Sinopsis Dan, Only Love Episode 5 Part 1

Drama Korea
Dan, Only Love
Episode 5 Part 1


Sumber konten dan gambar : KBS2


Yeon Seo menatap Dan. Dan juga menatapnya. Dia bertanya apa Yeon Seo baik-baik saja.


Dan membopong Yeon Seo dan berjalan melewati pecahan kaca hingga kakinya berdarah. Yeon Seo terus menatapnya.

Di luar, Kang Woo tampak cemas. Sepertinya dia mendengar keributan di dalam. Dia menekan bel beberapa kali. "Suara apa itu tadi?"


Dan menurunkan Yeon Seo di sofa. Suasana tampak romantis. Mereka saling menatap.

"Apa kamu terluka?" tanya Dan sambil meneliti wajah Yeon Seo. "Wajahmu merah. Apa kamu demam?" 


Dan hendak menyentuh kening Yeon Seo namun Yeon Seo mundur. Dia melihat sayap Dan. Kontan Dan berdiri.

"Apa ini?" tanya Yeon Seo.

Dan menelan ludah. "Sayap." Dan perlahan mundur.

"Apa kamu..." Yeon Seo berdiri mengamati Dan. "Apa kamu benar-benar...." Yeon Seo hendak menyentuh sayap Dan.


"Jangan mendekatiku! Kamu akan terluka."

"Wah! Aku benar-benar tidak percaya ini."

"Aku bisa jelaskan. Jangan takut," ucap Dan.

"Lupakan! Tidak orang sesat yang bisa menjelaskan kesesatannya."

Doeng!!!

"Heh?"

"Kamu mengabaikan panggilanku, itu karena kamu memakai ini."


"Aku tidak memakai apapun...." Dan berpikir sejenak lalu tersenyum karena dia menyadari jatidirinya tidak ketahuan. "Baiklah. Kalau begitu aku permisi."

Yeon Seo menahan sayap Dan sampai Dan kesakitan. Dia menyuruh Dan melepas sayapnya. 

"Lepaskan ini selagi aku melihat sekarang!" perintah Yeon Seo.

"Lepaskan aku!"


Mereka berdua tarik-tarikan sayap sampai Dan menjerit kesakitan. 

"Lepaskan ini!" paksa Yeon Seo.

"Aku hanya bisa melepasnya kalau kamu membiarkanku pergi!" teriak Dan histeris.

"Aku hanya bisa melepasnya kalau kamu masih di sini. Ini tidak enak dipandang mata dan menjijikan! Aku akan membakarnya!"


Dan kesal dan mendorong Yeon Seo ke sofa. "Tidak enak dipandang? Hey! Bagaimana bisa kamu mengatakan itu? Apa kamu pernah melihat sayap yang besar, brilian, dan indah seperti ini?" bentak Dan.

Yeon Seo menatapnya tajam. "Apa kamu bicara kasar padaku sekarang?"

"Kalau kamu bisa aku juga bisa."

"Hei! Sadarlah! Aku yang mempekerjakanmu."

"Kamu tidak tahu hal lain selain mempekerjakan, kontrak, dan hirarki. Kamu benar-benar bod*h untuk memperhatikan apa itu keindahan!"

"Apa kamu sudah selesai bicara?"

'"Tidak! Belum! Sayap ini tidak pantas disebut tidak sedap dipandang oleh seseorang yang sudah mati dalamnya. Dasar gong berisik! Kamu satu-satunya yang tidak sedap dipandang!"

Dan melepaskan tangan Yeon Seo. Yeon Seo tampak terhenyak mendengar ucapan Dan barusan. Dan pergi meninggalkannya. Yeon Seo meliriknya tajam.


Dan berhenti di koridor. Sepertinya dia agak merasa bersalah. Dia mau balik tapi tidak jadi. Dan lalu melihat bayangannya di kaca jendela.

"Baiklah. Apapun itu, semuanya sama bagi manusia. Malaikat, monster, atau sesat."


