He is Psychometric Episode 15 Part 4

He is Psychometric
Episode 15 Part 4
Sumber konten dan gambar : TVN

 Tim kita sedang mendengaran rekaman pembicaraan dr. Hong dan jaksa Choi. Jae In tersenyum senang karena idenya berhasil.

"Ini baru anak buahku," puji Pak Nam.

"Pengadilan akan menyetujui ini sebagai bukti?" tanya An. "Ku dengar rekaman rahasia tidak bisa dijadikan bukti."

"Mengikat secara hukum atau tidak, kejaksaan tidak akan bisa melanjutkan rencana mayat palsu mereka jika tahu kita punya buti seperti ini."

Pak Nam kaget saat mendapat telepon dari det. Kim yang mengabarkan kalau dia kehilangan Sung Mo. "Kenapa kamu tidak bisa bekerja lebih becus!!!" bentak Pak Nam saking marahnya.

Dan Sung Mo ternyata sedang berada di jembatan penyeberangan, tempat biasa dia menyendiri sambil memandangi kota di malam hari. Dia mendapat telepon dari Jaksa Noh.

"Kang Sung Mo. Kamu dimana? Sebaiknya kamu menyerah jika akan mengancamku dengan buku besar."

"Aku tidak akan bersepakat atau mengancam."

"Baiklah. Apa maumu?"

***

Det. Lee berhasil melacak ponsel Sung Mo. Lokasi terakhir ponsel Sung Mo saat aktif ada di Yoosu 2-ro, Doyeon-dong, Seoul. Jae In segera mencatatnya. Det. Lee juga bilang kalau Jaksa Noh yang terakhir menghubungi Sung Mo.

"Apa dia berusaha menutupi pembunuhan dengan ganti buku besar yang dia punya?" tanya Pak Nam pada dirinya sendiri."

"Tunggu. Doyeon-dong? Ittu di dekat tempat yang kamu lihat," ucap Jae In sambil menatap An.

"Hyung kembali ke tempat Kang Geun Taek berada," sahut An membuat kesimpulan.

Pak Nam menyuruh Jae In dan An melacak lagi tempat yang di lihat An. Sedang dia dan det. Lee akan memeriksa daerah dengan pasukan polisi. Mereka akan mencari rumah kosong atau gedung yang terbengkalai. Jae In mengingatkan Pak Nam kalau gedungnya harus lebih tinggi dari 5 lantai.
Sebelum pergi, Pak Nam memberikan Jae In sebuah pistol karena bagaimanapun mereka sedang mencari dua tersangka pembunuhan. "JIka mendapat informasi yang lebih jelas, pokoknya hubungi kami lebih dulu. Jangan bertindak sendiri atau aku tidak akan membiarkannya."

"Baik."

Mereka pun pergi dengan rekan masing-masing. Pak Nam dengan mobil polisi, sementara Jae In dengan mobil Dae Bong.

Di tengah jalan, tiba-tiba An menghentikan mobilnya. Dia mengernyit kesakitan sambil memegangi dadanya. Jae In melihatnya khawatir. "Ada apa?"

"Entahlah. Mendadak jantungku sakit."

"Jantung? Mungkin karena tadi kamu menyentuh mayat itu. Kamu bilang gelandangan itu mati karena serangan jantung."

"Itu hanya sebentar."

***

Kang Geun Taek tersadar entah dari tidurnya atau dia habis pingsan. Dia menatap luka di lengannya yang sepertinya mulai berdenyut. Sontak dia teringat ucapan Sung Mo bahwa lukanya akan bernanah dan membusuk. Kang Geun Taek tertawa dibalik mulutnya di lakban. Dia sampai jatuh dari kursi.

***

Polisis menyisir jalanan dan memeriksa gedung-gedung yang sudah tidak terpakai. Sementara Lee An dan Jae In pergi ke rooftop sebuah gedung untuk memeeriksa pemandangan dari sana. Tapi ternyata gedung itu tidak cocok dengan penglihatan An. Hingga matahari terbit, mereka belum menemukan hasil.

An dan Jae In turun dari mobil di suatu tempat. An telihat mengamati daerah itu.

"Kita sudah dekat dengan tempat yang ku lihat," ujar An.

"Kalau begitu, ayo naik," ajak Jae In.

An naik ke roof top sendirian. Melihat pemandangan di bawahnya, dia merasa yakin kalau itu tempatnya. Dia segera memberitahu Jae In lewat telepon. Jae In sendiri sedang memeriksa unit di gedung itu. Dia berkata kalau tidak ada unit di gedung itu yang kosong. Dan cctv pun tidak menunjukkan kejanggalan.

"Berarti bukan tempat ini juga?" ucap Lee An.

