Sinopsis Abyss Episode 8 Part 1

Drama Korea
Abyss
Episode 8 Part 1


Sumber konten dan gambar : TVN

Pada episode 7, banyak teka-teki yang belum terpecahkan. Kemana Ji Wook membawa ibu Hee Jin? Dan siapa pula pasien yang dijenguk oleh ayah Ji Wook. Kok menurutku mukanya mirip Ji Wook. Belum lagi, ternyata Se Yeon belum mati setelah ditusuk Oh Yeong Cheol. Se Yeon akhirnya dicekik oleh pria muda yang datang kesana yang aku duga itu Ji Wook. Kita juga diberi kejutan dengan datangnya Lee Mi Do yang asli. Sepertinya dia telah melakukan operasi plastik sehingga wajahnya jadi jauh berbeda dengan Mi Do yang dulu. Ingat kan waktu Min bertabrakan dengan Mi Do di bandara? Setelah keluar dari bandara, Mi Do mendapat telepon dari klinik bedah plastik. Meski di awal berasa sedikit membosankan, tapi makin kesini menurutku makin seru karena banyak kejutan-kejutan yang nggak terduga. Oke cuuuzzzzz ke episode 8!!

Oh iya! Warning : ada kissue di episode 8. Jangan baper ya lagi puasa, hehe....


Min, Se Yeon, dan Hee Jin akhirnya menemukan Panti Jompo Su Gyeong. Namun mereka terlambat karena Ibu Hee Jin sudah terlanjur dibawa pergi oleh Ji Wook. Se Yeon menemukan suntikan dengan bekas noda darah di ruang rawat ibu Hee Jin.


Mereka pun mengejar mobil Ji Wook. Keduanya sama-sama menggunakan kecepatan tinggi. Ji Wook menyuruh Ibu Hee Jin untuk berpegangan. Aluh-alih takut, ibu Hee Jin justru sangat senang Ji Wook ngebut.

Se Yeon menunjuk mobil Ji Wook di depan. Dia menyuruh Min mengemudi lebih cepat.(Se Yeon nih nggak ada takut-takutnya. Min udah auto ngebut tapi masih disuruh tambah cepet).


Mobil Ji Wook tidak terlihat lagi ketika mereka melalui terowongan. Namun begitu terowongan berakhir, mobil Ji Wook kembali terlihat. Tapi yang tidak mereka sangka, mobil itu seperti sengaja dibelokkan ke tebing hingga berguling beberapa kali dan akhirnya meledak.


Ketiganya syok menyaksikan hal itu, terutama Hee Jin. Dia berteriak histeris memanggil ibunya.


Beberapa saat kemudian, mobil polisi dan ambulans datang ke sana. Min mencoba menenangkan Hee Jin yang menangis.


Sementara Se Yeon di datangi oleh Dong Cheol. Dong Cheol bilang mereka tidak menemukan jasad satupun di dalam mobil. Polisi masih berusaha menyisir area kecelakaan. Se Yeon merasa itu mustahil karena mereka jelas-jelas melihat sendiri ada dua orang di dalam mobil tersebut.


Ternyata Ji Wook dan Ibu Hee Jin entah bagaimana keluar dari mobil yang jatuh. Atau memang mereka keluar sebelum mobil jatuh. Saat ini mereka berada di sebuah rumah di tengah hutan. Pemilik rumah yang seorang nenek buta, menyiapkan makanan untuk mereka. Ibu Hee Jin yang terlihat terganggu jiwanya, makan dengan lahap.


Ji Wook menatap tangannya yang terluka. Dia lalu meminta maaf pada nenek karena datang mendadak dan merepotkan nenek.

"Astaga jangan bilang begitu. Kamu selalu diterima di sini." Nenek menggenggam tangan ibu Hee Jin. "Pasti sulit tetap waras setelah mengalaminya. Pengalaman tragis yang kami lalui karena anak kami tewas dalam kecelakaan.... Tak ada tahu rasanya kecuali mengalaminya. Aku harus merawatnya karena bernasib sama. Siapa lagi yang bersedia? Aku senang kamu membawanya kemari. Kamu berbuat benar. Sungguh."

