Drama Korea
Dan, Only Love
Dan, Only Love
Episode 3 Part 1
Hujan masih mengguyur malam. Lonceng di gereja terus berdentang.
"Seandainya malaikat bisa menyesal, satu-satunya penyesalanku adalah hari itu."
Kim Dan menghentikan waktu dan terbang mendekati mobil Yeon Seo yang melayang di udara. Dia menatap Yeon Seo yang tidak sadarkan diri.
Pintu di gereja tertutup. Dan mengembalikan mobil Yeon Seo ke tengah jalan.
"Aku seharusnya tidak melakukan itu."
Dan menyentuh wajah Yeon Seo. Lonceng gereja kembali berdentang dan mengejutkan Dan.
Dan melotot memandangi tangannya yang baru saja menyentuh Yeon Seo. Dia lalu menatap langit.
"Aku tidak seharusnya menyelamatkannya. Aku tidak seharusnya melakukan itu."
Langit mulai bergemuruh. Dan panik dan menatap langit. Tiba-tiba kilat menyambar tubuhnya. Dan menghilang dan terlempar ke depan gereja. Dia segera bangkit dan mencoba membuka pintu, tapi sia-sia. "Tidak. Sia*an!"
"Kamu terlambat," ucap dewa Hoo. Dan menoleh ke arahnya. "Aku memberimu peringatan terakhirku," lanjut dewa Hoo dengan wajah marah.
Sebuah mobil melewati jalan tempat kecelakaannya Yeon Seo. Seseorang turun dari mobil. Ternyata Kang Woo. Dia segera melaporkan kecelakaan itu ke petugas. Dia lalu menghampiri mobil itu. Kang Woo tertegun melihat Yeon Seo yang berlumuran darah.
Yeon Seo mengulurkan tangannya yang bersimbah darah. "Paman Jo. Tolong jawab aku! Aku takut."
Kang Woo menggenggam tangan Yeon Seo. Yeon Seo bertanya siapa dia. Kang Woo meyakinkannya kalau Yeon Seo baik-baik saja. Semuanya baik-baik saja. "Aku di sini." Yeon Seo pingsan. "Nona Lee Yeon Seo ssi."
Pintu gereja terbuka sendiri. Dan mengikuti dewa Hoo yang masuk lebih dulu. Tiba-tiba gereja itu berubah menjadi terang benderang.
Dan mengedarkan pandangannya. "Ini tempat dimana aku akan menghilang seperti asap.... dan debu," ucap Dan pasrah.
Dewa Hoo berbalik menghadap Dan. Dia meminta Dan mendengarkannya."
Tiba-tiba kaki Dan lemas dan dia jatuh bersimpuh. Dewa Ho melihat cahaya di atasnya. Dia mendapat pesan dari langit.
"Malaikat hanyalah utusan dewa. Kamu seharusnya tetap tidak terlibat. Malaikat Dan! Kamu sering mengaburkan garis dan melampaui batas. Bagaimanapun, aku berharap bahwa kamu belajar melakukan dengan baik. Terlepas dari harapanku, kamu sudah membuat dirimu terlibat dalam kehidupan manusia. Hukuman untuk malaikat adalah,, dengan segera menghilang. Oleh karena itu, Malaikat Dan akan menghilang sekarang." Dan memejamkan matanya bersiap menerima hukuman. Lilin-lilin di gereja mati.
Petugas sudah mengevakuasi Yeon Seo dan Pak Jo. Saat ini, Yeon Seo sedang di operasi. Kang Woo menungguinya di luar.
Wajah Dan nelangsa. Dia seperti ingin menangis. Gereja sudah kembali seperti semula.Dewa Hoo yang berdiri di depan Dan bertanya apa yang sedang Dan lakukan. Dan membuka matanya. Dia melihat sekeliling lalu menatap dewa Hoo.
Seketika Dan memegang tubuhnya sendiri.
"Hah! Aku tidak dilenyapkan? Bagaimana? Kenapa?"
"Mulai sekarang, kamu bukan lagi malaikat Dan. Kamu akan jadi manusia bernama Kim Dan. Ini kesempatan terakhir dari kesempatan terakhirmu.
