Jung In menoleh padanya.
"Masuklah lebih dulu. Jika masuk bersama, kita harus berbohong."
"Kita baru saja dari toilet."
"Baiklah. Lakukan sesukamu."
Jae In menanyai pekerjaan mereka satu-satu. Terakhir adalah Ji Ho. Dia hendak menjawab tapi Hyun Soo meminta Jae In menebak. Jae In malah tanya sama Jung In. Sontak Jung In dan Ji Ho saling melempar pandang.
"Mana aku tahu," ujar Jung In berbohong.
Hyun Soo memberi petunjuk kalau pekerjaan Ji Ho berhubungan dengan pengobatan. JAe In langsung menebak dokter. Kata Gi Seok mirip.
"Apa yang mirip dokter?"
"Pikirkan bajunya," kata Gi Soek. Jae In tidak paham.
"Jubahnya," sahut Jung In keceplosan. Gi Soek langsung menduga kalau Jung In sebenarnya sudah tahu. Jung In beralasan kalau dia tidak sengaja dengar.
"Ya. Tadi aku bilang aku apoteker," aku Ji Ho.
Jae In langsung terpana.
Jae In bercerita kalau di keluarganya ada tiga anak perempuan. Dan dia yang paling cantik. Gi Seok merangkul Jung In dan bilang kalau menurutnya Jung In yang paling cantik. Semuanya tertawa. Ji Ho juga tersenyum lebar melihat Jung In dan Gi Seok.
***
Ibu tampak sedang mengerjakan sesuatu di meja. Ayah bertanya apa mereka punya buah. Ibu beranjak dari kursi dan mengambilkan jeruk untuk ayah. Ayah melihat apa yangs edang di kerjakan ibu. Ibu bilang mengerjakan itu bagai meditasi baginya. Ayah mencibir. Memangnya kenapa sampai perlu meditasi.
Ibu membahas anak-anak. Mereka sudah dewasa. Biarkan mereka menentukan pilihan sendiri. Ayah tetap keras kepala. Menurutnya mereka belum sepenuhnya dewasa. Nanti kalau Jae In sudah lulus, dia juga akan segera menikahkannya. Ibu jadi kesal di buatnya. Mereka pun akhirnya bertengkar. Ibu maju menyudutkan ayah hingga ayah jauh terjungkal ke lantai.
"Kamu menyedihkan," ucap Ibu lalu pergi.
Setelah dari restoran, Ji Ho, Jung In, Jae In, Gi Seok, Hyun So, dan satunya lagi (kayaknya namanya Young jae) pergi karaokean. Jae In dan Hyun Soo bernyanyi dan joget berdua. Lagu selanjutanya, tanpa sengaja Ji Ho dan Jung In memilih lagu yang sama. Mereka di suruh menyanyi bersama. Jae In sudah memegang mic. Tapi Ji Ho permisi keluar karena harus mengangkat telepon.
Jung In akhirnya bernyanyi sendiri. Suaranya lumayan merdu.
Ji Ho masuk lagi ke dalam dengan terburu-buru. Dia membisiki Hyun Soo sesuatu lalu pergi lagi. Hyun Soo gantian membisiki Young Jae. Jung In yang memperhatikan sejak Ji Ho masuk jadi tidak fokus bernyanyi. Dia memilih mematikan musiknya. Gi Seok heran melihatnya. Jung In beralasan kalau dia ingin saja.
Jung In yang tidak bisa menahan rasa penasarannya bertanya apa ada masalah. Tapi Hyun Soo hanya menjawab kalau Ji Ho ada urusan. Dia tidak menjelaskan lebih detail.
Untuk meramaikan suasana, Hyun Soo meminta Young JAe untuk bernyanyi. Young Jae ini selalu di panggil Hyun Soo sebagai calon PNS karena memang sedang usaha supaya bisa lulus. Tapi katanya Young Jae sebenarnya ingin jadi penyanyi tapi tampangnya yang tidak memadai. Semuanya tertawa. Young Jae pun bernyanyi di depan. Suaranya memang merdu. Jae In tampak menikmatinya, sementara Jung In hanya diam seolah jiwanya tidak di sana.
Ji Ho terlihat panik. Dia meminta sopir taksi untuk mengemudi lebih cepat.
***
Jae In dan Hyun Soo bernyanyi lagi. Gi Seok menyemangati mereka. Jung In juga ikut bertepuk tangan. Tapi jelas dia memikirkan Ji Ho. Tangannya bertepuk tangan tapi matanya mengarah ke bangku tempat Ji Ho tadi duduk.
***
Ternyata Ji Ho ke rumah sakit. Eun Woo terkena diare. Ibu Ji Ho merasa bersalah karena tadi mengomeli Eun Woo karena tidak mau makan. Ji Ho menenangkannya. "Sakit itu bagian dari pertumbuhan kan?" ucap Ji Ho bijak. Meski tampak tenang, tapi hati Ji Ho pasti juga cemas.
