Sinopsis Dan, Only Love Episode 6 Part 2

Drama Korea
Dan, Only Love/Angel's Last Mission : Love
Episode 6 Part 2


Sumber konten dan gambar : KBS2



Gureum mendapat perawatan di klinik hewan. Sepertinya dia alergi terhadap coklat. Dokter bilang Gureum akan baik-baik saja. Dia akan mengawasi gureum selama beberapa hari. Yeon Seo manrik nafas lega.

"Kenapa kamu memberi makan coklat?" tanya dokter.

"Mungkin itu adalah bagian yang dijatuhkan karyawanku."

Dan melirik Yeon Seo. Sepertinya dia lumayan heran karena Yeon Seo tidak memarahinya.


Mereka lalu berjalan melewati sebuah jembatan. Seperti biasa, Yeon Seo menggandeng lengan Dan.

"Gureum adalah satu-satunya keluarga yang tersisa. Jika sesuatu terjadi pada Gureum juga, aku akan benar-benar sendirian," ujar Yeon Seo,

"Maafkan aku. Aku tidak tahu."

Yeon Seo kesal. Tidak bisakah Dan berhenti minta maaf? Dia tidak ingin mendengarnya.

"Tapi kamu tidak sendirian. Kamu memilikiku, Miss Jung juga, dan karyawanmu."

"Apa kamu akan tinggal bersamaku selamanya? Sampai aku jadi tua dan mati?" tanya Yeon Seo. Dan diam saja. Yeon Seo menatapnya. "Aku pikir kamu ada untukku. Kamu bilang aku adalah tujuan hidupmu."

"Ya benar, tapi,,,,"


Yeon Seo mencengkeram lengan Dan hingga dia kesakitan. "Sudahlah. Berisik."


Bu Choi masuk ke mansion Yeon Seo. Dia memasukkan kunci duplikat kamar Yeon Seo yang diberikan mantan sekuriti padanya. Bu CHoi tersenyum sebelum masuk. Disana, dia memeriksa lemari dan laci-laci.


Yeon Seo dan Kim Dan sampai di rumah. Dan menyuruh Yeon Seo duduk di sofa untuk istirahat. Tiba-tiba Pak Geum dan Ni Na datang dari membawa kue dan memakai balon. Mereka bernyanyi menyelamati Yeon Seo atas pulihnya matanya.

Ni Na merekam Yeon Seo dengan ponselnya. "Semuanya! Ini balerina terbaik korea, Lee Yeon Seo."

Yeon Seo langsung menutupi wajahnya dengan tangan. "Singkirkan."


Di kantornya, Ru Na tersenyum melihat tayangan live Ni Na. Dia tampak ditemani seorang pria muda. "Ini menyenangkan, benar?" tanya Ru Na retoris.


Di tempat berbeda, Kang Woo juga sedang menyaksikan video yang sama. Dia kesal melihat Dan yang hanya berdiri diam di samping Yeon Seo padaha jelas-jela Yeon Seo tampak tidak nyaman. "Kenapa dia berdiri saja di sana?" Kang Woo membuka kotak coklatnya dan memasukkan sebutir coklat ke mulutnya.


Yeon Seo yang kesal menampik tangan Ni Na dengan kasar. "Sudah kubilang singkirkan bukan?"

Pak Geum maju dan menyodorkan kuenya. Tapi lilinnya malah sudah mati.

"Siapa yang membiarkanmu masuk?" tanya Yeon Seo.

"Semua orang tahu kita adalah keluarga," ucap Ni Na.

Pak Geum berteriak memanggil istrinya dan menyuruhnya segera turun. Yeon Seo langsung gusar mengetahui bibi jahatnya ada di rumahnya. Dia buru-buru menarik Dan ke lantai atas.


"Dia naik ke atas? Siapa yang ijikan?" teriak Yeon Seo.


Bu Choi memeriksa berkas-berkas yang di simpan di kardus. Dia tidak sadar menjatuhkan sebuahm kertas. Entah miliknya atau terjatuh dari dalam dokumen. Sepertinya dia menemukan dokumen yang dia cari. "Aku berharap bisa membakar semua ini sekaligus. Dengan begitu, itu akan jadi sederhana dan mudah."


Yeon Seo sampai di lantai atas. Dan memintanya pelan-pelan. Yeon Seo bisa jatuh nanti. Yeon Seo segera membuka pintu kamarnya. Tapi di dalam tidak ada siapapun dan kamarnya pun tampak rapi. Bu CHoi lewat di belakang mereka.

"Kamu sudah pulang Yeon Seo."

