Abyss Episode 4 Part 3

Drama Korea
Abyss
Episode 4 Part 3
Sumber konten dan gambar : TVN





Min heran melihat Se Yeon.

"Hei! Min. Astaga!"

"Bagaimana kamu menemukanku?"

"Hei! Kita tidak punya watu mengobrol. Naik sekarang! Kita keluar lebih dulu."

"Apa?"

"Polisi mencarimu. Naiklah!" Se Yeon memberitahu kalau Hee Jin melapor ke kantor polisi.

Min menelan ludahnya. "Baguslah! Sidik jariku tidak berubah. Jadi aku bisa mengatakan siapa aku agar diselidiki."


Se Yeon melepas helmnya. "Min sadarlah!! Aku jaksa. Kamu tidak bisa membuktikan itu walau di kehidupan selanjutnya. Semua bukti dan saksi berkata kamu pembunuhnya. Lagi pula, kamu pikir Ji Wook akan melepaskanmu? tidak mungkin. Dia akan mendakwa dan menjadikanmu tersangka."

Hee Jin terus menelepon. Tapi Min ragu untuk mengangkatnya. Dari kejauhan, tampak mobil Se Yeon mendekat. Mobilnya berhenti tidak jauh dari Min dan Se Yeon. Hee Jin turun sambil terus menghubungi Min.


Min menatapnya. "Meski begitu, aku harus menemui Hee Jin." Se Yeon sangat kesal dengan kekeraskepalaan Min. Min mengangkat ponselnya. "Aku melihatmu. Aku akan kesana."


Min berjalan ke arah Hee Jin. Hee Jin pun berjalan ke arah Min meski dia tidak itu Min. Tiba-tiba dari belakang Hee jin datang boxyang langsung menghantam tubuhnya. Min dan Se Yeon syok melihatnya. Mereka buru-buru berlari menghampiri Hee Jin yang terkapar di jalan dengan tubuh penuh darah.

Oh Yeong Cheol memperhatikan mereka dari spion mobilnya. Sepertinya dia yang mengendarai mobil box tadi. "Saat manusia tidak berguna lagi, mereka hanya mengganggu. Makhluk tidak berguna itu, bukan manusia.


Min memanggil-manggil Hee Jin berharap dia bangun. "Hee Jin! Buka matamu! Hee Jin!" Se Yeon hanya bisa menatap iba. Min mengeluarkan bola abyssnya. Se Yeon mendekat. Bola abyssnya redup. Seketika Min teringat saat bola abyss memanas di depan kamar mayat, tapi kemudian meredup saat Ji Wook datang.

"Dia belum mati, kan?" Se Yeon ikut berusaha membangunkan Hee Jin. Akhirnya Min menggotong tubuh Hee Jin dan menaikkannya ke mobil Hee Jin. Se Yeon mengira Min akan membawanya ke rumah sakit. Tapi Min melarang Se Yeon ikut.


"Tidak bisa! Tetap disana! Ada aturan untuk mengaktifkannya. Itu berhasil saat hanya ada jasad, abyss, dan aku. Jika orang lain terlibat, aku tidak bisa selamatkan." Min memegang pundak Se Yeon. "Maaf Se Yeon. Tunggu sebentar." Min masuk ke mobil dan melajukan mobilnya. Begitu tidak ada orang lain lagi, bola abyss menyala dan mengeluarkan tulisan. 'Abyss aktif hanya saat pemilik dan jasad sendirian'.



Min menepikan mobil di tempat sepi. Dia mendekatkan abyss ke tubuh Hee Jin. "Ku mohon. Selamatkan dia sekali ini. Tolong bangun Hee Jin. Ku mohon." Min memeluk Hee Jin. Hee Jin tampaknya bernafas kembali. Min segera melajukan mobilnya ke rumah sakit.


Polisi baru sampai di Taman Jisan. Mereka segera berpencar. Dong Cheol heran melihat Se Yeon ada disana. "Ada apa ini?"


Begitu sampai di rumah sakit, Min langsung membaringkan Hee Jin di ranjang. Se Yeontiba-tiba membuka matanya dan bangun. "Apa yang terjadi? Kenapa kamu..."

"Bertahanlah! Aku menyelamatkanmu. Tapi kita harus memeriksa bayinya."

Se Yeon berteriak. "Apa ini?" Min menyuruhn ya berbaring saja. Gantian dia yang berteriak. "Kapan dokter akan datang?" Min pergi mencari dokter.

Hee Jin menatap kedua tangannya. "Ada apa?" Hee Jin ingat kalau dia ditabrak truk.


Petugas selesai berkeliling dan tidak menemukan Cha Min. Se Yeon meminta Dong Cheol melepas borgol ditangannya yang terkait dengan tangan Dong Cheol. Dong CHeol tidak bersedia. Dia akan melepasnya setelah Se Yeon cerita kenapa dia ada disana dengan tangan berlumuran darah.


Min tampak melamun. Dia mengingat ucapan dokter barusan. "Dia tidak hamil. Tidak ada kemungkinan hamil walau dengan USG." Min menghapus airmatanya. Hee Jin datang menghampirinya. Darah diwajahnya sudah dibersihkan. Tapi dia terus menunduk dan berusaha menyembunyikan wajahnya.