Ji Ho dan ayahnya duduk di ruang tunggu. Ji Ho meminta ayahnya untuk pulang biar dia yang akan menjaga Eun Woo. Awalnya ayah menolak karena Ji Ho juga harus kerja juga. Tapi Ji Ho bilang dia sanggup. Lagipula kalau orangtuanya sampai sakit siapa yang akan menjaga Eun Woo.
Ji Ho memandangi Eun Woo yang masih tidur. Dia membelai rambut Eun Nu dengan sayang. Eun Nu membuka matanya.
"Ayah di sini."
"Apa sudah dua hari?"
"Belum. Ayah datang karena merindukanmu. Masih sakit?" Eun Nu menggeleng. "Kalau merasa sakit, jangan di tahan. Bilang saja saat merasa sakit."
"Aku sudah tidak apa-apa karena ayah di sini," ujar Eun Woo.
"Ayah akan selalu di sisimu mulai sekarang. Ayah akan di sampingmu agar kamu tidak sakit lagi. Ayah janji." Mereka lalu saling mengaitkan jari kelingking mereka. Ji Ho lalu mengenggam tangan anaknya. Matanya sampai berkaca-kaca.
Jung In baru selesai mandi. Dia menyuruh Jae In yang mainan ponsel untuk mandi atau dia akan mengirimnya ke rumah Ibu. Dia juga menyuruh Jae In untuk membereskan meja. Jae In bernajak dari sofa dan bertanya kakaknya marah. Kenapa Jung In tiba-tiba terdiam di karaokean dan sekarang malah kesal. Jung In mengelak kalau dia kesal. Jae In mengambil handuk lalu masuk kamar mandi sambil bertanya-tanya ada apa dengan kakaknya.
Jung In mengambil ponselnya di meja lalu menghhubungi Gi Seok.
Seo In berpapasan dengan atasannya. Atasannyaa mengajaknya ikut masuk karena ada suami Seo In di dalam. Awalnya Seo In menolak tapi akhirnya dia masuk juga karena atasannya yang memintanya.
Di dalam, Seo In dan suaminya yang seorang dokter tampak canggung. Tapi di depan atasannya, Seo In berusaha menyemangati suaminya. Suaminya pun merangkulnya dan meminta atasan Seo In untuk menjaga Seo In karena belakangan dia tidak bisa memperhatikannya makanya Seo In agak ngambek padanya.
"Sudah ku duga. Bersikap baiklah. Kamu akan menyesal jika mencampakkan istri sepertinya," ujar atasan Seo In.
Shi Hoon, suami Seo In, memijat bahu Seo In. "Aku akan menebusnya."
Beberapa saat kemudian, Seo In keluar dari ruang siaran. Shi Hoon menyusulnya. Dia bilang ada yang harus mereka bicarakan jadi dia meminta Seo In menunggunya di rumah. Seo In tidak mempedulikannya dan melanjutkan langkahnya.
Jung In sedang mengerjakan sesuatu dengan Yeong Joo.
"Saat aku menerima pekerjaan ini, ku kira pustakawan hanya duduk cantik dan membaca buku seharian. Tapi lihat kenapa kita harus memeriksa poster acara ini?"
Jung In juga mengeluh kalau semua poster tampak sama. Seorang pegawai wanita, Oh Ha Rin datang dengan membawa setumpuk pekerjaan. Kontan Young Joo dan Jung In mengeluh.
Jung In menyarankan kalau mereka untuk mengumpulkan ide konsep lagi. Meski ini tidak menarik bagi mereka, tapi ini acara ulasan buku tetap. Dia mencoret-coret kertas dan kepikiran sesuatu.
"Bagaimana kalau musim? Aku tahu musim dingin akan berakhir. Tapi 'salju' sepertinya tema yang bagus."
"Salju pertama?" Usul Young Joo.
Jung In tidak sependapat. Dia mengusulkan 'salju terakhir'. Temannya setuju. Itu ide yang baru. Belum pernah ada.
Young Joo memperhatikan Jung In. Akhir-akhir ini dia melihat sisi baru Jung In. "Kamu sempat terlihat seperti orang romantis, dan hari ini kamu sentimental."
"Ini memang sifatku. Puas?"
Young Joo mengajak mereka makan karena otaknya tidak berfungsi kalau belum makan. Semuanya setuju.
Terlihat dikertas yang tadi di coret-coret Jung In, dia menulis 'kali selanjutnya turun salju'. Itu kalimat Ji Ho saat mengajaknya ketemuan lagi di tempat selain apotik pada saat turun salju berikutnya.
Bersambung ke One Spring Night episode 4 part 1
EmoticonEmoticon