Sinopsos One Spring Night Episode 5 Part 1

Drama Korea
One Spring Night
Episode 5 Part 1


Sumber konten dan gambar : MBC


Jung In tertegun Eun Woo mengira dia ibunya. Ji Ho langsung merasa tidak enak. Dia bicara pada Eun Woo.


"Kenapa bilang begitu?" Eun Woo diam saja. "Ayah bukannya mengomelimu. Ayah tidak mengomelimu! Eun Woo!" Meski bilang tidak mengomeli tapi intonasi bicara Ji Ho seolah dia mengomeli Eun Woo. Jung In langsung menenangkannya.

"Tidak perlu bicara seperti itu." Jung In beralih ke Eun Woo. "Eun Woo. Kamu suka dinosaurus kan? Itu yang aku dengar. Apa aku salah?"

"Ya aku suka dinosaurus," jawab Eun Woo pelan.


Jung In menunjukkan buku dinosaurus yang sudah dia siapkan sebelumnya. "Lihatlah! Aku punya banyak. Astaga, lihatlah berbagai macam dinosaurus ini." Jung In menyuruh Eun Woo memegang buku itu.


Ji Ho lalu berdiri dan menatap Ji Ho.

Ji Ho yang salah tingkah langsung memuji buku di tangan Eun Woo. "Wah hebat, keren sekali, ya?"

"Hei!" panggil Jung In.

Ji Ho pura-pura tidak dengar. "Yang ini apa?" tanyanya pada Eun Woo.

"Spinosaurus," jawab Eun Woo sudah bisa tersenyum lagi.


"Yoo Ji Ho ssi!" panggil Jung In untuk kedua kalinya.

Ji Ho masih pura-pura tidak dengar. "Kalau yang ini?"

"Velociraptor," sahut Eun Woo.


Jung In hanya bisa tersenyum. Beberapa saat kemudian dia dan Ji Ho bicara berdua.

"Maaf," ucap Ji Ho.

"Untuk apa?"

"Dia tidak pernah bilang begitu. Aku yakin kamu terkejut."

"Memang. Sangat terkejut. Aku tidak tahu kamu ayah yang jahat."

Ji Ho tertegun. "Dia membuat kesalahan, jadi,,,"

"Sebenarnya kamu yang salah. Kamu tidak perlu marah."

"Apa maksudmu?" tanya Ji Ho.

"Tidak memukul itu pun omelan. Kamu mudah marah karena masalah sepele?"

"Aku tahu kamu akan malu, jadi, berusaha meredakan suasana."


"Oh! Kamu kira aku akan berterimakasih?"

Ji Ho diam menatap Jung In.

"Apa?" tanya Jung In.

"Aku tidak bilang apa-apa."

"Walau saat aku kecil, kupikir tidaklah adil saat orang dewasa membaca situasi sesuka mereka. Saat orangtuaku begitu, aku mau kabur dari rumah," cerita Jung In.


"Astaga! Bagaimana kalau anakku kabur dari rumah?"

Jung In menatap Ji Ho sinis. "Minta maaflah padanya."

"Dia sudah tidak apa," ujar Ji Ho.

"Kamu kira anak-anak melupakan perkataan kejam itu? Mereka ingat segalanya. Kamu tidak mau rasa sakit itu mengubahnya menjadi remaja nakal kan?"


"Seperti kenalanku?" ledek Ji Ho. Jung In menatapnya. Ji Ho tertawa. "Baiklah. Aku akan meminta maaf padanya." Jung In tersenyum. "Aku mau minta kopi denganmu."

"Oh tidak perlu. Kamu harus tetap bersama putramu. Aku harus kembali bekerja."

"Baiklah. Terimakasih sudah menyempatkan waktu."

"Tidak masalah."


Jung In pergi dan dadah pada Ji Ho.


Young Jo yang entah dari mana tampak mengamati ruang membaca anak-anak. Dia sepertinya melihat Ji Ho. Lalu dia menghampiri Jung In yang sedang menunggu lift terbuka.

"Kamu darimana?" tanya Jung In.