Yeon Seo menoleh. Terlihat banyak dokumen berjubel di dalam tas Bu Choi. Bu Choi melambai pada Yeon Seo, sok ramah. Dia mengomentari rumah Yeon Seo yang tidak berubah. Yeon Seo hanya menatapnya tajam.

Bu Choi memeperhatikan tangan Yeon Seo yang menggandeng Dan. Mulai deh sinisnya. "Aku dengar kamu masih butuh teman untuk berjalan. Bagaimana ini?"


Di dinding, tampak hiasan ucapan selamat untuk Yeon Seo. Banyak hidangan sudah tersaji di meja. Pak Geum membuka botol minuman. Karena semua orang sudah ada di sana, dia mengajak semuanya minum segelas anggur untuk merayakannya. Bu Choi tepuk tangan sendirian.

"Keluar! Aku lelah," pinta Yeon Seo. Dan meliriknya.

"Yeon Seo ya. Bisakah kamu membuka sedikit hatimu pada kami? Kami berusaha untuk merayakan pemulihanmu," ucap Ni Na.

"Aku menerima kornea ini sesudah orang meninggal. Apa itu sesuatu untuk dirayakan dengan pesta?" tanya Yeon Seo ketus.

Nina bilang dia berdoa setiap hari untuk Yeon Seo agar bisa menari atas panggung lagi.

Yeon Seo tetap saja dingin. "Kamu sangat baik sejak kita masih anak-anak. Benarkan? Kamu ingin dikenali semua orang kecuali aku. Karena kamu tidak bisa mengalahkanku kecuali bersikap baik."


Nina akhirnya kehilangan kesabarannya. "Aku tidak pernah bisa!" teriaknya. Orangtuanya sampai menatapnya kaget. "Ayo kita perjelas. Aku tidak pernah bisa mengalahkanmu. Itu masa lalu. Tiga tahun lalu saat matamu baik-baik saja."

Yeon Seo tampak menguatkan pegangannya pada punggung kursi. Kim Dan memperhatikan itu. Yeon Seo tertawa tidak percaya.

"Kalian harus pergi. Sepertinya itu yang terbaik," saran Dan. Bu Choi dengan senang hati mengajak anak dan suaminya pergi dari sana. Begitu mereka pergi, Yeon Seo langsung tertawa miris.


Sepertinya Nina menyesal mengatakan hal tadi pada Yeon Seo. "Aku pasti gila.Kenapa aku melakukan itu?"

Bu Choi malah girang tingkat dewa. "Kerja bagus putriku! Bahkan ibu merasa sangat lega," ucapnya lalu tertawa senang.


Yeon Seo duduk di meja makan. Dan berdiri di seberangnya. "Bukankah dia bibimu? Kenapa? Keluargamu datang untuk merayakannya bersamamu," ucap Dan pelan. Tapi suasana hati Yeon Seo memang sedang tidak baik. Dia menyebut Dan berisik.

"Aku tidak mengerti..."

"Berisik!"


"Hei Lee Yeo Seo!!" Dan meninggikan suaranya.

Yeon Seo jelas tambah kesal. "Ini masalahmu. Kamu mudah puas setiap kali aku baik padamu. Jangan katakan apa yang harus kulakukan! Kamu tidak berhak melakukan itu."

Dan tambah berani. 'Tidak! Aku akan lakukan.  Karena aku manusia dengan hati nurani yangs sangat rasional. Kamu seharusnya tidak seperti itu sebagai manusia."

"Memangnya apa yang kulakukan?"

"Berapa lama kamu akan bertindak kasar semaumu? Apa usiamu 5 tahun? Bahkan anak kecilpun bisa lebih baik. Mereka datang untuk memberi selamat padamu. Mereka datang berharap kamu bahagia. Apa kamu harus bersikap kasar pada mereka?"

"Bersikap kasar atau jahat terserah aku."

"Kamulah yang akan terluka," ujar Kim Dan.

"Biarkan aku menjelaskan. Kamu disini menggantikan Paman. Paman bilang semuanya baik-baik saja. Aku tidak perlu melakukan sesuatu jika aku tidak menyukainya. Dia membuat sesuatu terjadi saat aku ingin melakukan sesuatu."

"Aku Kim Dan. Bukan Ahjussi bod*h itu!!!" bentak Dan.


Yeon Seo menatap Dan marah. "Apa?"

"Hah! Benar. Ahjussi baik itu tidak melakukan kesalahan apapun. Dia mungkin tidak tahu bahwa kebaikan bisa jadi buruk seseorang yang tidak takut pada apapun, dan kesal saat keinginannya tidak terlaksana."

Yeon Seo tidak percaya Dan mengatakan itu. "Aku menerimamu karena aku merasa kasihan kamu ditinggalkan sendirian di dunia ini. Kamu sudah selesai bicara?"