Hujan reda. Secara ajaib, sayap Dan pun menghilang. Dan kontan terkejut. Dia langsung mau balik ke Yeon Seo tapi lagi-lagi tidak jadi.


Dan malah bertemu dengan Kang Woo yang baru masuk.


Yeon Seo mengambil sehelai bulu dari sayap Dan yang lepas. Bula itu tampak bernoda darah. Tiba-tiba Dan berteriak memanggilnya.


Yeon Seo segera berjalan keluar dan menemukan Dan sedang menindih Kang Woo. Dan menyuruh nya memanggil polisi.

"Astaga! Nona Lee," panggil Kang Woo.

"Cepat panggil polisi!"teriak Dan.

"Kamu ini ngomong apa?" tanya Kang Woo sambil melotot pada Dan. Dia lalu beralih ke Yeon Seo. "Nona Lee. Aku hanya datang untuk..."

Belum selesai Kang Woo bicara, Dan sudah menyelanya. Lagi-lagi dia meminta Yeon Seo untuk cepat-cepat panggil polisi.


Kang Woo kesal dan membalik keadaan.  Sekarang dia ada di atas Dan. Tapi Yeon Seo malah memukulnya dengan tongkatnya beberapa kali hingga Kang Woo kesakitan.

"Katakan! Siapa kamu?"


"Aku Ji Kang Woo. Okay! Aku direktur seni di Fantasia. Ini aku, Ji Kang Woo."

"Kamu Ji Kang Woo dari teater balet di New York?"


Yeon Seo melihat kartu nama Kang Woo. Kang Woo berdiri di depannya sementara Kim Dan entah kemana. Kang Woo membahas jatuhnya lampu gantung. Memangnya Yeon Seo tidak mau melaporkannya?

"Aku akan mengurusnya. Kamu boleh pergi."

Kang Woo mengeluarkan ponselnya. "Kalau begitu aku saja. Jangan merusak tkp."

"Ji Kang Woo ssi! Ini rumahku.Aku punya otoritas penuh atas apa yang terjadi di sini."

Kang Woo menghela nafas. Dia bertanya apa yang Yeon Seo takutkan.

"Aku tidak takut. Aku hanya tidak bisa di ganggu. Orang-orang di sekitarku sangat ingin membicarakanku. Pergi saja."

"Ijinkan aku membantumu."

"Kumohon, pergilah selagi aku mengatakannya."

"Lee Yeon Seo ssi."


Dan tiba-tiba datang. "Apa kamu tuli?" Dia melempar bungkusan es pada Kang Woo. "Dia mau kamu pergi."

Kang Woo manatap bungkusan es di tangannya. "Kalau kamu bersalah kamu harus minta maaf dan meminta pengampunan, ya? Pak Sekretaris."

"Hah! Kamu berdiri di sana dan terlihat sangat mencurigakan," bela Dan.

"Tetap saja, itu tidak memberimu hak untuk menyerangku seperti itu."

"Baiklah. Kamu roboh seperti boneka kertas, jadi aku benar-benar bingung."

Kang Woo tidak habis pikir melihat Dan. "Kamu menyerangku secara tiba-tiba. Aku seorang pria dengan akal sehat tahu!"



Dan masih saja nyolot. (jadi keinget Se Yeon-nya Abyss) "Apa kamu mau bilang kalau kamu bakal menang seandainya kamu bersiap-siap?"

Kang Woo mengacungkan bungkusan esnya. "Apa kamu bersama dia saat jendelanya pecah?"

Dan kontan menatapnya tajam.

"Tidak," jawab Yeon Seo. Dan gantian menatap Yeon Seo yang berbohong.

"Untuk memecahkan jendela itu, kamu harus ada di luar, di kebun. Ini bukan perbuatan orang luar," ujar Kang Woo.

Se Yeon melihat ke arah Dan. "Kamu! Kamu diluar sana kan?"

Dan tidak percaya mendengar tuduhan Yeon Seo.


Kang Woo menatap Dan. "Siapa yang kamu pikir paling mencurigakan?" Dia melempar bungkusan esnya pada Dan.