"Aku akan naik ke lantai atap. Carilah gedung tinggi di daerah itu."

"Baiklah."

An mengedarkan pandangannya. "Dimana tempat itu? Di gedung mana?" Mata An sedikit membola. Sepertinya dia menemukan gedung yang cocok.

Jae In datang dengan terngah-engah karena berlari. "An! Aku meminta letnan Nam memeriksa seluruh gedung tinggi di sekitar sini."

An mendekati Jae In. "Jae In-a! Di sana!" ucap An sambil menunjuk sebuah gedung.

Jae In langsung melihat ke arah yang di tunjuk An.

"Bukankah itu Apartemen Yeongseong?" tanya An.

"Benar. Di hari pertama sekolahku, aku juga melihatnya dari lantai atap sekolah di kejauhan. Aku mengingatnya dengan jelas."

"tidak mungkin," gumam An. "Kamu ingat saat kita kembali ke sana akhir-akhir ini? Ada tanda bahwa kompleks itu sedang di bangun ulang."

"Penghuninya diminta pindah paling lambat tangga 19 Januari," tambah Jae In.

"Maka mungkin sekarang unit-unitnya kosong."

"JIka kamu melihat dari ketinggian ini, maka letak sekitar di lantai 10," ujar Jae In. "Tidak. Mungkin lantai 8."

"Mungkin di tempat pembunuhan itu terjadi," ungkap An. "Unit 702."

***

Para petugas bersama An dan Jae In berlari memasuki apartemen yeongseong.

"Kita menduga Kang Geun Taek di sekap di unit 702. Kang Sung Mo bisa saja ada di sini. Waspadalah!" ucap Pak Nam. Mereka semua berpencar memeriksa setiap unit di apartemen itu.

***

Kang Eun Joo duduk sendirian di dalam gereja. Dia memejamkan matanya dan berdoa.

***

Tiba-tiba di tengah tangga An berhenti berlari dan memegangi dadanya dengan raut kesakitan.

"Lagi?" tanya Jae in yang tadi berlari di belakangnya.

"Tidak apa-apa. Mari bergegas naik!" ajak An.

Kang Sung Mo sendiri sedang menatap keluar entah dari mana.

Mereka sampai di lantai 8. Para petugas bersiap dengan pistolnya sementara An masih saja menahan sakit di dadanya. Pak Nam hendak membuka pintu unit 702 tapi terkunci. Det. Lee segera mengancurkan handle-nya dengan alat pemadam kebakaran. Sebagian masuk ke dalam termasuk An dan Jae In, dan sebagian mengawasi di luar.

An bersandar di dinding menahan sakit. Dia mengingat tempat Kang Geun Taek di sekap. "Jae In. Di tempat terkecil."

Mereka bersiap masuk ke salah satu ruangan. Dan benar saja. Mereka menemukan Kang Geun Taek yang tersungkur di lantai tidak sadarkan diri. Jae In melirik ke jendela sebentar lalu memeriksa keadaan Kang Geun Taek.

"Dia masih hidup."

An menghela nafas lega meski dadanya masih terasa sakit. Beberapa saat kemudian petugas kesehatan menggotong tubuh Kang Geun Taek. Dia harus segera di operasi karena sudah terjadi nekrosis kulit.

Pak Nam mengingatkan det. Lee untuk selalu mengawasi Kang Geun Taek.

"Kita harus segera mencari Sung Mo," kata An.

Pak Nam segera bicara di walky talky-nya dan memerintahkan para petugas untuk menggeledah seluruh unit karena kemungkinan Kang Sung mo ada di sana. Mereka pun keluar dari unit itu. Tapi An tiba-tiba merasakan sakit lagi. Dia berpegangan pada sisi pintu. Saat itu lah An melihat sebuah visi.

Seseorang menekan bel pintu apartemen ketua perkumpulan wanita. Wajah wanita itu tampak terkejut melihat siapa yang datang.

An terkejut karena yang datang adalah Sung Mo remaja.

"Boleh aku menghadiri rapat menggantikan ibuku?" tanya Sung Mo. "Dia bilang aku saja yang datang."

"Tentu. Masuklah."

Sung Mo pun masuk. Sebelum bergabung dengan ibu-ibu di dalam, Sung Mo membetulkan tali sepatunya sambil telinganya mendengarkan suara di luar pintu. Dia mendengar langkah kaki Kang Geun Taek dan koper yang seret. Sung Mo menoleh ke pintu seolah-olah melihat Kang Geun Taek melewatinya.

An benar-benar terperanjat melihat yang ada dalam visinya. Dia ingat pengakuan Sung Mo saat interogasi.

