He is Psychometric Episode 16 Part 1

He is Psychometric
Episode 16 Part 1


Sumber konten dan gambar : TVN

Rapat ibu-ibu penghuni Apartemen Yeongseong



"Seorang penjaga keamanan mempertanyakan sistem perlindungan kebakaran kita? Iti karena dia mantan pemadam kebakaran. Hah tidak bisa dipercaya. Anggaplah seekor anj*ng menantang pemiiknya. Apa yang kamu lakukan? Rebus saja sebagai sup. Bukankah begitu?" ucap ahjumma dengan tai lalat di atas bibirnya.

"Ya. Kamu rebus sampai empuk," sahut ahjumma yang lain. Ketiganya lalu tertawa. 

Bel berbunyi. Ahjumma ketua membukakan pintu apartemen. Seperti yng sudah kita tahu, yang datang adalah Sung Mo dengan jaket Pak Yoon Tae Ha. Dia menusuk ahjumma itu.



An kesakitan lalu ambruk ke lantai. Dia melihat kilasan-kilasan saat Sung Mo membunuh para ahjumma di unit 702 lalu menatanya di lantai. Setelah itu An memutus selang saluran gas dan meletakkan pemantik api di mocrowive. Semuanya beres. Sung Mo meninggalkan unit itu lalu pergi dengan melempar jaket yang di pakainya di lantai koridor.

Episode Terakhir



An kehilangan kesadarannya. Jae In menemukannya dan langsung memeriksa nadi di leher dan pergelangan tangannya. Dia menghubungi rekannya dengan panik untuk mengirim bantuan. Setelah itu dia mencoba memompa jantung An dengan tangannya. Karena belum juga ada respon dari An, Jae In memberi An nafas buatan.


Jae In menangis. Dia memompa jantung An lagi. Tiba-tiba An tersentak. Dia membuka matanya dan terbatuk-batuk. Jae In yang tadi sudah ketakutan setengah mati akhirnya bisa bernaas lega dan menyandarkan punggungnya ke dinding.
Setelah kesadarannya pulih, An kembali mengingat apa yang dia lihat. "Jae In-a! Jae In-a! Di tempat ini, pelaku yang membunuh para wanita dan membakarnya adalah hyung."

Mata Jae In membola. Dia dan An menangis mengetahui kenyataan yang tidak pernah mereka duga.


Di tempat lain, Sung Mo pun meneteskan airmatanya. (Hatiku pun hancur)


Jae In membantu An bangun. "Aku harus mencari Hyung."

"Polisi sedang mencarinya. Jadi kau diam saja. Kamu bisa mati jika terus menggunakan kemampuanmu."

"Ku rasa aku tahu dimana hyung."


An memaksakan diri untuk berdiri. Dia berjalan tertatih keluar dari unit 702 dan hampir terjatuh tepat di depan Pak Nam yang membawa dua petugas kesehatan. Pak Nam menangkap An. Tapi An tidak mempedulikannya. Dia terus berlari sambil menahan sakit di perutnya. JAe In berlari mengejarnya. Pak Nam pun tak mau ketinggalan ikut menyusul. "Petugas Yoon! Dia pergi kemana?"

"Katanya dia tahu dimana Jaksa Kang," jawab Jae In.



An terus naik ke lantai atas. Pak Nam dan Jae In berhenti sejenak sambi terngah-engah. Jae In meminta Pak Nam pergi ke rooftop sedangkan dia akan pergi ke lantai 15. Begitu sampai di lantai 15, Jae In langsung bersiaga dengan pistolnya. Dia masuk ke salah unit yang pintunya tidak terkunci.


An sendiri sudah menemukan Sung Mo di unit 1501 tempat An dulu tinggal bersama keluarganya.


Sung Mo yang menyadari kedatangan An, langsung berbalik menghadap An. "Aku,,, terlambat kan? Harusnya aku datang kesini dan minta bantuan.  Aku sangat terlambat."

"Kenapa kamu melakukannya? Untuk apa menjebak Kang Geun Taek? Kamu ingin menjebaknya dengan sangat buruk. Kamu membunuh wanita-wanita itu dan menyalakan api."