"Kurasa lebih baik aku di rumah sakit."

"Kenapa? Kamu tidak sehat? Kata dokter kamu baik-baik saja."

"Tidak! Hanya saja, aku ingin tahu apa alisku menghilang. Dan bekas jerawatku tiba-tiba muncul, apa ada hubungannya dengan kecelakaan."

"Itu kecelakaan besar Mungkin karena itu. Ngomong-ngomong, kamu tidak hamil? "

"Apa?"

"Ku dengar kamu..."

"Tidak mungkin. Bagaimana bisa mengatakan hal seperti itu pada wanita lajang?"

Min tampak kecewa mendengarnya.

***

Di kantor polisi, Dong Cheol menagih penjelasan pada Se yeon. Kenapa Se Yeon sampai mencuri sepeda motor. Se Yeon menatap si pemilik sepeda motor. Dia mengembbalikan helmnya.

"Aku tidak mencurinya. Aku meminjamnya kan? Aku minta izinmu."

Dong CHeol ingin mendebat tapi det. Choi datang dan menunjukkan hasil noda darah di jalan yang cocok dengan Oh Su Jin alias Hee Jin. "Cha Min pasti menculik tunangannya juga," ujar det. Choi. Dong CHeol meminta det. Choi memeriksa seluruh rumah sakit dan kamera pengawas. Se Yeon heran karena nama tunangan Min bukan Oh Su Jin bukannya Jang Hee Jin.


Se Yeon menelepon Min dan menyebut Hee Jin penipu, karena memalsukan usia dan namanya. "Dia punya empat catatan penipuan dan dituntut 6 kali untuk pernikahan palsu."

"Lalu? Apa maksudnmu?" tanya Min lemah.

Se Yeon meminta Min sadar karena Hee jin terus berbohong.

"Aku tahu. Aku sudah periksa." Min menatap Hee Jin yang berdiri tidak jauh darinya.

Se Yeon memberitahu kalau polisi mencurigai Min menculik Hee Jin. "Dia melakukan wawancara itu agar kamu ditangkap."

"Kurasa juga begitu. Mari bicarakan nanti." Min menghampiri Hee Jin. "Tolong ikut aku."


Min membawa Hee Jin ke tempat tinggal Se Yeon. "Kenapa kamu membawanya kemari?" tanya Se Yeon.

Hee Jin yang menjawab. "Aku juga terkejut. Bukankah tidak sopan membawa orang lain saat sudah ada wanita tinggal denganmu? Aku pergi." Min menahan tangannya. Se Yeon menatapnya sebal.

"Tinggallah di sini sementara. Di luar sana berbahaya."


Se Yeon menarik tangan Min. Dia mengajak Min bicara berdua di kamarnya. "Kamu sudah gila? Kenapa membawanya?"

"Itu pembunuhan. Kecelakaan yang terjadi padanya. Kamu juga melihat. Ini pembunuhan berkedok kecelakaan. Setelah semua yang terjadi, aku hanya terpikir satu hal. Kenapa dia melakukannya? Kenapa dia harus berbohong dan membuatku tampak seperti tersangka. Apa yang dia dapat dari itu."

'Dia mungkin kaki tangan pembunuh," ujar Se Yeon.

"Maka seharusnya tidak ada alasan dia di bunuh."

"Hah! Kini aku tahu satu hal yang pasti. Seseorang mencoba mengakhiri kasus dengan mengatur dan membuatmu seperti pembunuh." Se Yeon tampak frustasi. Dia duduk di ranjangnya dan memikirkan cara untuk membuktikan Min bukan pembunuhnya.

Min bilang ada satu cara. Park Ki Man berkata kalau dia tahu kuncinya. "Kita bisa buat dia memberitahu semuanya. Hanya dia yang tahu wajah Oh Yeong Cheol saat ini."

"Kamu pikir aku tidak tahu itu? Bagaimana caranya membuat Park Ki Man bicara? Dia sedang koma."

"Abyss. Kita bisa bunuh dan hidupkan lagi. Kini aku tahu caranya." Aigoo!!

"Apa?" Se Yeon tidak menyangka Min sampai berpikir begitu.

"Biar aku saja. Kamu di sini saja."

Se Yeon berdiri. 'Hei! Kamu sadar apa yang kamu katakan? Kamu akan membunuh orang."

"Tidak ada cara lain, jika ingin buktikan aku tidak bersalahd dan menangkap pembunuhmu." Min beranjak meninggalkan Se Yeon.


Di luar, Hee Jin sedang memandangi bola abyss yang tidak lagi bersinar kuning tapi hijau. Min keluar dari kamarnya dan hendak pergi. Hee Jin menghentikannya karena ingin pinjam ponsel karena ponselnya rusak. Min bilang lebih baik kalau tidak ada yang tahu Hee Jin masih hidup. Min mengambil bola abyss di tangan Hee Jin dan menyuruh Hee Jin menunggu karena dia punya banyak pertanyaan.