Dewa Hoo bilang ada banjir doa yang dipikirkan untuk melindungi binatang, dan orang-orang yang Dan bantu, dianggap pembangkangan. "Haruskah aku menyelamatimu untuk ketidakpatuhanmu? Ataukah haruskah aku menghukummu untuk karena menciptakan kekacauan besar? Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan padamu, Bod*h!" Dewa Hoo menoyor kening Dan. Dia tertawa. Dan berterimakasih padanya. Dia berteriak ke atas dan berterimakasih
Dewa Hoo menjelaskan kalau Dan punya waktu 100 hari. Dia hampir tidak berhasil mendapatkan 100 hari itu untuk Dan. Dan harus berhasil melakukan misi dalam 100 hari agar pintu kembali terbuka. Tidak bisa lebih dari 100 hari.
Dan berjanji akan melakukan apapun. Kalaupun Dewa Hoo ingin dia pindah ke gunung atau mengarungi lautan, itu bukan masalah. Jika dia diminta untuk mendapatkan setiap helai bulu, Dan akan melakukannya. "Apa misiku?" tanya Dan penuh semangat."
"Cinta."
Dan heran mendengarnya.
Penutup mata Yeon Seo di buka. Samar-samar dia melihat Runa, Ni Na, Pak Kim, dan Bu Choi. Tidak ada Pak Jo di sana. Meski bisa melihat lagi, tapi wajah Yeon Seo tampak murung.
***
"Kamu ingin aku menemukan cinta? Untuk siapa?" tanya Dan.
Dan menghalangi cahaya matahari dengan tangannya agar tidak menyilaukan matanya. "Wah! Itu melukai mataku." Dan tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
Dia berbalik dan takjub melihat bayangannya di tanah. Dia terlihat bahagia seperti anak kecil yang diberi hadiah ulangbtahun.
Tiba-tiba seorang anak kecil menabraknya. Anak itu lalu meminta maaf. Dan yang sebelumnya tidak pernah di sapa manusia, kecuali Yeon Seo, awalnya tertegun. Tapi dia mencoba membiasakan diri.
"Tidak apa-apa," ucapnya pada anak itu. Anak itu memuji Dan sebagai orang baik lalu berlari pergi.
"Orang?" Dan melongo. "Benar! Aku seorang manusia sekarang." Dan tersenyum senang.
Dia mendongak dan menangkap selembar daun yang jatuh. Tertulis pesan di sana. Rumah Sakit Gildam, Ruang 502.
"Cinta? Itu tidak sulit sama sekali. Aku akan menemukannya. Aku akan mendapatkan seluruh paket dengan kepercayaan dan harapan. Ya!" Dan memberi hormat pada langit.
Yeon Seo melakukan hal yang hampir sama dengan Dan. Dia menghalangi matanya dari cahaya matahari.
"Bagaimana? Kamu bisa melihat dengan baik?" tanya Pak Kim.
"Matahari terbenam, cantik bukan? Semesta pasti memberikan kita satu untuk merayakan kembalinya pengluhatanmu," ujar Ni Na sambil tersenyum. Dia tampak terharu. Bu Choi tampaknya tidak senang melihat Yeon Seo pulih.
Tiba-tiba telinga Yeon Seo berdenging. Dia teringat ucapan Pak Jo sebelum kecelakaan itu. Pak Jo memuji kecantikan matahari terbenam seperti halnya Ni Na. Yeon Seo juga ingat saat Pak Jo meminta Yeon Seo berpegangan erat.
Yeon Seo memegangi kepalanya. Dia mendapat kilasan-kilasan sebelum kecelakaan. Hanya Ni Na yang terlihat khawatir melihatnya.
Ru Na mendekati Yeon Seo. Dia meminta Yeon Seo berbaring. Yeon Seo memegang tangan Ru Na dan bertanya kenapa Ru Na memakai pakaian hitam. Ru Na tidak menjawab.
"Bagaimana dengan Pak Jo?" Tanya Yeon Seo lagi.
Beberapa saat kemudian, semua orang keluar dari ruang rawat Yeon Seo. Di dalam, Yeon Seo berteriak histeris. "Bawa Pak Jo padaku!!!"
"Ough!! Dia benar-benar gila," umpat Bu Choi.
"Sayang. Kamu terlalu kasar pada gadis yang sedang sakit," ucap Pak Kim.
"Terlalu kasar? Aku? Lihat bagaimana dia memperlakukan kita! Dia masih saja memandang rendah kita. Kita tidak membunuh Pak Jo. Apa aku membunuhnya?" Bu CHoi mengipasi dirinya dengan tangan. Aku satu-satunya yang kaget dengan donasi kornea."
"Sayang..."
"Ayo pergi! Kita harus melakukan tugas kita."
