Sinopsis One Spring Night Episode 5 Part 2

Drama Korea
One Spring Night
Episode 5 Part 2


Sumber konten dan gambar : KBS 2


Jung In melihat masker yang dia beli di apotek saat tidak sengaja kepergok Ji Ho. Dia tersenyum lalu memakai masker itu. Jae In berkomentar kalau selebritis saja tidak memakai itu di dalam ruangan.

"Kenapa ada gambarnya?" tanya Jae In.

Jung In melepas maskernya. "Untuk anak-anak. Aku salah beli."

"Kamu tidak suka pada anak-anak."

"Kenapa aku tidak suka?"

"Atau Seo In yang benci?"

Jung In memberitahu kalau Seo In tahu Jae In di Korea. Jae In menggerutu kalau kakak-kakaknya selalu membicarakannya di belakangnya.

"Hei! Bersyukurlah kami belum bilang ke Ibu dan Ayah. Kapan mau menemui Eonni?"

"Saat tak ada Shi Hoon."

Jung In bertanya kenapa Jae In tidak pernah menyukai Shi Hoon.

"Tidak suka saja. Orang memang begitu. Ada yang kamu benci atau suka tanpa alasan yang jelas."

Jung In tampak memikirkan ucapan adiknya. Ponselnya bergetar. Ada pesan dari Ji Ho.

"Terima kasih bukunya dan bersikap sebagai teman."



Jung In tersenyum membacanya. Diam-diam Jae In memotretnya.

"Kamu suka pada Gi Seok ya? Kamu lihat senyumanmu tadi?"


Jae In menunjukkan hasil jepretannya dan tertawa.


Jung In memakai pelembab di wajahnya. Dia lalu tersenyum.

Shi Hoon baru sampai di tempat kerjanya. Salah seorang pegawainya memberikan surat pemberitahuan soal sewa bulan ini. Shi Hoon mengambil surat itu lalu masuk ke ruangannya. Dia tampak menelepon rekannya yang pengacara perceraian.

Shi Hoon bertanya rumahnya bisa dia apakan. Propertinya atas nama Seo In juga. Akankah sulit menjualnya? 

Temannya bilang itu tidak rumit. Memangnya Shi Hoon mau bercerai. Shi Hoon beralasan kalau dia akan pindah ke rumah yang lebih besar. Dia mau menjualnya sendiri karena istrinya sibuk.


Seo In menghadap atasannya. Katanya akan ada acara baru yang tayang bulan depan dan Seo In akan jadi pewarta tunggal. Target usia penontonnya adalah pria dan wanita paruh baya. Menurutnya Seo In punya kesan ramah dan bersih.

Seo In sepertinya bimbang. Atasannya bilang kesempatan seperti ini jarang.

"Aku tahu."

"Lalu kenapa muram?"

"Bukan begitu. Ini begitu tiba-tiba."

"Kesempatan memang begitu. Hanya untuk mereka yang siap."


Seo In masuk ke ruangan wardrobe dan terlihat galau. Dia mendapat telepon dari agen real estate yang bertanya kalau apartemen Seo In digunakan sebagai jaminan untuk utang kepada pihak bank, jadi.Seo In membenarkan. Pihak real estate menanyakan berapa harga yang Seo In mau untuk menjual unit apartemennya. Seo In bilang akan membahasnya dengan suami lebih dulu.


Seo In menatap dirinya di cermin. Dia tampak gundah dan frustasi.


Young Joo mencari Jung In di perpustakaan dan menemukannya sedang menyusun buku di rak. Dia terus menatap Jung In.

"Ada apa?"

"Si apoteker itu."

"Apa maksudmu?"

"Lantai tiga. Kenapa bohong soal dia?" cecar Young Joo.

"Aku tidak bohong."

Young Joo merebut  buku di tangan Jung In. Jung In mengambinya kembali. "Kamu ini sedang apa?"