Se Yeon berlari dari kamar sambil memanggil Cha Min. Min tidak mempedulikannya. Se Yeon bicara pada Hee Jin.

"Hei pengincar harta. Banyak yang ingin ku katakan tapi ku tahan karena sibuk.Kita akan bahas semua perbuatanmu nanti. Jadi jangan lakukan atau sentuh apapun. Dan jangan geser sedikitpun sampai kami kembali. Paham?"

"Siapa kamu terus merendahkanku?"

Se Yeon melotot. "hei! Jika dimasa lalu sudah aku bunuh kamu! Kecuali ingin mati,tetap di sini. Paham?"

Hee Jin diam saja.

"Jawab aku!"

Hee Jin manggut-manggut. Se Yeon pergi menyusul Min. Tapi Min sudah keburu naik taksi.

***

Ji Wook sedang bersiap pulang dari rumah sakit padahal dia baru diperbolehkan pulang besok. Dia bilang pada perawat kalau ada yang harus dia urus malam ini dan dia sudah bilang pada dokter.


Seseorang tampak mengenakan jubah dokter dan sarung tangan karet di toilet.


Ji Wook mendatangi petugas jaga dan menunjukkan id jaksanya. Dia ingin memeriksa Park Ki Man. Petugas mengijinkan Ji Wook masuk. Sebelum pergi, Ji Wook memberikan kopi yang dia beli kepada petugas karena melihat petugas itu terus menguap dan tampak lelah.


Tapi begitu Ji Wook keluar dari kamar Park Ki Man, petugas itu tampaknya tidak sadarkan diri dan Ji Wook hanya melewatinya begitu saja. Dia juga diam saja saat berpapasan dengan Oh Yeong Cheol yang menyamar sebagai dokter.


Se Yeon menelepon Min dan menyuruhnya pulang saja karena sudah lewat jam besuk. Tapi Min tetap pada pendiriannya. Min melewati petugas jaga yang pingsan. Dia bergegas masuk ke ruangan Park Ki Man. Tapi tidak ada yang terlihat aneh disana.


Min hendak melepas selang oksigen Park Ki Man tapi naluri kemanusiaannya tidak mengijinkannya. Dari balik tirai, tampak Oh Yeong Cheol bersembunyi dengan sebuah suntikan di tangannya.


Se Yeon sampai ke rumah sakit dengan taksi. Dia merangkak saat melewati petugas jaga. Tapi petugas yang sudah sadar dari pingsannya (atau tidur kali ya) melihat Se Yeon. "Kamu pikir sedang apa?"

Se Yeon memaksa masuk karena ada yang penting. Tapi petugas tidak memperbolehkannya dan menyeretnya pergi. Tapi akhirnya petugas menemani Se Yeon masuk karena Se Yeon pengacara Park Ki Man.

"Aku hanya perlu tahu apa dia masih hidup atau tidak."

"Alarm akan menyala jika dia mati," ujar petugas.

Se Yeon segera memeriksa keadaan Park Ki Man. Dia menarik nafas lega setelah memastikan Park Ki Man masih bernafas. "Sudah kuduga. Dia terlalu lembut untuk itu."


 Se Yeon langsung menghubungi Cha Min begitu keluar dari kamar Park Ki Man. Tapi Min tidak mengangkat teleponnya. Se Yeon membeli minuman di mesin minuman. Samar-samar dia mendengar bunyi dering ponsel. 


Se Yeon mendekat ke asal suara dan terkejut saat mendapati Min terbaring lemah di gudang dengan wajah lebam dan kepala berlumuran darah. Melihat kondisi Min yang tidak berdaya, Se Yeon berniat memanggil dokter. Tapi Min menahan tangannya. Dia mengeluarkan bola abyss dari kantong jaketnya.

"Ini.... abysss....."

"Kenapa?"


Tangan Min terkulai. Dia tidak sadarkan diri. Se Yeon ketakutan melihatnya. "Hei Cha Min," panggil Se Yeon dengan suara bergetar. Dia memeriksa nafas Min. "Mustahil." Se Yeon mulai menangis. "Hei! Kamu belum mati kan? Bangun Cha Min!"


Se Yeon mengambil bola abyss dari tangan Min. "Benar. Bola abyss. Bisa kuhidupkan dengan ini. Bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa...."

Bola Abyss bercahaya dan muncul tulisan, "Jika pemilik abyss mati, yang dihidupkan selanjutnya menjadi pemilik sementara." Cahaya abyss meredup lalu lenyap dari tangan Se Yeon. Se Yeon semakin ketakutan. "Apa yang harus aku lakukan? Apa yang terjadi?" Se Yeon menangis dengan keras.


Oh Yeong Cheol mencuci tangannya yang berlumuran darah di toilet. Bola abyss terbang di atasnya dan masuk ke saku jaketnya yang tergeletak.


Se Yeon mengguncang-guncang tubuh Min dan berusaha membangunkannya.

Bersambung ke Abyss episode 5 (Episode 5 bisa kalian baca di blog Pink Yellow)

1 komentar


EmoticonEmoticon