Dan, Only Love Episode 2 Part 2

Drama Korea
Dan, Only Love
Episode 2 Part 2
SUmber konten dan gambar : KBS 2




Yeon Seo masuk sebuah aula yang kosong. Dia menghadap sinar matahari dan mengeluarkan saputangan Dan dari saku gaunnya. Dia memelintir saputangan itu lalu membentuknya lingkaran.


Di atas panggung, tampak Ni Na menari di dampingi penari pria. Di luar, Yeon Seo pun tampak menari seirama dengan tarian di dalam teater. Penonton bertepuk tangan meriah begitu pertunjukan selesai. Sementara Yeon Seo, wajanya tampak sedih setelah menyelesaikan tariannya.

Pak Jo ke depan toilet mencari Yeon Seo. Tapi dia tidak menemukannya.

***

Seorang tamu pria menyapa Ni Na bersama Bu Choi dan Pak Kim. Pria itu menarik Bu Choi dan bertanya dimana Odette yang asli. Dia mencarinya tapi tidak bisa menemukannya. Bu Choi bilang dia akan segera datang.


Pak Jo mencari Yeon Seo di parkiran. Tapi dia hanya melihat seorang pria disana.


Bu Choi bertanya pada Ru Na tentang keberadaan Yeon Seo karena upacaranya sudah akan dimulai. Pak Kim juga terlihat cemas. Pembawa acara sudah membuka acara. Dia mengumumkan bahwa mereka mengundang tamu spesial yaitu Yeon Seo, putri dan primadona Fantasia. "Dimana Anda Nona Lee Yeon Seo?"

Ru Na mendekati pembawa acara dan membisikinya sesuatu.


Pintu terbuka. Pak Jo datang bersama Yeon Seo. Semua orang bertepuk tangan. Pak Jo menggandeng Yeon Seo ke tengah acara.

Seorang pria memakai kacamata hitam masuk dan bersandar di pintu mengamati acara. Dia adalah Ji Kang Woo (Lee Dong Gun).


Yeon Seo naik ke podium. "Halo, aku Lee Yeon Seo. Ini adalah hari spesial. Hari jadi Fantasia ke 20, dan peringatan kematian orangtuaku. Aku sudah memikirkan cara merayakan acara ini. Aku berniat muncul sebagai mayat dengan gantung diri di toilet."

Pak Jo terkejut menatap Yeon Seo.

"Untuk membuat adegan dramatis. Kalian pasti menatapku dengan iba. Ku harap kalian bisa mendukung kami sebesar rasa iba kalian kepadaku dan seperti kalian berpikir aku pantas mengalami ini. Seperti yang kalian tahu aku menjadi satu-satunya penari utama di sini, Geum Ni Na menjadi penari penggantiku. Dengan kata lain, dia bayanganku."

Ni Na tampak terluka.

"Jika aku sakit atau kabur karena jatuh cinta, dia bertanggung jawab untuk menggantikanku Sayangnya aku terlalu sehat. Selain balet, bagiku semuanya membosankan. Aku tidak pernah melewatkan latihan. Namun matahari dan bulan datang menggantikan. Seperti yang kalian tahum aku kehilangan penglihatanku, Ni Na melakukan debut dengan sukses sebagai penggantiku. Saat aku hidup dalam kegelapan dalam tiga tahun, Ni Na bersinar sebagai balerina utama. Bukankah cerita ini cukup dramatis?"

Bu Choi memandang tajam Yeon Seo.

"Dukunglah Fantasia, perusahaan balet kami, seperti kalian menganggap kisah ini menghibur dan seperti kalian akan menceritakannya pada orang lain."


Ji Kang Woo yang sudah melepas kacamatanya tanpak tersenyum menyeringai.


"Maaf atas pidato panjangku." Yeon Seo mengangkat gelasnya. "Nikmatilah hari ini. Tidak ada yang bisa memastikan apakah esok kalian akan baik-baik saja." Yeon Seo meneguk minumannya lalu mengangkat gelasnya lagi untuk mengakhiri pidatonya.


Ru Na dan Pak Kim berusaha mencegah Bu Choi menyusul Yeon Seo yang keluar bersama Pak Jo. Tapi dia memberontak. Bu Choi menarik tangan Yeon Seo. Dia bilang Yeon Seo sudah keterlaluan. Yeon Seo menyentakkan tangan Bu Choi.

"Aku tahu kamu tidak sopan dan melakukan apapun semaumu seperti tuan putri manja. Tapi ini sudah keteraluan."

