One Spring Night Episode 1-2

Drama Korea Terbaru
One Spring Night
Episode 1 
Sumber konten dan gambar : MBC


Pemeran :

  1. Han Ji Min sebagai Lee Jung In
  2. Jung Hae In sebagai Yoo Ji Ho
Episode awal sebagian besar pengenalan karakter. Jadi untuk episode 1 ini hanya aku buat satu bagian aja. Untuk episode selanjutnya belum tahu mau jadi berapa part, hehe.... Lets enjoy this one!


Sepulang kerja, Jung In bermain ke apartemen sahabat sekaligus rekan kerjanya di perpustakaan, Song Young Joo. Mereka makan dan minum bir. Pacar Jung In, Gi Soek sempat menelepon dan memberitahukan kalau dia besok ada permainan basket dengan alumnus universitasnya dulu. Melihat gaya pacaran Jung In dan Gi Soek yang tidak ada romantis-romantisnya, Young Joo mencibir kalau mereka seperti pasangan paruh baya. Dia yang jomblo bahkan tidak pernah merasa iri pada hubungan mereka.

Keesokan harinya, para alumnus bermain basket di gymnasium. Yoo Ji Hoo, sang apoteker, tampak paling menonjol dalam permainan dan beberapa kali memasukkan bola. Sayangnya dia harus pulang lebih dulu setelah mendapat sebuah pesan teks. Dia berpapasan dengan Gi Soek yang baru datang. Temannya memperkenakan mereka berdua.


Karena terlalu banyak minum, Jung In ketiduran hingga pagi dan terbangun karena dering ponselnya. Dia bergegas bangun dan pergi dari apartemen Young Joo karena hari ini dia kebagian shift lebih awal.


Kepala Jung In terasa pusing akibat mabuk. Dari dalam apotik, Yoo Ji Hoo tampak memperhatikan Jung In yang berpegangan pada pohon di pinggir jalan. Jung In masuk ke apotek dan meminta obat pereda pengar. Yoo Ji Hoo mengambilkannya bahkan membukakan tutup botolnya.


Jung In merapikan rambutnya lalu meminta karet gelang pada Ji Hoo. Ji Hoo memperhatikan Jung In menguncir rambutnya.

Saat akan membayar, ternyata dompet Jung In tertinggal di apartemen Young Joo. Dia meyakinkan Ji Hoo kalau dia akan kembali untuk membayarnya. Dia meminta nomor ponsel Ji Hoo. Awanlnya Ji Hoo merasa itu tidak perlu. Kalau mau bayar, Jung In tinggal kembali saja. Tapi akhirnya dia menyebutkan nomor teleponnya. Hanya sekali sebut. Dan Jung In pun tidak langsung mencatatnya.


Jung In keluar dari apotek dan menunggu lampu merah menyala. Ji Hoo ikut keluar dan menghampirinya. Dia meminjamkan Jung In uang untuk bayar taksi. Mereka saling memperkenalkan diri.

Di dalam taksi, Jung In merasa takjub pada dirinya sendiri karena dia ternyata mengingat nomor ponsel Ji Hoo lalu mencatatnya di ponselnya.

Jung In makan siang dengan rekan kerjanya. Rekannya berkata kalau dia ingin bertemu pria yang mencintainya secara tidak terduga.

"Kamu hanya butuh pertemuan pertama untuk terpikat dengan seseorang, seperti takdir," ujar Jung In. Dia juga bilang kalau hubungannya tidak pernah ada masalah. Tapi rekannya menyahut kalau dia tidak ingin berpacaran yang terlalu membosankan. Jung In tampak memikirkannya.


Jung In pulang kerja di antar Gi Soek. Gi Soek membahas pernikahan. Tapi Jung In diam saja. Mungkin karena Gi Soek tidak terdengar serius. Apalagi setelahnya Gi Soek menyarankan Jung In makan bersama Young Joo alih-alih dengannya. Dia beralasan kalau dia masih ada kerjaan. Ya. Gi Soek ini anak pemilik yayasan. Dia bekerja di bank dan selalu sibuk bekerja.

Gi Soek mengantar Jung In ke depan apartemen Young Joo untuk mengambil dompetnya. Setelah itu dia langsung pergi.


Saat akan masuk ke mobil, kebetulan Ji Hoo melihatnya dari balkon apartemennya. Ternyata Ji Hoo tinggal di apartemen yang sama dengan Young Joo.

Di dalam, Ji Hoo bakar daging sambil minum bir dengan kedua temannya. Mereka membicarakan Gi Soek yang sangat beruntung karena terlahir kaya dan juga pacarnya anak dari kepala sekolah. Teman Ji Hoo menawarkan untuk mengenalkannya dengan seseorang. Tapi Ji Hoo diam saja. Wajahnya tampak memikirkan sesuatu.