"Tolong jaga dia beberapa hari hingga kutemukan rumah sakit untuknya," pinta Ji Wook.

Nenek mengiyakan.


Dong Cheol memeriksa rekaman black box mobil Cha Min. Dia membenarkan ucapan Se Yeon kalau didalam mobil itu memang ada orang.

"Bagaimana bisa hilang dari mobil yang hancur lebur oleh ledakan?"

"Itu yang aku katakan. Bagaimana mobilnya? Sudah periksa pelatnya? tanya Se Yeon.

"Kendaraannya tidak terdaftar."

"Pasti ada kamera pengawas," ucap Se Yeon sambil berjalan hendak pergi. Dong Cheol menahan tangannya.

"Mi Do tunggu. Saat ini yang penting bagiku bukan kasus ini. Kenapa kamu terus mencampuri kasus?"

"Apa?"


"Saat ini kamu menyembunyikan sesuatu dariku kan?"

Se Yeon terdiam.


Di Lembaga Permasyarakatan Korea alias penjara, Oh Yeong Cheol mengambil Abyss yang dia simpan di loker.


Dia ingat saat mengubur ibu kos bersama Abyss dan tiba-tiba ibu kos hidup kembali. Oh Yeong Cheol tertawa.


Dia lalu mencekik seorang narapidana yang ada disana. Beruntung seorang petugas datang dan menghentikan Oh Yeong Cheol. Dia masukkan lagi ke selnya. Dasar psikopat, dia malah tertawa-tawa.


"Kalian pikir bisa menghentikanku? Kalian tidak bisa menghentikanku. Aku Oh Yeong Cheol adalah dewa!"

"Tidak peduli seberapa terhormatnya kamu di luar kurungan. Saat ini kamu hanya bisa menunggu hari kematianmu dalam sel itu. Paham?" ucap petugas. "Diam dan bertobatlah!"


"Kita lihat apa itu benar." Oh Yeong Cheol menunjukkan bola Abyss. "Lihat ini! Lihatlah bola terang ini!"

Tentu si petugas tidak melihatnya. Dia tersenyum sinis dan menyuruh Oh Yeong Cheol menyimpan saja ide gilanya, lalu pergi. Oh Yeong CHeol masih terpesona dengan Abyss. "Aku bisa menghidupkan orang dengan ini. Dan yang bisa memakai dan melihatnya hanya orang yang dihidupkan kembali. Saat mereka dihidupkan kembali, mereka tampak sangat berbeda."


Ji Wook memeriksa berkas lalu menyerahkannya pada asistennya. Asistennya bercerita kalauOh Yeong Cheol membuat keributan di penjara dengan berusaha membunuh napi lain dan mengaku dirinya dewa. Dia rasa mental Oh Yeong Cheol tidak stabil. Bagaimana kalau dia bunuh diri?

"Dia pria yang cerdas. Aku yakin dia hanya berusaha sekuat tenaganya. Aku ragu dia bunuh diri semudah itu. Namun, karena dia terus membantah tuntutan dan mengubah kesaksiannya, kita mungkin harus selidiki lebih lanjut," ujar Ji Wook.

Asistennya heran. "Penyelidikan lanjutan?"

JI Wook mengangguk."Kurasa kita harus periksa TKP untuk memastikan barang bukti. Minta polsek yang bertugas untuk melanjutkan."

"Baik."


Setelah asistennya pergi, Ji Wook mengambil kotak biru yang waktu itu. Di dalamnya ada foto Oh Yeong Cheol, Ibu Hee Jin, dan dua anak kecil yang sepertinya Ji Wook dan Hee Jin.


Flashback

Ji Wook mengunjungi Oh Yeong Cheol di penjara.

"Dilihat dari ekspresimu, sepertinya kamu sudah menerima hadiahku. Tapi kenapa bersedih? Aku yakin ini mengingatkan masa lalu. Bukankah menyenangkan?"

"Kamu mau apa dariku?" tanya Ji Wook.