Yeon Seo menunjukkan kekesalannya. Dia bilang seharusnya bibinya bersiap karena mengadakan pesta tepat saat peringatan kematian orangtuanya. Bu Choi mengingatkan bahwa orang-orang didalam sana termasuk persentil pertama negeri ini. Waktu mereka sangat sibuk dan sangat sulit mengatur jadwal mereka. Yeon Seo tersenyums sinis mendengarnya. Bu Choi tidak habis pikir melihatnya. Apa salah mereka pada Yeon Seo. Apa dendam Yeon Seo hingga jauh-jauh kesana dan menghancurkan caranya.

"Bibi tersenyum!" Yeon Seo mendekatkan wajahnya ke bibinya. "Pada hari itu bibi tersenyum."


Flashback

Bu Choi, Pak Kim, Ni Na, dan Ru Na mengunjungi Yeon Seo di rumah sakit. Bu Choi memanggil Yeon Seo dengan nada khawatir dan memeluknya. Tapi di belakang Yeon Seo, Bu Choi tersenyum lebar.

Flashback end

Bu Choi mengipasi dirinya dengan tangannya. "Astaga. Kamu menyebalkan. Aku adalah bibimu. Bisa dikatakan bahwa kita saudara jauh. Tapi kita tetap keluarga. Ada batas yang tidak boleh dilanggar. Ku pikir kamu hanya buta. Mungkinkah kamu juga gila?"

Yeon Seo mengepalkan tangannya. Pak Jo maju menengahi mereka dan meminta Bu Choi berhenti. Bu Choi bertanya bagaimana jika dia menolak.  "Akan ada masalah yang lebih besar," ucap Pak Jo."

Ru Na dan Pak Kim menarik Bu Choi mundur. Pak Jo mengajak Yeon Seo pergi.


Yeon Seo dan Pak Jo menuruni tangga. Yeon Seo menoleh ke belakang. Tampak rangkaian bunga krisan kuning dan putih tergeletak di tengah tangga.


Setelah Yeon Seo pergi, Dan muncul di samping bunga itu sambil tersenyum. Dia menatap Yeon Seo yang masuk ke dalam mobil lalu tersenyum lagi.


Ternyata tadi waktu Yeon Seo sedang menari, Dan datang ke sana dan mengambil saputangannya. Dia memperhatikan Yeon Seo yang sedang menari lalu tepuk tangan.

Dari dalam mobil, Yeon Seo menatap ke tempat dimana Dan duduk.

"Dasar bod*h! Tarian kakimu yang indah menghapus semua ucapanmu yang tidak sopan. Berkat Dia yang memberimu bakat."



Dan memasukkan saputangannya ke saku. Dia mengambil bunga krisannya lalu berdiri dan tersenyum menatap langit. Dan berjalan menaiki tangga lalu menghilang.


Cahaya jingga di langit sore berpendar menyusup menembus kaca mobil dan menerangi wajah Yeon Seo. Pak Jo berkomentar cahaya matahari terbenamnya sangat indah. Yeon Seo diam saja. Pak Jo menatapnya melalui kaca spion. "Mari kita mulai secara perlahan. Kamu bisa memulai rehabilitasimu. Dan yayasan..."

'Hentikan!"

"Yeon Seo ya..."

"Sudah kubilang berhentilah memanggilku begitu," bentak Yeon Seo. "Aku benci semuanya! Aku benci balet, yayasan, semuanya!! Jangan coba mendikterku!!"


Pak Jo kesal dan menepikan mobilnya di tepi jembatan. Dia membentak Yeon Seo sampai Yeon Seo terkejut.

"Lee Yeon Seo!!"

"Kamu baru saja membentakku?"

Pak Jo menatap Yeon Seo. "Sadarlah! Kamu ada di tengah medan perang. Kamu tahu berapa orang yang berusaha menyerangmu?"

"Entahlah. Tapi semoga aku bisa mati sekaligus dengan cepat."

'Berhentilah berkata kamu ingin mati! Kita hampir berhasil. Jika kamu menunggu sebentar lagi, aku akan mengembalikanmu pada posisimu."

Yeon Seo tersenyum sinis. "Posisiku? Bagaimana? Kamu akan memberiku mata?"

"Yeon Seo ya."

"Mengembalikan? Dimana? Siapa yang mengijikanmu? Memang siapa dirimu? Jika sekali lagi kamu berlagak seperti ayahku, aku sungguh akan memecatmu."