Dan malah tertawa. "Kamu bod*h!  Beraninya kamu menuduhku seperti ini? Kamu pasti marah atas apa yang terjadi. Bertarunglah secara adil dan jujur kali ini! Ayo maju! Sini!"

"Benar-benar ya." Kang Woo menghadap Dan.

Yeon Seo berdiri. "Cukup! Jangan membuatku mengulanginya lagi. Pergilah! Dan aku memperingatkanmu. Kamu lebih baik tidak mengoceh tentang apa yang terjadi kepada orang-orang Fantasia."


Yeon Seo berjalan pergi. Kim Dan pasang wajah mengejek pada Kang Woo. Yeon Seo menggeplak tangannya. "Lupakan itu! Kamu berisik!"


Dan menunjuk ke arah pintu. "Pintunya disana!"

"Aku tahu!" Balas Kang Woo kesal lalu melangkah pergi.


Dan melihat Kang Woo sebel tingkat malaikat. Dia sampai mau melempar bungkusan es pada Kang Woo.


Yeon Seo berbaring di tempat tidurnya. Dia memejamkan mata. Terngiang pertanyaan Kang Woo dibenaknya. "Apa yang kamu takutkan?" Kilasan kecelakaan tiga tahun lalu kembali berputar di ingatan Yeon Seo. Juga kejadian tadi saat lampu jatuh dan Dan datang menyelamatkannya.


Yeon Seo membuka matanya. "Apa dia pemuja sebuah kultus? Dia sesat dan gila."


Dan mencabuti pecahan kaca yang menancap di kakinya. Ya ampun berarti daritadi dia jalan-jalan itu kacanya belum dicabutin? How hurt! Dan sempat meringis kesakitan. Tapi ajaibnya, luka di kaki Dan langsung menghilang.


Yeon Seo sepertinya mengkhawatirkan Dan. Dia membuka laci dan mengambil kotak P3K. Dia membuka pintu bersamaan dengan Dan yang hendak mengetuk pintu.


"Kenapa kamu berdiri di sini?" tanya Yeon Seo.

"Kenapa kamu keluar?" tanya Dan balik. Meski agak gengsi, dia menyodorkan teh camomile yang dia bawa dan meminta Yeon Seo meminumnya. Yeon Seo menatapnya. "Aku tahu kamu meminum ini saat tidak bisa tidur. Aku membacanya." Yeon Seo tidak melepaskan tatapannya. "Kamu pasti terkejut."

"Siapa? Aku? Aku tidak terkejut.

Dan ingat saat tadi Yeon Seo memukul Kang Woo, tangannya tampak gemetaran. "Kenapa manusia berbohong? 'aku takut', 'aku gugup', 'aku memerlukanmu'. Mengucapkan hal semacam itu tidak akan membuatmu rugi. Minum ini dan tidurlah."


Setelah menerima teh dari Dan, Yeon Seo langsung menutup pintu. Kim Dan tidak juga beranjak.


Dia bilang dia akan berada disana sampai pagi. Sepertinya Yeon Seo sedikit tersentuh dengan perhatian Dan. Dan harap-harap cemas menguping di pintu.

One two three Kalau Yeon Seo mau mulai galak pasti ada yang cewek yang ngitung gitu


"Jangan berlebihan!" Tapi kemudian Yeon Seo membuka pintu dan menyodorkan salep untuk Dan. "Pakai ini. Jangan datang terlambat karena lukamu."

Dan menerima salep itu sambil tersenyum. Yeon Seo menutup pintunya kembali. "Ya ampun. Gong berisik itu."


Yeon Seo meminum teh buatan Dan. Dia melihat ke arah pintu dan menatap teh panas di tangannya.


Dan sendiri masih berada di depan pintu kamar Yeon Seo. Dia duduk bersandar di pintu sambil mesam-mesem lalu mengoleskan salep pada kakinya yang baik-baik saja.