"Jika kamu bisa mengasihani aku karena aku ditinggalkan sendirian di dunia ini, kenapa kamu begitu jahat pada anggota keluargamu?" teriak Dan. "Kamu menyesali sesuatu. Apa kamu akan menyesali ini lagi saat semua orang pergi seperti orangtuamu dan Pak Jo? Bagaimana jika itu yang terakhir kali? Bagaimana jika kamu tidak bisa memutar balik waktu!!! Gong bod*h!!!!"


Yeon Seo terluka mendengar ucapan Dan. Dia melempar Dan dengan kue di meja. "Hentikan!"

Bukannya berhenti, Dan malah balas melempar kue pada Yeon Seo. "Kamu melemparkan ini padaku?"

"Benar. Lalu?" tantang Dan.

Mereka berdua akhirnya saling lempar kue. Parahnya lagi, Yeon Seo menjambak rambut Dan hingga Dan teriak kesakitan. Kim Dan tidak mau kalah, dia menjambak rambut panjang Yeon Seo. Wkkkk. Mereka saling jambak dan saling perintah untuk melepaskan.

Kim Dan yang melempem duluan. "Kamu tidak boleh membiarkan tekanan darahmu naik. Lepas pada hitungan ketiga. Setuju?"

"Setuju."

Tapi begitu hitungan ketiga, hanya Dan yang melepaskan tangannya. Yeon Seo masih menjambak Dan. Dia menarik keras rambut Dan sebelum akhirnya mendorongnya dengan kesal. "Kamu dipecat!!"


"Baik! Aku tidak bisa melakukan ini lagi. Aku bod*h karena melihat harapan dalam dirimu. Kamu tidak tertolong, tidak berguna, dab tidak berdaya. Kamu lebih buruk dari Gong. Bagaimana bisa kamu tidak berperasaan!!!!!!!" Dan pergi setelah meluapkan kekesalannya dengan menggebu-gebu.


Yeon Seo melihat tangannya yang terluka. Mungkin kena cakar Dan. Dia mengeluarkan tangis tertahan. Di ruangan yang luas itu, hanya tinggal dia sendirian.

Terkadang, kesepian itu lebih bisa membunuh hati seseorang daripada patah hati.



Dan duduk dibawah pohon rindang di taman. "Maafkan kami atas dosa kami. Saat kami memaafkan...." Dan menggeleng. "...orang-orang yang berbuat dosa..." Dia geleng lagi dan kesal sendiri. "Arggh jinja!!!  Apa aku melakukan sesuatu yang salah? Jika aku salah katakan!!"

Dan mendongak ke atas.Ada sehelai daun yang jatuh di atas bangku. Dan mengambilnya tapi tidak ada tulisannya.


KimDan menatap langit. "Kenapa kamu meninggalkanku?"


Tiba-tiba ponsel Dan berdering. Dia harap-harap cemas melihat siapa yang meneleponnya. Ternyata Miss Jung. Kayaknya Dan kecewa.


Miss Jung mengajak Dan minum di sebuah kedai. "Ketika hatimu panas, ini adalah obat yang terbaik."


Dan memeperhatikan cara minum Miss Jung. Dia menatap gelasnya lalu meneguk minumannya. Dan nyengir dan memegangi tenggorokannya. "Astaga! Panas!!" Dan menepuk-nepuk dadanya.

"Dapatkah kamu berlutut dihadapannya sekali ini saja?" pinta Miss Jung.

"Seperti yang aku katakan, aku tidak melakukan kesalahan apapun. Dan kamu tahu, dia tipe yang tidak akan menerimaku kembali setelah memecatku. Kenapa kamu terus meminta?"


"Entahlah. Aku pun tidak tahu. Dia terlihat nyaman saat bersamamu. Terakhir kali dia bertengkar dengan seseorang saat dia berusia 10 tahun. Tanpamu dia harus menggunakan tongkat." Miss Jung mengacungkan jari telunjuknya."Sekali ini saja. Bisakah kamu melakukan itu?"

Dan tampak berpikir. Tapi dia tetap menolak."Aku tidak bisa berbohong. Aku tidak bisa bilang aku minta maaf saat aku tidak melakukan kesalahan apapun. Takkan pernah."


Yeon Seo menuangkan teh ke gelas tapi dia terkena cipratan air tehnya yang masih panas. Melihat gelas teh di depannya. kontan itu mengingatkannya pada Dan saat dia membuatkan teh cammomile untuknya. Yeon Seo mengambil ponselnya dan melihat kontak Dan. Tapi gengsi dong kalau dia menghubungi Dan duluan. Akhirnya Yeon Seo meletakkan kembali ponselnya. Tiba-tiba dia mendengar suara Dan memanggilnya.