Pak Jo tidak tahu lagi harus berkata apa. Dia melajukan mobilnya kembali. Sampai hari gelap, mereka masih di jalan. Tiba-tiba keluar percikan api dari ban mobil. Yeon Seo memanggil Pak Jo karena merasakan mobilnya tidak beres.


Pak Jo teringat pria yang berpapasan dengannya di parkiran. Dia sadar ada yang mengerjai mobilnya. Dia menyuruh Yeon Seo berpegangan erat. Yeon Seo menurut dan memegang handel pintu juga pegangan kursi di depannya.


Mobil mulai tidak bisa dikendalikan. Yeon Seo bertanya apa yang terjadi. Mobil menabrak pembatas jalan dan berputar beberapa kali hingga akhirnya terlempar.


Hujan turun. Dan berjalan hendak menemui dewa Hoo di gereja. Berpikir akan terlambat, Dan hendak menjentikkan jarinya untuk menghilang. Tapi mendadak dia mendengar suara Yeon Seo memanggil Pak Jo.


Mobil Yeon Seo setengah badannya tergantung ditepi jembatan. Keluar asap dari mobil. Pak Jo tidak sadarkan diri dengan kepala berdarah. Yeon Seo yang masih sedikit sadar membuka sabuk pengamannya. Dia berusaha membuka pintu mobil tapi tidak bisa. Yeon Seo memanggil Pak Jo dengan suara lemah.

"Pak Jo. Kamu bisa mendengarku?"

Dan berjalan mendekat ke sana.

"Ada orang disana? Tolong kami."


Dan memandangi bunga di tangannya. "Siapa yang menyangka bunga ini untuk pemakaman?'


Dan meletakkan bunga itu di atas batu di dekat mobil. Dia mengulurkan tangannya ke depan lalu memejamkan matanya persis seperti apa yang dilakukannya pada anj*ng yang akan mati tempo hari. "Beristirahatlah dengan tenang." Dan berbalik pergi. Tapi dia mendengar suara Yeon Seo.

"Siapa itu? Apa ada orang di sana?" Yeon Seo berusaha menjulurkan tangannya. "Ada orang di sini. Di sebelah sini."


Dan berbalik. Dia terkejut melihat Yeon Seo yang berlumuran darah. Yeon Seo memohon untuk menolong mereka. Dan mundur beberapa langkah. Dia menutup telinga dengan kedua tangannya.

"Bede*ah! Kamu tidak punya hati nurani? Jika kamu kabur karena takut, setidaknya buatlah laporan. Ahjussi! Siapapun kamu ku mohon."

Dan sangat kesal. "Kenapa suaranya terdengar jelas?" teriak Dan.

Mobil mulai oleng dan seperti akan jatuh.

Lonceng di gereja mulai berdentang. Dan yang mendengarnya tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia galau antara pergi ke gereja menemui dewa  Hoo lalu pergi ke langit, atau menyelamatkan Yeon Seo.

"Tolong aku," pinta Yeon Seo dalam hati.

Dan pun menjawab di dalm hati. "Aku tidak bisa. Aku sungguh tidak bisa bertindak tentang kehidupan manusia."

"Kumohon. Selamatkan aku." Yeon Seo memohon sambil menatap keluar seolah bisa melihat Dan.

Dan menggeleng. "Tidak. Waktunya sempit. Aku harus pergi."

"Aku ingin hidup." Dan tampak tertegun. "Setiap hari aku ingin mati. Tapi sekarang aku ingin hidup."


Yeon Seo menyuarakan ucapannya. "Aku ingin hidup." Dan kemballi menutup telinganya. Dia membayangkan seorang anak kecil, laki-laki, tergantung di tepi tebing lalu terjatuh ke danau. Lalu tampak seorang gadis berseragam sekolah memakai payung dan menoleh ke belakang.


"Setiap hari aku ingin mati. Tapi sekarang aku ingin hidup," ucap anak laki- laki itu.

Dan semakin erat menutup telinganya. Wajahnya tampak tersiksa mengingat kilasan tadi.


Mobil hampir jatuh. Dan masih frustasi menutupi telinganya. Akhirnya mobil Yeon Seo jatuh.  Tiba-tiba dunia seolah berhenti. Dan terjun ke bawah dan mengepakkan sayapnya. Dan menatap Yeon Seo yang memejamkan matanya.

"Seharusnya aku tidak akan melakukan itu. Aku tidak boleh melakukan itu."

Bersambung ke Dan, Only Love episode 3



EmoticonEmoticon