Drama Korea
Abyss
Episode 6 Part 2
Sumber konten dan gambar : TVN
Dong Cheol memperhatikan foto Cha Min yang dulu dengan Min yang ada di depannya sekarang. Dia juga memeriksa tangan Min dan meminta Min membuka mulutnya. Mungkin untuk memeriksa susunan gigi atau apa.
"Ini gila! Bagaimana dua pria adalah orang yang sama? Itu tidak penting saat ini. Aku jelas melihatmu mati dengan mata kepalaku sendiri."
"Kamu juga melihatku hidup dengan mata yang sama."
"Benar. Tepat sekali. Karena itulah aku tidak paham situasi ini." Dong Cheol mendekat dan menyentuh wajah Cha Min. "Siapa kamu sebenarnya?"
Min menghela nafas. Berapa kali dia harus katakan kalau dia adalah Cha Min. Yang lebih penting dari siapa dia adalah apakah dia membunuh jaksa Ko? Min menegaskan kalau dia bukan pembunuh. Dia juga tidak tahu kenapa dia dijadikan tersangka.
"Kalau begitu biar kuluruskan. Jika merasa bersalah soal tuduhan membunuh, kenapa tidak datang lebih awal. Kenapa terus menyembunyikan identitas?" Min diam saja. Dong Cheol tampak memikirkan sesuatu. "Hei! Apa ada kemungkinan Mi Do tahu kamu Cha Min?" Min diam seolah membenarkan. "Kamu tahu? Jika kamu pembunuhnya, dan Mi Do tahu dan membantumu bersembunyi, dia akan didakwa menyembunyikan tersangka. Kenapa kamu melibatkannya sejak awal?"
"Motif, bukti, dan pernyataan saksi semua dipalsukan. Semua kecuali diriku menyebutku tersangka. Aku harus berbuat apa? Tampak berbeda tidak membantuku membuktikan aku tidak bersalah. Hingga dapat tersangka...."
"Lalu? Kamu dapat tersangkanya? Karena itu kamu kemari?"
"Oh Yeong Cheol! Dia juga membunuh Se Yeon. Kamu tahu bukti Park Ki Man."
"Bukti apa? Kartu identitas jaksa Ko? Kurasa rencanamu memenjarakan Oh Yeong Cheol dengan itu. Tapi itu tidak cukup. Ya. Oh Yeong Cheol membunuhnya. Tapi masalahnya, tidak ada cara membuktikan bahwa dia membunuh jaksa Go."
"Aku jelas mendengarnya mengakui pembunuhan itu," ungkap Min.
"Kamu merekam pengakuannya?" tanya Dong Cheol.
"Ku dengar sidik jari dan darahnya ditemukan di tkp Rumah Sakit Myeongjin. Saat itulah aku mendengar pengakuannya. Dia mengaku membunuh jaksa Ko."
"Jadi kamu merekam pengakuannya atau tidak? Hah? Hei! Kuingatkan. Kamu adalah tersangka utama kasus ini. Dengan pernyataanmu saja, kami tidak bisa menahannya."
"Bukan hanya aku yang mendengarnya. Park Ki Man juga."
Dong Cheol kesal. "Benar, tapi apa kamu merekamnya? Yang kamu katakan padaku tidak cukup untuk dijadikan bukti."
Tiba-tiba detektif Choi masuk dan memberitahu Dong Cheol kalau di tempat Oh Yeong Cheol ditemukan senjata dengan darah Se Yeon.
"Sudah ku bilang aku benar!" ucap Min.
Perawat sedang memeriksa Park Ki Man. Tiba-tiba Park Ki Man memegang tangannya. Dia berusaha mengatakan sesuatu. Perawat mendekat untuk mendengarkannya. Setelah itu perawat pergi memanggil dokter.
Min melakukan serangkain tes di rumah sakit dengan disaksikan Nyonya Eom, bibi dan sek. Kim. Saat sedang di MRI, sek. Kim yang baru dari laboratium melaporkan kalau sidik jari dan retinya sudah diperiksa dan hasilnya cocok.
"Kamu yakin?" tanya Nyonya Eom. "Mungkin hasilnya dimanipulasi."