"Aku ingin kesepakatan."

Ji Wook tersenyum sinis."Kamu pikir aku mau buat kesepakatan denganmu? Kamu berkhayal."

"Jika kamu ingin menjaga status sosial dan hidup sebagai putra Seo Cheon Sik, sebaiknya kamu dengarkan aku. Kamu melihat Su Jin (Hee Jin) kan? Dia tumbuh menjadi wanita cantik sama seperti ibunya. Jang Sun Young membawa nasib sial, tapi dahulu dia sangat cantik. Benar kan?"
"Apa maksudmu?"

"Dia masih hidup. Jang Sun Young. Aku menyembunyikannya di tempat yang tidak diketahui. Aku ingin kamu menjaganya untuk sementara. Aku butuh Su Jin untuk mendapatkan apa yang ku inginkan. Dan agar gadis itu mau ikut serta, aku butuh Jang Sun Young tetap hidup."

"Apa yang kamu coba dapatkan? Tidak akan mengubah apapun. Kamu akan dihukum paling sedikit seumur hidup atau hukuman mati."

Oh Yeong Cheol mendekatkan wajahnya ke Ji Wook. "Aku tidak akan mati. Aku mendapat cara olos dari maut bahkan saat aku dibunuh. Satu hal lagi. Jal*ng kecil yang tidak mati walau sudah kubunuh, aku harus menyingkirkannya. Go Se Yeon juga tahu." Oh Yeong Cheol menunjukkan Abyss yang tentu saja Ji Wook tidak bisa melihatnya.



"Bola ini. Dia tahu soal kekuatan luar biasa bola ini," ucap Oh Yeong Cheol yang tentu saja membuat Ji Wook tidak mengerti. "Jadi kamu harus membantuku demi dirimu sendiri," sambung Oh Yeong Cheol. "Tak ada orang di dunia yang bisa hentikan kita sekarang."

Flashback end



Ji Wook terdiam sejenak. Lalu dia mengatakan hal yang kejam. "Gawat jika dia masih hidup," ucapnya dengan seringaian kecil di bibirnya.


Hee Jin termenung sendirian di ruang tamu. Se Yeon datang membawakannya bubur tapi dengan gaya cuek dan sok tidak peduli seperti biasanya.

"Itu,,, aku membelinya bukan karena peduli atau mencemaskanmu. Kebetulan tempat yang menjual bubur satu arah kemari."

Hee Jin tampak tidak peduli. Se Yeon membujuknya untuk makan karena dia belum makan sejak kemarin.

Bagaimana Hee Jin bisa makan. Dia bahkan tidak tahu ibunya masih hidup atau tidak. Se Yeon yang merasa ibu, duduk di samping Hee Jin. Menurutnya Hee Jin harus makan agar dia punya energi untuk mencari ibunya.

"Kamu mau diam saja dan terus menangis?"

"Bagaimana jika dia membunuh ibuku juga?"


Hee Jin menangis. Se Yeon memeluknya untuk menenangkannya. "Tidak akan. Dia tidak bisa membunuhnya. Dia pasti sudah membunuhnya jika itu yang dia inginkan. Dia memindahkannnya karena tahu kita akan datang. Aku yakin dia tidak akan membunuh hingga meraih tujuannya. Jadi jangan menangis, Hee Jin! Kuatkan dirimu agar kita menemukan ibumu sebelum ditangkap."

Se Yeon beranjak untuk mengambil minuman untuk Hee Jin.


Hee Jin mendapat pesan dari nomor tidak di kenal. Tapi jelas itu dari Ji Wook.

"Jika ingin mencari ibumu, sebaiknya patuhi kata-kataku."

"Ibuku tidak apa kan?" tulis Hee Jin.

"Itu tergantung keputusanmu."

"Aku akan lakukan apa saja. Tolong jangan bunuh ibuku."

"Kamu sedang bersama Ko Se Yeon?"



Hee Jin terdiam. Dia memandang ke arah dapur dimana Se Yeon berada. Se Yeon datang membawa minuman sambil bertanya kapan Min akan kesana. Hee Jin langsung menyembunyikan ponselnya.