Dan jelas mabuk. Dia berjalan sempoyongan di halaman depan sambil memanggil Yeon Seo. "Lee Yeon Seo!! Aih! Kenapa dia tidak menjawabku?"

Dan melihat selang air dan mengambilnya. "Lee Yeon Seo bisa tersandung ini dan terjatuh." Dia menggulung selang itu dan menaruhnya di sudut.

"Lee Yeon Seo membenci ini," ucap Dan sambil mengangkat tangga dan ditaruhnya disamping selang tadi. "Kenapa ini sangat berat?"

Yeon Seo keluar dan melihat apa yang Dan lakukan.

Dan balik lagi mengambil sapu. Dia menyapu dedaunan basah. "Lee Yeon Seo mungkin menginjak ini dan tergelincir."


"Apa yang kamu lakukan?" tanya Yeon Seo.

Dan menunjuk Yeon Seo sambil tersenyum. "Hei! Ada seorang putri yang kasar." Dan tertawa. Dia menjatuhkan sapunya dan berjalan mendekati Yeon Seo. "Aku lupa menyapu itu. Aku harus membersihkannya. Ini hari terakhirku."

Yeon Seo mengulurkan tangannya. "Berikan aku kartu aksesnya."


Kim Dan melihat tangan yeon Seo yang terluka. "Kamu terluka. Maafkan aku."

"Aku bilang aku tidak suka mendengarmu bilang itu." Yeon Seo hendak menghempaskan tangan Dan tapi Dan malah berlutut dihadapannya. Dia mengikatkan sapu tangannya di pergelangan tangan Yeon Seo yang terluka.

"Ini adalah aku. Anggaplah ini sebagai aku. Kamu baik-baik saja saat bersamaku. Bahkan tanpa aku, anggaplah aku di sini bersamamu. Kamu dapat pergi kemanapun jika memiliki ini. Aku akan membacakan mantera."


Dan memutar-mutar tangannya di depan tangan Yeon Seo. 'Bimsalabim!!!! Alangkah baiknya jika kamu bisa menari lagi dengan ini, Lee Yeon Seo. Alih-alih merasa seperti seseorang menargetkanmu, aku harap kamu bisa merasakan bahwa semua orang kagum dengan tarianmu."

Yeon Seo yang sedari tadi memperhatikan Dan bicara ala orang mabuk, langsung tahu kalau Dan menguping saat di kolumbarium. "Kamu sangat kurang ajar sampai akhir." Yeon Seo mau mendorong Dan tapi pegangan tangan Dan lebih kuat.


"Percayalah! Aku berbeda. Aku sungguh-sungguh. Aku harap kamu bisa mempercayai apa yang aku katakan. Aku harap kamu bisa lebih merasa berterima kasih pada seseorang yang lebih sayang padamu."


Itu sebagian dialog Kang Woo di depan kolumbarium. Ternyata Dan ada di sana mendengarkan percakapan Kang Woo dan Yeon Seo.

Yeon Seo menatap Dan yang belum berhenti mengoceh.

"Tidak! Kamu tidak harus melakukannya nanti." Dan berdiri. "Lakukan denganku sekarang! Ayo menari!" Kim Dan merebut tongkat Yeon Seo dan menyandarkannya di tembok.


Dan mengajak Yeon Seo menari. Dia bahkan memeluk Yeon Seo. Melangkah ke kanan, kiri, berputar. Awalnya Yeon Seo tampak canggung. Tapi lama kelamaan dia mulai menikmati ritme tarian Dan. Dia ikut menari.

Selama beberapa saat, Yeon Seo dan Dan saling menatap.


"Lihatlah. Kamu paling cantik saat menari." puji Dan. Dia tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Yeon Seo. Matanya terpejam.


Yeon Seo menatap Dan. Bruk! Dan pingsan di bahu Yeon Seo.

Bersambung ke Dan, Only Love episode 7 part 1


4 komentar

Wah senyum2 deh sama adegan terakhir nya..hihi
kesel bgt ngeliat kelakuan bibinya yeonseo kira2 itu dokumen apa sampai mau dimusnahin. Ckck segitu bgt.. Pantes yeonseo suka maen pecat pegawai. Mungkin ngerasa gitu ya pasti salah satunya org suruhan bibinya*asumsi apa ini?haha
.
Ok mba tetap semangat , ditunggu selanjutnya. Fighting

oh kim Dan senyummu :D

Setuju! Senyumnya Kim Dan bikin melting :)

Kok one string nightnya berhenti seh


EmoticonEmoticon