Kang Woo sampai di parkiran apartemennya. Dia mengirim pesan pada seseorang agar menyelidiki informasi tentang Dan. Kang Woo menghela nafas. "Heh! Apa yang terjadi di rumah itu?"


Kang Woo berjalan menuju gedung apartemennya. Tampak ada seseorang yang mengintainya. Kang Woo menyadarinya tapi diam saja dan terus melangkah. Ketika Kang Woo menoleh, orang yang mengikutinya segera bersembunyi. Tapi Kang Woo berhasil menemukannya dan menyudutkannya di jalan buntu.


Orang itu mendongak. Ternyata dia Ni Na.

"Anda tinggal di lingkungan ini? Wah kebetulan sekali. Ada dumpling baru di dekat sini. Jadi aku datang kesini untuk membelinya," aku Ni Na.

"Belum? Aku tidak melihat apapun di tanganmu."

"Aku baru akan ke sana membelinya."

"Baik. Kalau begitu sampai jumpa."

"Baik." Ni Na berjalan pergi. Dia berbalik saat Kang Woo memanggilnya.

"Kamu sudah makan malam?"


Mereka akhirnya makan malam bersama di sebuah rumah makan.

"Kenapa kamu menungguku?" tanya Kang Woo blak-blakan. Ni Na sampai tersedak mendengarnya.

"Aku sudah bilang itu kebetulan. Apa sebegitu susahnya Anda mempercayai orang laina?"

"Tidak ada dumpling baru disekitar sini."

Ni Na batuk-batuk lagi. Kang Woo menyodorkan air putih padanya.

"Orang tidak bisa mudah percaya."

"Kanapa tidak?"

"Karena mereka lemah. Orang yang berharga mati dengan cepat. Sedangkan pembohong yang egois hidup sangat lama. Mereka berhianat dan melakukan perbuatan jahat. Aku tidak percaya siapapun," ucap Kang Woo dengan mata menerawang penuh kebencian.


"Beberapa orang menipu dan menghianati orang lain. Tapi aku yakin satu dari seratus orang tidak melakukan itu. Aku ingin mempercayai orang begitu saja dan akan terus seperti itu. Dan aku juga ingin jadi seseorang yanng kamu percaya."

"Kamu naif. Yeon Seo tidak begitu."

Ni Na tertegun. "Kamu sudah bertemu Yeon Seo?"

Kang Woo mengangguk. Sepertinya Ni Na kecewa. Tapi dia berusaha tidak memperlihatkannya. "Itu bagus. Kita bertiga harus bertemu. Yeon Seo akan mulai latihan. Kita harus membantunya."

"Kamu tidak perlu berbohong padaku. Aku muak dengan kemunafikan dan kepura-puraan."


"Kenapa kamu berasumsi kalau aku tidak tulus? Waktu aku ke Rusia untuk belajar, aku tidak sabar untuk bangun di pagi hari karena aku bisa melihat tarian Yeon Seo. Dia adalah bukti hidup kalau dewa itu ada. Dewa memciptakan tubuhnya dengan perhatian terbaik. Dia memberi Yeon Seo bakat yang sangat banyak. Hatiku rasanya penuh. Jika Yeon Seo bisa menari seperti sebelumnya, aku siap untuk menjadi pemain penggantinya. Itu yang benar-benar aku rasakan."

"Kalau begitu kenapa kamu datang padaku? Aku pikir kamu datang untuk komplain tentang tidak menjadi penari utama."

"Aku sudah bilang itu kebetulan," ucap Ni Na lalu ijin pergi ke toilet.


Begitu kembali, Ni Na langsung memakai pelembab pada tangannya. Kang Woo memperhatikan buku jarinya yang tampak lebam. Dia kontan menarik tangan Ni Na.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Ni Na.


Kang Woo malah memegang dagu Ni Na dan memperhatikan rahangnya. Kontan itu membuat Ni Na gugup.

"Beruntung, kelenjar ludahmu belum bengkak." Kang Woo melepaskan tangannya. "Geum Ni Na! Kamu baru saja muntah, kan?"


Ni Na manatap Kang Woo.


EmoticonEmoticon