Ni Na meminta mereka pergi tanpa dirinya. Dia akan tetap di sana bersama Yeon Seo. Pak Kim tersenyum, tapi Bu Choi tidak setuju dan menarik tangannya mengajaknya pulang. Ni Na kan sudah dipermalukan dua hari lalu. Ni Na bilang dia mengerti perasaan Yeon Seo.
"Dia pasti bingung dan takut. Fakta bahwa dia bisa melihat lagi, dan kematian Pak Jo. Aku tidak akan bisa melaluinya kalau aku jadi dia."
Ru Na merangkul Ni Na. Menurutnya, mereka harus memberi Yeon Seo waktu untuk menerima apa yang terjadi. Dia sudah meminta staf untuk menjaganya. Jadi Ni Na tidak perlu khawatir. Akhirnya Ni Na bersedia pulang.
Bu Choi menepuk dadanya. "Aku tidak tahu bagaimana aku melahirkan anak yang lembut seperti Ni Na." Pak Kim bilang Ni Na itu seperti dirinya. Dia berhati lembut. Bu Choi menatapnya sinis. Pak Kim meminta Bu Choi pulang duluan karena dia ingin di pemakaman lebih lama. Bu Choi tentu memprotesnya. Tapi Pak Kim kasian karena Pak Jo tidak punya keluarga. Bu Choi tidak habis pikir dengan suaminya.
Dan pergi ke Rumah Sakit Gildam.
Yeon Seo berjalan di lorong rumah sakit sambil berpegangan pada tembok. Penglihatannya masih samar. Dia ingin melihat Pak Jo dengan matanya sendiri. Dia tidak akan percaya sebelum melihatnya sendiri.
Dan menekan tombol lift. Pintu lift terbuka. Beberapa orang keluar dari sana. Ketika Dan hendak masuk, dia terkejut mendapati Yeon Seo keluar dari lift.
Yeon Seo melewati Dan begitu saja. Dan terus memperhatikannya. Tiba-tiba jantung Dan berdetak sangat keras. Dia memegangi dadanya. "Apa itu?" Dan menekan tombol lift lagi karena tadi keburu tertutup
Seorang pria berkacamata minum banyak di pemakaman Pak Jo. Pak Kim menghampirinya dan merebut botol minuman dari tangannya. Dia meminta Pak Park untuk tidak minum terlalu banyak.
Pak Park menangis mengingat semua kebaikan mendiang Pak Jo. Pak Kim menenangkannya. Dia menuangkan minuman untuk Pak Park. Mereka tidak bisa menyalahkan siapapun. Setiap orang pada akhirnya akan mati. Pak Jo melakukan perbuatan yang baik. Jadi Pak Jo sekarang pasti ada di tempat baik.
"Ayo kita mengingatnya."
Pak Park menatap foto Pak Jo. "Aku akan mengingat semuanya. Jadi, kamu bisa melupakan segalanya sekarang. Ketakutan, hal-hal kejam yang kamu alami, dan saat-saat ketika kamu disalahkan. Lupakan semuanya dan beristirahatlah dengan tenang."
Pak Kim tertegun. "Dipersalahkan? Apa maksudmu Pak Park?"
Pak Park tidak sempat menjawab karena dia keburu pingsan.
Yeon Seo sampai di depan pemakaman Pak Jo. Kim Dan ternyata mengikutinya di belakang. Dia masih saja memegangi dadanya. Yeon Seo mendengar obrolan empat balerina yang baru saja melayat.
"Aku merasa sedih dengan apa yang menimpa Pak Jo. Dia dimanfaatkan. Yeon Seo dan ayahnya memperlakukannya seperti budak. Dia bahkan memberikan korneanya. Kalian dengar itu?"
"Mungkin seseorang menyebabkan kecelakaan itu dengan sengaja."
"Astaga! Itu gila! Tapi siapa? Dan untuk apa?"
"Itu yang aku tidak tahu. Tapi dia sudah menyelesaikan semua tes dan bahkan memilih penerimanya lebih dulu. Dan aku dengar, Lee Yeon Seo tahu tentang itu."
"Tidak mungkin."
Entah apa yang dirasakan Yeon Seo saat mendengarnya. Para balerina terkejut waktu melihatnya. Yeon Seo melewati mereka begitu saja. Dia masuk ke dalam dan bertemu Miss Jung.
Kim Dan menatap foto Pak Jo. "Seperti bagaimana cahaya mengikuti kegelapan, dan bagaimana kebaikan dan kejahatan hidup berdampingan, tidak akan ada kehidupan tanpa kematian."
Bersambung ke Dan, Only Love episode 3 part 2
EmoticonEmoticon