Jung In pulang ke apartemennya dan terkejut melihat adik perempuannya, Jae In, yang seharusnya sedang di Perancis malah tiduran di luar. Dia pulang ke Korea karena di tangkap sebagai penguntit di Perancis hanya karena dia naksir seorang pria dan mengajaknya menikah. Mereka lalu masuk dan Jung In membuatkan ramen untuk adiknya.


Ji Hoo membereskan bekas botol-botol minuman. Setelahnya dia sandaran di sofa sambil merenung. Dia juga melihat pesan dari Jung In yang meminta nomor rekeningnya. Tapi Ji Hoo hanya membiarkannya. Dia keluar dari apartemen dan pergi entah kemana.

Sebelum tidur, Jung In memeriksa ponselnya dan melihat pesannya untuk Ji Hoo belum di balas.


Ji Hoo ternyata pergi ke rumah orang tuanya. Dia masuk ke kamar anaknya dan mengelus rambutnya hingga anaknya terbangun. Mereka berpelukan melepas rindu lalu bercengkerama.


Gi Soek makan siang dengan ayahnya. Ayahnya memintanya untuk segera menikah. Tapi bukan dengan Jung In. Ayanhnya merekomendasikan putri bungsu dari seorang anggota dewan. Tapi menurut Gi Soek, Jung In adalah wanita yang baik. Ayahnya bersikeras kalau Jung In bukan istri yang cocok untuk Gi Soek.

Ayah Gi Soek mendatangi ruangan ayah Jung In di SMA Suyeong. Dia memberi sinyal kalau dia tidak menganggap hubungan anak mereka serius.


Malamnya, ayah meminta Jung In dan kakak perempuannya yang bekerja sebagai pewarta berita, Seo In makan malam di rumah. Ayah terang-terangan meminta Jung In segera menikah dengan Gi Soek. Tapi Jung In menolak dengan tegas. Dia tidak ingin dipaksa seperti kakaknya. Kakaknya membenarkan.


Pulangnya, Jung In numpang mobil kakaknya. Seo In,  memberitahu Jung In kalau dia akan bercerai dengan suaminya. Jung In mendukung apapun keputusan Seo In. Mereka berpelukan saling memberi semangat. Jung In juga memberitahu kalau Jae In pulang ke Korea dan sekarang ada di apartemennya. hubungan tiga bersaudara ini tampak akur dan hangat.


Ji Hoo bersiap pulang dari apotek. Jung In datang kesana untuk membayar hutangnya.

"Kenapa tidak kirim nomor rekeningmu?" tanya Jung In sambil menyodorkan uang.


Ji Hoo menerima uangnya. "Agar bisa menemuimu sekali lagi.

Jung In diam sejenak. "Boleh minta kembaliannya?"

"Kamu sudah makan malam? Jika belum kita bisa makan dengan ini," ucap Ji Hoo.

"Aku tidak suka makan dengan orang asing."


Ji Hoo tersenyum. "Kamu mengingat nomorku. Kenapa aku jadi orang asing?"

Jung In beralasan kalau ingatannya bagus. "Kamu terlalu percaya diri jika menurutmu lebih dari itu. Kita juga takkan bertemu lagi. Sampai jumpa."

Jung In meninggalkan apotek. Ji Hoo tampak kecewa tapi dia tersenyum.


Di luar turun salju. Jung In tampak hendak berbalik tapi tidak jadi. Ji Hoo sendiri keluar dari apotek mencari Jung In. Tapi mereka tidak bertemu meski sebenarnya dekat.


Jung In mampir ke apartemen Young Joo. Dia keluar karena pengantar ayam sudah di depan. Saat membuka pintu, kebetulan Ji Hoo baru pulang. Dengan percaya dirinya Jung In mengira Ji Hoo menguntitnya. Dia bahkan mengancam akan melapor polisi. Tapi dia terkejut sendiri saat melihat Ji Hoo naik ke atas dan masuk ke salah satu unit apartemen.


Ji Hoo minum sendiri di apartemennya. Duh! Musiknya enak banget. Gimana gitu dengernya. Jung In mengirim pesan pada Ji Hoo. Dia minta maaf atas kesalahpahaman tadi. Ji Hoo tersenyum membacanya.


Young Joo mengantar Jung In masuk taksi. Sebelum masuk, Jung In sempat melihat Ji Hoo yang memperhatikannya dari balkon. Bahkan setelah taksi berjalan pergi, Ji Hoo masih terus memperhatikannya. Dia mengirim pesan pada Jung In.



"Salju turun lebat. Hati-hati di jalan."

"Terimakasih atas perhatianmu," balas Jung In. Ji Hoo tersenyum lagi membacanya. Jung Hae In ganteng banget.