"Entahlah. Katanya akan segera kemari," jawab Hee Jin.

"Makanlah buburnya. Tidak enak kalau sudah dingin," ujar Se Yeon.


Se Yeon mendapat telepon dari firma hukum Park & Jang. Dia disuruh cepat kembali ke kantor karena ada wanita yang bersikeras mengaku sebagai Lee Mi Do. Se Yeon kontan panik dan serta merta berdiri.

"Apa? Jangan biarkan dia masuk. Dia wanita aneh. Tolong usir dia! Aku akan segera kesana." Se Yeon menyuruh Hee Jin menghabiskan makanannya lalu buru-buru pergi.


Begitu Se Yeon pergi, Hee Jin langsung mengambil ponselnya. Dia memantapkan hatinya lalu membalas pesan Ji Wook.

"Aku tahu tempat tinggal Ko Se Yeon."

Mi Do yang asli digotong keluar oleh wanita yang waktu itu menyambut Se Yeon dan Min di firma hukum itu. Dia bersikeras kalau dia Lee Mi Do dan menujukkan surat-surat yang menunjukkan identitasnya. Tapi dia malah dikira memalsukan dokumen. Mi Do menghubungi Dong Cheol untuk membuktikan dirinya memang Mi Do.


Mi Do : Halo, Oppa!

Dong Cheol : Halo. Siapa?

Mi Do : Ini aku, Mi Do. Lee Mi Do! Ratu pesta di Hoenggye-ri Nampyeong-eup, Lee Mi Do!! Oppa! Ada masalah genting di sini. Datanglah ke firma hukum sekarang membawa pemindai sidik jari.

Dong Cheol : Maaf. Berhenti mengerjaiku dan semua omong kosong ini atau kamu akan ditahan.

Mi Do kesal karena Dong Cheol mematikan teleponnya. Dia berencana menghubungi polisi lain tapi petugas keamanan menyeratnya pergi. Mi Do melepaskan diri dan bilang akan pergi sendiri. Tapi sebelum pergi, dia minta ijin untuk menelepon sebentar.


Mi Do masuk sebuah ruangan sendirian. "Kita lihat apa Oppa masih bisa menolak saat mendapat ini." Mi Do mengetik pesan untuk Dong Cheol.

Dong Cheol membaca pesan dari Mi Do. "Astaga wanita ini."

"Kamu masih punya tanda lahir di bok*ng kan?"



Dong Cheol langsung melotot membacanya.

"Datanglah dalam 30 menit dengan pemindai sidik jari. Atau aku akan sebarkan foto tanda lahir itu. Paham?"

Dong Cheol panik. Detektif Choi bertanya kenapa. Pasti terjadi sesuatu. Dong Cheol bergumam apa dia perbuat saat mabuk. Lalu dia meminta diambilkan pemindai sidik jari. Dia juga menyuruh detektif Choi memeriksa apa ada tanda lahir di bok*ngnya.

"Apa ini lebam? Apa ini?" tanya detektif Choi.


Se Yeon buru-buru masuk ke firma hukum. Dia bertanya apa orang yang menirunya berhasil diusir.

"Tidak. Dia masih di sini."

Apa?" kontan Se Yeon menutupi wajahnya dengan tangan.

"Dia aneh."

"Benar. Aneh sekali. Dia mirip aku kan?"



Staff wanita menunjuk ruangan dimana Mi Do berada. Se Yeon berlutut dan mengintip Mi Do dari luar. Mi Do sendiri sedang bercermin mengamati perubahan hidung dan matanya.

"Aku masih mirip Lee Mi Do yang lama. Kenapa tidak ada yang kenal?"


Se Yeon memasang wajah mencemooh. Karena orang yang di dalam tidak mirip dirinya, kepercayaan diri dan ketengilan Se Yeon kembali. Dia berdiri dan menendang pintu pelan agar terbuka.


Mi Do terbelalak melihatnya.

Bersambung ke Abyss episode 8 Part 2




1 komentar

Ngakak😂😂😂


EmoticonEmoticon