"Toko alat tulis di depan. Kamu?"

"Aku? Aku kedatangan tamu."

"Begitu? SIapa namanya? Sepertinya aku kenal dia."

Jung In jujur. "Dia si apoteker itu."

"Oh benar." Young Jo menatap Jung In. "Bagaimana kamu bisa kenal?"

Jung In diam sejenak lalu menjawab kalau Ji Ho alumnus kampus GI Seok.

"Oh begitu. Aku penasaran siapa pria barumu itu."

"Sigh! Itu imajinasimu saja."


Young Joo bilanng Jung In tidak seperti biasanya akhir-akhir ini. Mereka masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.

"Tidak juga," sahut Jung In.

"Tidak. Pasti ada sesuatu.

"Apa?"

"Perilakumu aneh."


Ji Ho menemani Eun Woo. Dia meminta Eun Woo melihatnya lalu meminta maaf atas kejadian tadi.

"Kenapa minta maaf?"

"Mmmm. Ayah marah padamu walau kamu tidak berbuat salah. Sebab itulah ayah benar-benar minta maaf."

"Baiklah."

"Kamu memaafkan ayah?"

"Tentu."

"Kenapa?"

"Sebab kamu ayahku."

Ji Ho tersenyum lalu mengelus sayang kepala Eun Woo.


Seo In mengambil surat-surat di kotak surat yang semuanya untuk Nam Shi Hoon, suaminya. Shi Hoon sendiri sedang bersama temannya bermain golf digital.


Mereka membahas acara reuni alumni yang akan diadakan di hotel dan Shi Hoon berencana menyumbangkan sepuluh juta won karena temannya memperovokasi kalau kakak dan kakak ipar Shi Hoon menyumbang 5 juta won. Temannya tersenyum senang.


Seo In meneleponnya memberitahukan perihal surat-surat untuk Shi Hoon.

"Bukan masalah. Sobek saja," ucap Shi Hoon.

"Ganti alamatmu,"pinta Seo In.

"Sudah kubilang aku tak mau lama berpisah."

"Ganti ke alamat ayahmu. Mau kulakukan untukmu?

Shi Hoon tertawa. "Kamu sibuk berpikir ya? Kamu memanfaatkan orangtuaku? Baik, silahkan saja. Aku penasaran kamu mau bilang ..."

"Aku mau jual rumahnya."

"Apa katamu?" Shi Hoon menghela nafas. "Baiklah. Coba saja! Mari kita lihat seberapa lama kamu bisa sembunyi." Shi Hoon mematikan sambungan teleponnya.


Gi Seok sedang bersama Hyun Soo mengendarai mobil. Hyun Soo bertanya kapan Gi Seok akan berkencan.

"Pacarku kerja di perpustakaan. Dia tidak selalu dapat libur akhir pekan. Dia bahkan kerja sampai malam."

"Kalian berkencan begitu lama karena jarang habiskan waktu bersama. Itu tidak bagus. Hubungan penuh rencana bisa dengan mudah meredup," ujar Hyun Soo.

Gi Seok tersenyum mendengarnya. "Sebaiknya jangan berkencan terlalu lama."

"Kenapa?"

"Tidak ada sisi baiknya."

Menurut Hyun Soo Gi Seok dan Jung In bak pasangan yang sudah menikah. Gi Seok menatapnya. Dia mengoreksi ucapannya. "Kalian bukan pasangan yang membuat jijik."

"Kamu mau memamerkan kemesraan di hadapanmu?"


"Ha? Kalian diam-diam bermesraan?"

Gi Seok tertawa. "Yang benar saja."

"Tetap saja seperti itu aneh."

"Kenapa aneh? Semua pasangan seperti itu."

"Ya. Itu cukup penting. Tidak ada respon fisik berarti tak ada perasaan lagi yag tersisa." Gi Seok tampak menghayati ucapan Hyun Soo. "Pikirkanlah yang sebaliknya. Responnya akan otomatis."


Gi Seok terdiam memikirkan perkataan Hyun Soo.