"Aku tahu saat melihat mayat yang dibawanya. Lalu aku berpikir apa yang perlu aku lakukan untuk membantu aku dan ibuku melarikan diri dari penderitaan tiada akhir ini. Ku pikir itu akan selesai jika aku membuatnya masuk penjara sebelum dia bisa menemukan ibuku. Ku pikir lebih banyak kematian akan menjamin kepentingan polisi dalam kasus ini. Aku tahu aku sudah melakukan kesalahan, tapi aku tidak bisa berhenti," ucap Sung Mo dengan airmata mengalir di pipinya. "Yang merencanakan perbuatan itu dan membawa mayat itu adalah Kang Geun Taek. Tapi aku yang melakukannya. Saat itulah aku tahu. Betapapun aku ingin menyangkalnya, aku adalah anak dari monster." (Hiks)


An menghapus airmata di pipinya. "Lalu,,, kenapa,,, kenapa kamu tidak melarikan diri tapi berada di lantai 7? Kamu punya waktu untuk pergi!!" bentak An. "Kenapa kamu tetap di situ dan menyelamatkanku?"

"Aku takut. Aku takut dengan apa yang telah aku lakukan. Sungguh ironis, bagaimana saat aku memutuskan untuk menjadi monster, baru pertama kalinya aku merasa takut. (berarti kamu bukan monster Sung Mo-ya. Baper aku). Aku juga menyadari kesalahan itu. Aku tidak bisa bergerak."

Dalam flasback, diperlihatkan Sung Mo yang terduduk diam bersandar di tembok di tengah ramainya orang-orang yang berlari menyelamatkan diri.


Lee An tertegun. "Kamu mengembangkan emosi saat itu dan kamu menyelamatkanku?"

"Ya."


Jae In keluar dari unit yang tadi dia masuki. Melihat nomor unit di depannya, Jae In jadi ingat saat interogasi Sung Mo berkata pergi ke unit 1501 untuk minta bantuan. Dia lalu menghubungi Pak Nam dan memberitahu kalau Sung Mo ada di unit 1501. Jae In bergegas menuju unit 1501. Dia masuk ke dalam dan langsung menodongkan pistolnya ke Sung Mo.

"Jangan bergerak!"


"Maafkan aku, An. Maafkan aku, petugas Yoon."


Pak Nam dan petugas lainnya masuk ke unit itu. Jae In maju dengan masih menodongkan pistolnya. "Berdasarkan pasal 212 (Wah, Wiro Sableng dong) Unit pidana, Anda terjebak dalam tindakan tersebut. Anda punya hak untuk tetap diam. Apa yang Anda katakan dapat digunakan untuk melawan Anda di pengadilan. Anda punya hak untuk menunjuk seorang pengacara," ucap Jae In dengan airmata mengalir di pipinya.


An memilih memalingkan wajahnya karena tidak tahan melihat pemandangan di depannya.



Sung Mo mengulurkan kedua tangannya siap untuk di borgol. Jae In sedikit tertegun. Mungkin dia tidak menyangka Sung Mo akan menyerah begitu saja tanpa perlawanan. Jae In dengan berat hati memborgol tangan itu. Para petugas pun segera membawa Sung Mo meninggalkan An dan Jae In.


An tidak kuasa lagi menahan tangisnya.


Det. Kim dan det. Park menghampiri Kang Eun Joo di gereja. "Kang Eun Joo-ssi. Semuanya sudah selesai. Kami mendapatkan Kang Geun Taek. Dia sedang dalam operasi, dan Jaksa Kang di tangkap di tempat kejadian. Det. Park! Anda di sini dulu," ucap det. Kim lalu pergi dari gereja.


Det. Lee menghampiri dokter yang baru keluar dari ruangan operasi. "Sepsis tersebut menyebabkan penyebaran koagulasi intravaskular dan fascitis necrotikans. Kami harus mengamputasi lengan kirinya."

"Apa dia akan baik-baik saja?"

"Dia dalam perawatan intensif. Kita lihat bagaimana dia mengaturnya."

Terlihat Kang Geun Taek yang terbaring di dengan sebelah tangan di borgol dan sebelah tangannya lagi sudah tidak nampak.


Pak Nam menginterogasi Sung Mo. "Anda mengakui penculikan dan percobaan pembunuhan Kang Geun Taek?"

"Ya. Saya mengakuinya. Pembunuhan Apartemen Yeongseong dan pembakaran juga adalah perbuatanku."

"Anda ingin menjebak Kang Geun Taek?"

"Pada saat itu saya hanya punya satu masalah. Daripada kebenaran atau rasa sakit yang di alami orang lain, saya lebih khawatir dengan apa yang akan terjadi pada ibu saya jika saya masuk penjara. Bisakah dia menangani Kang Geun Taek sendiri? Hanya itu yang saya pedulikan."

"Lalu kenapa Anda membiarkannya hidup? Anda punya banyak waktu untuk balas dendam."

"Saya tidak membiarkannya hidup. Saya ingin dia menderita kesakitan dan mati dengan perlahan."


Jae In yang memperhatikan dari luar dari tadi memilih pergi.

Bersambung ke He is Psychometric Episode 16 part 2



EmoticonEmoticon