"Lain kali turun salju, kita harus bertemu di luar apotek."

"Kita?" gumam Jung In.


Beberapa saat kemudian, Ji Hoo turun dari apartemen dan berlari menemui Jung In di depan apoteknya, 'Apotek Woori'. Dia sampai ngos-ngosan.

"Tidak perlu berlari."

"Kamu pasti kedinginan." Ji Hoo tengok kanan kiri dan memutuskan kalau apotik tempat terbaik mereka berteduh dari salju. Jung In bilang dia tidak perlu waktu lama karena hanya ingin bilang sesuatu. Tapi kata Ji Hoo di luar dingin.


Mereka pun masuk ke dalam apotek. Ji Hoo membuatkan kopi untuk Jung In. Mereka duduk saling bersisian. Mereka saling diam. Jung In yang akhirnya memulai percakapan.

"Harusnya lewat pesan teks saja. Aku merasa ini kesalahan."

'Aku juga mau bicara, Jung In-ssi."

"Aku punya pacar dan mau menikah."

"Aku sudah punya anak," sahut Ji Hoo cepat.


Jung In menatapnya. "Kamu sudah menikah?"

Ji Hoo menggeleng.

"Lalu? Bukan. Itu tidak membuatmu hina atau semacamnya." Jung In diam sejenak. "Itukah yang ingin kamu katakan?"

"Tentu saja bukan. Kurasa aku akan bilang itu suatu saat. Aku ingin bilang ini. Aku penasaran,,, mengenai kamu orang seperti apa. Aku memikirkanmu sejak melihatmu di sini. Aku bahkan sudah menduga kamu sudah punya pacar. Tapi sekali,,, sekali saja,,, karena itulah aku di sini."

"Bukan itu niatku. Tapi aku malah membuatmu bingung. Aku minta maaf."

"Untuk apa? Memang tidak berakhir lama. Tapi aku senang."

Suasana jadi agak canggung. Memang sudah canggung sih dari awal.

"Ah! Mungkin itu akan membebanimu. Lupakan ucapanku tadi."


Jung In tersenyum. "Mana mungkin." Ji Hoo ikut tersenyum.

"Aku pasti menyulitkanmu," ucap Ji Hoo.

"Tidak juga. Ngomong-ngomong, mari berteman. Jarang bertemu orang seperti ini. jadi kita bisa berteman mulai sekarang."


Ji Hoo terdiam beberapa saat. "Maaf. Tapi aku tidak leluasa menerima hal itu."


Dan pertemuan mereka malam itu berakhir. Jung In pergi lebih dulu meninggalkan Ji Hoo yag duduk menunduk sambil menekan-nekan gelas kopi.

(Hampir sepanjang drama diisi satu lagu. Mana enak banget lagunya. Abis ini langsung hunting tuh lagu)


Jung In pulang ke apartemennya. Dia sepertinya kepikiran Ji Ho. Sebelum tidur, dia memandangi ponselnya. Mungkin sedikit berharap ada pesan dari Ji Hoo. (Begitulah kalau pacaran kelamaan dan terlalu mulus)


Jung In libur bekerja. Jae In membujuknya untuk pergi keluar tapi Jung In ingin beristirahat mumpung libur.



Jae In berdiri dan melihat salju turun di luar. Jung In mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang dibacanya dan menoleh memperhatikan hujan salju. Mendadak dia berubah pikiran dan mengajak Jae In keluar.


Saat sedang menunggu taksi di luar, tiba-tiba Jung in menyuruh pergi dengan teman saja. Tapi saat Jae In tanya kenapa, Jung In merubah pikirannya lagi. Dia akan pergi dengan jae in saja.


Jae In mengajak Jung in ke SMA Suyeong menonton pertandingan basket Gi Seok. Tapi yang tidak Jung In sangka. Ji Hoo juga ada disana ikut bermain. Dia terus memperhatikan Ji Hoo.


Tanpa sengaja Ji Hoo menyenggol Gi Soek hingga jatuh. Dia mengulurkan tangan membantu Gi Soek berdiri. Saat berbalik, Ji Hoo tertegun melihat Jung In. Dia tidak lagi fokus pada permainan seperti sebelumnya meskipun masih tetap mampu memasukkan bola. Pikirannya terbagi antara basket dan Jung In.


Berkali-kali Ji Ho menoleh ke arah Jung In yang bukannya menyemangati pacarnya tapi malah terpaku pada Ji Hoo.


Waktu permainan habis. Gi Soek menghampiri Jung In dan Jae In dari bawah. Jae In dan Gi Soek saling bertegur sapa. Sementara Jung In masih saja melihat ke arah Ji Ho. Ji Ho pun melihat ke arahnya.

Bersambung ke One Spring Night episode 3


1 komentar


EmoticonEmoticon