"Aku meninggalkan unit 702 dan menuju unit 1501 untuk menemui polisi yang menawarkan bantuannya. Tapi dia tidak ada di rumah. Saat itulah aku mengetahui ada kebakaran."

An menoleh ke dalam apartemen. Dia menyadari kebohongan Sung Mo. "Hyung tidak mencari ayahku tapi berada di unit 702," ucap An dalam hati. Perlahan, An masuk kembali ke dalam.

***
Sung Mo masih menatap keluar jendela. Dia teringat ucapan ibunya saat dia membuatkan makanan untuknya.

"Sung Mo. Ibu ingin minta bantuannu. Berjanjilah kamu akan menuruti perintah ibu."

"Kalau begitu bagaimana jika kita saling membantu?"

"Sung Mo. Jangan merahasiakan apapun dari ibu. Dan katakan yang sebenarnya. Jangan merahasiakan kebenaran soal kejadian di apartemen yeongseong. Ibu tidak ingin lagi kabur dari masa lalu ibu."

Kita lalu di perlihatkan flashback saat Sung Mo ke unit 702.

Kang Geun Taek pergi ke unit apartemen Sung Mo yang sudah kosong. Dia mengambil pisau dari kopernya lalu pergi.

Setelah yakin Kang Geun Taek pergi, Sung Mo keluar dari unit 702 dan membuat ibu-ibu keheranan. Sung Mo kembali ke unit apartemennya dan melihat dua koper di lantai. Dia membuka salah satu koper dan melihat pemantik api di sana.

Saat membuka koper yang kedua, Sung Mo menemukan mayat bekas terbakar. Disana juga ada dompet merah berisi ktp ibunya. Sung Mo berusaha menelaah apa yang akan dilakukan Kang Geun Taek. Dia lalu mengambil kartu nama ayah An dari dalam sakunya.

***

Kang Eun Joo masih berada di gereja. Dia menangis.

***

An menatap cermin di dekat pintu. "Aku harus melihat sampai akhir." An menyentuh sisi bawah cermin. Dia melihat ketua wanita membukakan pintu.

"Ada apa ahjussi? Kamu ingin mengatakan sesuatu? Koper apa ini?"

"Aku sungguh minta maaf," ucap laki-laki bertopi yang membawa masker. Suaranya Sung Mo.

Si wanita mendekat karena merasa mengenal suara orang yang di depannya. Tapi pria itu langsung menusuk perutnya.

Anehnya, tiba-tiba An merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya. Dia sampai terjungkal ke lantai. Saat tangannya menyentuh lantai, An melihat si wanita yang kesakitan dan memegang patung bunda maria hingga penuh noda darahnya.

Pria bertopi menusuk tiga wanita lainnya. Dan di perlihatkanlah wajah pria itu. SUNG MO!! Sung Mo bersandar ke dinding dengan nafas terengah-engah sehabis membunuh. Dia lalu mengeluarkan mayat terbakar di dalam koper lalu menyejajarkannya dengan ketiga korban di lantai. Seperti pada episode awal, Sung Mo menata meja dengan empat minuman dan piring berisi buah-buahan. Dia lalu memutus kabel gas dan memasukkan pemantik apa ke dalam microwife. Setelah semuanya beres, Sung Mo melepas topinya lalu keluar dari unit 702. Dia melepas jaket Pak Yoon yang dipakainya lalu melemparnya begitu saja di lantai koridor.

Tangan An terkulai. Dia tidak sadarkan diri.

Sementara Sung Mo masih berdiri di tempat yang sama.

Jae In kembali ke unit 702 dan terkejut melihat An yang terkapar di lantai. "Lee An!! Bangun An!!" Jae In memeriksa nadi di leher dan pergelangan tangan An. "Tidak mungkin!!"

Jae In segera menggubungi rekannya melalui walky talky. "Situasi darurat!! Unit 702. Lee An cedera. Tidak ada nafas dan denyut jantung. Segera kirim bantuan!!" Ucap Jae In sambil menangis.

Sung Mo meneteskan airmatanya lalu memejamkan mata.

Jae In berusaha memompa jantung An dengan tangannya. Dia lalu memberi An nafas buatan.

Bersambung ke He is Psychometric episode 16 part 1


1 komentar

aku rasa sung mo tulus pd lee an, jae in, dan jiso. namun fakta bhw ia yg membuat ortu lee an mati dan ayah jae in difitnah tentu tdk dpt dimaafkan. wow sedihnya. pantas saja ji soo dibikin meninggal. terlalu menyedihkan kalo ji soo tau yg sebenarnya. krn ji soo yg paling kekeuh menguak kasus pembakaran apartemen dan pusat perawatan. gomawo sinopsisnya chingu. ditunggu last episodenya :)


EmoticonEmoticon