Jung In mendata buku-buku di lantai atas. Dia lalu turun ke ruang baca anak-anak dan mencari Eun Woo dan Ji Ho tapi mereka sudah tidak ada. Jung In sepertinya mengirim pesan pada Ji Ho.


Ji Ho memasangkan sabuk pengaman untuk Eun Woo. Dia menatap gedung perpustaan sejenak lalu melihat ponselnya. Dia kembali melihat ke arah perpustaaan kemudian masuk ke mobil. Sambil menyetir, Ji Ho bertanya pada Eun Woo kenapa saat di perpustakaan Eun Woo bertanya apa Jung In ibunya. Eun Woo tampaknya mengatuk. Ji Ho memintanya melihatnya.


"Bisa beritahu kenapa kamu bilang begitu?"

Eun Woo takut diomeli. "Aku tidak akan lakukan lagi."

"Ayah tidak bilang kamu salah. Kamu tidak pernah bicara soal ibumu, jadi, ayah hanya penasaran."

Eh Eun Woo-nya malah tidur.


Ji Ho membaringkan Eun Woo di ranjang. Ibunya masuk dan berkata kenapa Ji Ho membelikan Eun Woo buku lagi sementara banyak buku yang belum dia baca.

"Ada yang memberikan padanya."

"Siapa?" Ji Ho tidak menjawab. "Kamu mau makan?"

"Kami sudah makan sebelum pulang."

Ibu meminta Ji Ho mengikutinya sebelum keluar. Ji Ho duduk di samping Eun Woo dan memandangi putranya.


Di luar, ayah membantu memasangkan koyo pada lengan ibu. Ji Ho keluar dan bergabung mereka.

"Kambuh lagi?" tanyanya.

"Wajar di usia kami. Jika kamu tidak mau menginap, pergilah sebelum larut," ucap Ibu.

Ji Ho bertanya apa Eun Woo pernah membahas soal ibunya.

"Ibu apa? Ibunya? Kenapa? Dia bilang sesuatu?" tanya Ibu.

"Bukan. Aku hanya bertanya. Dia pernah katakan sesuatu?"

Giliran ayah yang menjawab. "Dia tidak pernah menanyakan hal semacam itu."

Ibu bertanya ada apa.

"Tidak. Suatu hari dia akan bertanya."

Ibu bilang tidak perlu disembunyikan. Saat Eun Woo sudah lebih tua, ceritakan semuanya. Ayah tidak setuju. Menurut ibu itu lebih baik dari pada mereka membohonginya.

"Kamu juga, jujurlah pada siapapun yang kamu kencani," saran ibu.

"Hidupku tidak sepenting itu."

Ibu kesal. "Kenapa tidak sepenting itu? Kamu tidak bisa terus melajang. Bahkan ada yang mencampakkan anaknya. Jadi kamu masih lebih baik."

"Ibu, sudahlah."

Ibu bertanya apa Ji Ho mencintai anaknya? Ibu juga mencintai anak ibu. Ayah meminta Ibu berhenti dan menyuruh Ji Ho pulang.

"Kapanpun itu, aku mau memberitahunya soal ibunya, jadi,,,"

Ayah menyela Ji Ho. "Baiklah. Tidak perlu khawatir."


Ayah mengantar Ji Ho ke depan. Ji Ho bilang akan kembali di akhir pekan. Ayah menyuruhnya untuk menjalani kehidupannya dan tidak perlu selalu ke sana.

"Aku sedang senggang. Kabari aku jika ada apa-apa,"pinta Ji Ho. Ayahnya mengingatkan agar jangan lupa makan. Ji Ho pun pamit pergi.


Di tangga, Young Joo yang baru keluar berpapasan dengan Ji Ho yang baru pulang.

"Kamu si apoteker kan? Kamu tinggal di sini?"

"Ya dilantai tiga."

"Oh! Begitu ya. Menarik," ucap Young Jo seolah menyadari sesuatu.Dia lalu mengucap selamat malam pada Ji Ho.

"Lee Jung In matilah kamu!" ucap Young Joo sambil menuruni tangga.

Bersambung ke One Spring Night episode 5 part 2





EmoticonEmoticon