"Kutanyakan sendiri padanya saat pulang," ancam Young Joo lalu segera pergi. Jung In buru-buru mengejarnya. Dia menarik Young Joo di tangga.


"Apa?" tanya Young Joo sambil tersenyum menang.

"Hei! Dia hanya alumnus kampus Gi Seok."

"Kenapa kamu malah sembunyi-sembunyi?"

"Aku tidak ingin kamu membesar-besarkannya," ujar Jung In.

"Kamulah yang berlebihan."

"Apa maksudmu?"

"Sudah kuduga ada sesuatu."

"Bukan seperti dugaanmu."

"Apa yang tidak seperti dugaanku?"

Jung In menatap temannya. "Kami setuju berteman," akunya. "Sungguh hanya teman. Tidak ada salahnya."

Gantian Young Joo yang menatap Jung In serius. "Sebab hanya bisa begitu? Astaga Lee Jung In. Kamu daam masalah besar. Itu tidak benar." Young Joo tengok kanan kiri. "Lupakan bahwa aku tahu," katanya lalu pergi.


Ji Ho sedang memeriksa obat-obatan. Hye Jung memberitahunya kalau dia kedatangan tamu. Ternyata Gi Seok.


Ji Ho bertanya kenapa Gi Seok kesana.

"Beli obat. Untuk apa lagi aku ke apotek? Kamu akan melayani aku ramah sebab kamu kenal aku."

"Ada yang bisa kubantu?"

"Kamu punya sesuatu untuk meredakan stress? Pacarku mudah marah akhir-akhir ini. Bisa sarankan beberapa vitamin untukku? Punya obat untuk para lansia. Aku mau itu juga."


Ji Ho manggut-manggut dan meminta Gi Seok menunggu.

Begitu berbalik, Ji Ho menghela nafas.Ye Seul, pegawai apotek, mempersilahkan Gi Seok untuk duduk. Gi Seok bilang pada Ji Ho kalau harga bukan masalah, jadi sarankan obat yang bagus. Dia lalu tertawa.



Ji Ho tersenyum mengiyakan. Tapi saat berbalik, wajahnya tampak tidak nyaman. Kok aku ngerasanya Ji Ho agak kesal gitu. Dia kayak setengah hati ngelayanin Gi Seok,


Ji Ho mengantar Gi Seok ke parkiran dan menawarinya makan malam dulu.

"Aigoo! Lebih cepat aku meminta maaf lebih baik. Hubungan kami mulai meredup," curhat Gi Seok.

"Kenapa?"

"Hah! Aku tidak tahu. Mungkin karena kami membahas soal pernikahan."

"Kamu akan menikah?"

"Sebentar lagi. Kami pernah kencan."

"Selamat."

"Belum. Masih terlalu dini. Pemikiran ini baru muncul. Terima kasih atas obatnya juga diskonnya. Kamu yakin tidak rugi?"

Ji Ho tidak masalah. Gi Seok mengajaknya bercengkerama selain di lapangan basket lain kali atau minum dengan Hyun Soo. Dia yang traktir. 


Ji Ho pamit pulang pada rekan kerjanya. Mereka mengomentari wajah Ji Ho yang murung.

"Mereka lulusan kampus yang sama kan" tanya Hye Jung pada Ye Seol.

"Ya. Sikapnya berbeda sejak pria itu datang ya?

"Ya benar."

"Dia memberinya diskon. Mereka tampak akrab."

Hye Jung mengenal semua sahabat Ji Ho tapi belum pernah melihat Gi Seok. "Aneh," katanya.

"Apanya?"

"Suasana hati Ji Ho tidak pernah berubah begitu."


Ji Ho pulang berjalan kaki. Dia melewati kafe tempat dia dan Jung In mendeklarasikan pertemanan mereka. Ji Ho sempat berjalan begitu saja namun kemudian kembali dan masuk ke kafe.


Dia memesan segelas kopi. Wajahnya tampak galau. Dia menatap keluar jendela dengan pandangan sendu. 


EmoticonEmoticon