"Itu mustahil. Ini dikerjakan di hadapanku. Hasil didapat dari prosedur tes biometri lab di sini, artinya bisa dipercaya."
"Tetap saja, tapi ini tidak masuk akal."
Bibi angkat bicara. "Bu, mungkin ini aneh. Tapi aku percaya dia adalah Min jika dilihat seksama."
"Bagaimana? Maksudku, bagaimana bisa pria muda tampan menjadi putraku, Min? Dia tidak mirip Min."
"Dalam operasi plastik Korea dianggap nomor satu di dunia," ujar bibi.
Nyonya Eom bertanya pada sek. Kim seberapa akurat tes biometri. Sek. Kim menjawab kalau wajah Min memang jauh berbeda. Tapi jika semua cocok dengan biometri Cha Min di data lab, mustahil kalau dia bukan Cha Min. Nyonya Eom melongo. Dia menatap Min yang ada di dalam.
Se Yeon memimpikan saat kejadian pembunuhannya.
Saat itu dia habis minum di dapur. Tiba-tiba Oh Yeong Cheol menarik tangannya. Dia mengikat tangan Se Yeon dan menariknya. Ikatan tangan Se Yeon dia ikatkan di gantungan baju. Lalu dia menusuk perut Se Yeon.
"Ku rasa kamu tidak menyangka akan mati, kan? Aku juga tidak menyangka akan membunuhmu," bisik Oh Yeong Cheol. Wajahnya tampak terkena cipratan darah Se Yeon.
Oh Yeong Cheol membuka kotak peralatannya. Dia mengambil benang dari sana.
Se Yeon terbangun dengan nafas terengah. Dia lalu memeriksa tanggal di ponsenya. Selasa, 21 Mei.
Min akan kembali ke rumahnya yang sebenarnya. Bibi meminta sek. Kim untuk mengantar mereka ke tempat Hee Jin di wisma tamu karena tidak yakin Min pasti mencemaskannya karena sedang hamil. Tapi Min bilang lain kali saja.
Se Yeon menelepon Min. Dia protes kenapa Min membawanya pulang ke Golden Palace. Dia tidak punya waktu untuk tidur sekarang. Harusnya Min membangunkannya.
"Detektif Park bilang kamu tidak nyaris tidak tidur dua hari terakhir. Kamu tidak hidupkan kembali untuk jadi pahlawan. Kamu butuh tidur. Aku ke kantor polisi sendiri. Interogasinya lancar. Jangan cemas. Tim hukum kami bagus, jadi aku tidak di hukum."
"Bagaimana dengan Oh Yeong Cheol?"
"Belum ada kabar."
"Baik. Aku ke kepolisian Dongbu. Datang sekarang," pinta Se Yeon.
"Aku tidak bisa pergi sekarang."
"Kenapa?"
"Aku kembali menjadi direktur Cha, pewaris Lan Cosmetics. Karena membuka identitas, aku harus membereskan di sini juga."
Min masuk ke ruang rapat dengan setelan jas rapi. Para petinggi perusahaan berkasak-kusuk melihatnya. Min membungkuk memberi salam pada ibunya dan para direksi.
"Kalian seakan melihat hantu. Kalian merasa tidak nyaman aku kembali ya?" tanya Min.
"Kamu sungguh Direktur Cha?" tanya salah seorang direksi.
Min membenarkan. "Ada alasan dibalik perubahan penampilanku. Tapi apa perlu ku ceritakan masalah pribadi?"
"Bagaimana bisa kamu tidak bekerja untuk operasi plastik dan tidak memberitahu kami apapun? Khususnya di saat kritis." Ucap seorang berkacamata.
Min mengambil sebuah dokumen di meja. "Aku tahu. Selain ketidakhadiranku di masa kritis, kalian mencoba mempercepat peluncuran produk baru. Apa ada alasan khusus?"
Pak berkacamata beralasan kalau di setiap krisis ada peluang. "Saat citra perusahaan terancam, produk sensasional,,,"
"Sensasional? Terdengar hebat. Tapi aku membaca komposisinya dan menemukan penghambat endokrin."
(Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi ditubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain. Gangguan endokrin bisa menyebabkan diabetes dan kencing manis)
Para peserta rapat berkasak-kusuk mendengarnya. "Bahan mana yang menghambat endokrin?"
Min berkata kalau di produknya sendiri di labeli sebagai 'serum'. Karena itulah ini masalah serius. Salah satu bahan pelembabnya ada phthalate. Pak berkacamata beralasan kalau merek lain juga menggunakan bahan kimia seperti itu. Lagipula produk ini lolos ijin FDA. Jadi Min jangan coba menyabotase tanpa alasan. Jumlah phthalate-nya sedikit jadi tidak masalah.
Menurut Min jumlah yang diijinkan FDA dibawah 100 ppm, sangat rendah. Sedangkan jumlah dalam produk mereka ada diambang batas. Min menekankan bahwa produk perawatan harus bisa di makan. (Pengetahuan baru nih).
"Itu bisa di makan," tegas Pak kacamata.
Min manggut-manggut lalu menghampirinya. Dia membuka produk yang dia maksud. "Kenapa kamu tidak makan ini?"
Pak kacamata menerimanya. Min memberitahu kalau dia dengar terlalu banyak terpapar phthalate bisa menyebabkan pergerakan sper*a menurun. Istilah awamnya, memengaruhi stamina se*sual. Itu zat berbahaya yang bisa menyebabkan abnormalitas reproduksi.
"Jika kamu tidak apa, silahkan telan sesondok," tantang Min.
Pak kacamata akhirnya meletakan produk itu di meja. Min bilang kecuali mereka bisa makan satu wadah penuh, maka buang saja semuanya. Dia juga tahu kalau mereka bekerja sama dengan pabrik yang berbeda untuk produk ini. Kenapa harus dengan pabrik berbeda? Kenapa mempercepat peluncuran produk yang keamanannya tidak terjamin? Bagian internal akan menyelidiki masalah itu. "Mari bicara di rapat selanjutnya," ucap Min mengakhiri rapat. Dia membungkuk memberi hormat pada ibunya lalu pergi.
Nyonya Eom tersenyum bangga melihat Min. "Dilihat dari cara kerjanya, dia sungguh Min," gumamnya.
Min menyisir rambutnya dengannya. "Wah!" Sepertinya dia merasa bangga pada dirinya sendiri. Dia lalu mendapat telepon dari rumah sakit Myeomgjin karena dia walinya Park Ki Man.
Beberapa saat kemudian, Min dan Se Yeon sudah ada di ruang rawat Park Ki Man. Tapi Park Ki Man sedang tidur karena baru diberi obat bius. Min mendapat panggilan telepon dari Hee Jin tapi dia tidak mengangkatnya. Dia bertanya pada perawat apa Park Ki Man mengatakan sesuatu saat sadar atau mencari seseorang.
"Buku catatan. Dia bilang 'buku catatan'," jawab perawat.
Hee Jin terus berusaha menghubungi Min dengan telepon rumah tapi tidak di angkat-angkat. Dia kesal karena itu. "Dia kembali. Kenapa dia tidak mengunjungiku walau tahu aku di sini?"
Sek. Kim datang membawakan sebuah ponsel untuk Hee Jin. Dia meminta Hee Jin bersiap karena Nyonya Eom sudah menjadwalkan dokter untuk Hee Jin. Hee Jin langsung pura-pura mual dan berkata tidak bisa pergi karena sejak pagi merasa tidak sehat. Dia masuk ke kamar mandi dan pura-pura muntah.
"Hah! Ini gila! aku harus apa? Aku akan diusir jika mereka tahu aku tidak hamil. Jika diusir,,,, Tidak! Aku tidak bisa biarkan itu terjadi. Jika itu terjadi, dia akan sungguh membunuhku."
Hee Jin mengambil ponselnya dan mencari testpack dengan dua garis di toko online. Dia menemukan seorang penjual. Anehnya, bukannya dikirim lewat petugas pengiriman, si penjual malah minta bertemu langsung untuk membicarakan harganya. Hee Jin tidak curiga dan menyetujuinya.
Bersambung ke episode 6 part 3
1 komentar
Hei jin...waspadalah😈
EmoticonEmoticon