Abyss Episode 4 Part 1

Abyss
Episode 4 Part 1
Sumber konten dan gambar : TVNx




Min mengejar Hee Jin. Tapi di tengah jalan dia tertabrak pengendara sepeda motor hingga kehilangan jejak Hee Jin. Dia meminta Se Yeon yang sedari tadi mengikutinya untuk mengejar  Hee Jin.


"Hentikan. Mungkin kamu keliru. Kenapa dia di sini?"

"Tidak! Aku yakin itu dia. Tapi dia seperti bukan dirinya. Aku yakin ada yang tidak beres. Karena itu dia tidak menelepon."

"Kamu gila! Berhentilah bersikap bodoh! Kamu lupa? Kamu tidak mirip Cha Min dan tidak bisa mengakuinya juga. Sekarang, ada pembunuh sadis  yang berkeliaran."

Min tetap berniat mencari Hee Jin. Tapi kakinya ternyata terluka. Se Yeon yang khawatir segera memeriksanya. Dia meminta Min pegangan padanya karena Min kesulitan jalan. Tiba-tiba terdengar suara detektif Park memanggil Ji Wook.


Min dan Se Yeon menghampiri det. Park yang menemukan Ji Wook terkapar di tanah dengan luka di kepalanya. Det. Park berniat mencari Oh Yeong Cheol, tapi Ji Wook menahan tangannya.

"Tunggu! Oh Yeong Cheol. Itu bukan dia."

Beberapa saat kemudian, Ji Wook sudah mendapat perawatan di rumah sakit. Beruntung Ji Wook hanya mengalami gegar otak ringan. Begitu dokter dan perawat pergi, Min dan Se Yeon segera masuk ke dalam. Det. Park menatap sinis Min.


"Aigoo! Jaksa Seo terluka saat melawan tersangka. Tapi darimana kamu dapat memar? Kamu pasti ceroboh."

"Bukan urusanmu," jawab Min ketus.

Melihat suasana yang sedikit panas, Se Yeon segera menengahi mereka dengan menanyakan keadaan Ji Wook pada det. Park.

"Kepalanya terkena pukulan keras. Tapi dia hanya gegar otak ringan dan sebentar lagi sadar," jelas det. Park.

"Lalu Park Ki Man?"

"Dia sedang di operasi, tapi...." Det. Park tidak melanjutkan kalimatnya karena Ji Wook sadar. Dia membantu Ji Wook duduk.

"Kamu menangkap tersangkanya?" tanya Ji Wook sambil memegangi kepalanya.

"Kamu menyisir area itu, tapi dia lolos Sebelum pingsan kamu berkata itu bukan Oh Yeong Cheol."

"Bukan Oh Yeong Cheol yang menusuk  Park Ki Man. Pelakunya ayah dr. Oh. Pria di rumah dr. Oh," ucap Ji Wook.

"Pria tua yang kami temukan dirumahnya?"

Se Yeon kepo. "Apa maksudnya? Orangtua apa? Orang tua yang diserang Park Ki Man?"

Det. Park tidak enak harus menjawab pertanyaan Se Yeon di depan Ji Wook.

"Mi Do pernah bekerja dengan kita, tapi dia sudah cukup lama mundur. Tidak pantas memberitahunya soal detail sensitive kasus," ujar Ji Wook mencoba mengingatkan det. Park.

"Aku terus menolak memberitahunya. Tapi kami baru pacaran lagi," ucap det. Park malu-malu meong.

"Aku bukan penonton." Se Yeon mengeluarkan secarik kertas dari sakunya. "Aku mewakili Pak Park sekarang."

Ji Wook membaca tulisan yang ada di kertas itu. 'Aku akan ceritakan semuanya. Tolong bantu aku'.

Min dan Se Yeon menunggu di depan ruang operasi Park Ki Man. Mereka berharap Park Ki Man selamat karena dia satu-satunya yang bisa membantu mereka menangkap Oh Yeong Cheol. Se Yeon berjalan ke depan pintu ruang operasi dan berdoa di sana.

"Park Ki Man-ssi. Kamu tidak boleh mati di tangannya seperti putrimu. Ku mohon. Kamu harus sadar. Hanya kamu yang bisa mengenali Oh Yeong Cheol."

Min merangkul pundak Se Yeon dari belakang berusaha meyakinkannya kalau Park Ki Man akan  baik-baik saja karena dia segera dilarikan ke IGD. Dia lalu meminta Se Yeon untuk meneleponnya saat Park Ki Man selesai di operasi karena dia akan pergi lagi mencari Hee Jin.

"Walau peluangnya hanya 0,01 persen..."

"Itu bukan dia. Kamu bilang dia mungkin ke luar negeri. Hubungan kalian sudah usai. Kenapa belum rela?"


"Aku tidak akan melakukan ini jika dia hidup bahagia setelah meninggalkanku. Aku akan melanjutkan hidup. Tapi tampaknya tidak begitu. Aku cemas wanita yang aku lihat itu dia. Dan aku tidak ingin begitu."


Min berlari kesana kemari mencari keberadaan Hee Jin. Tapi dia tidak melihat Hee Jin dimanapun. Keesokan harinya, Min dan Se Yeon duduk di depan minimarket tempat mereka 'memalak' makanan waktu itu. Se Yeon membukakan minuman untuk Min agar energinya pulih dan bisa mencari tunangannya lagi. Setelah minum, Se Yeon mengajak untuk mencari Hee Jin bersama. Tak pelak Min yang sedari tadi murung pun bisa sedikit tersenyum.

Karena tidak berhasil menemukan Hee Jin, mereka berdua berakhir di kantor polisi dengan minta bantuan Dong Cheol (mulai sekarang aku panggil Dong CHeol aja deh biar lebih enak,hehe). Seperti biasa Se Yeon merayu Dong Cheol dengan mulut manisnya. Dia meminta Dong Cheol melihat foto Hee Jin. Tapi Dong Cheol yang baru kena omel dari Ji Wook, jadi bingung tujuh keliling.


Min merebut foto Hee Jin dari tangan Se Yeon. "Lupakan! Dia breng**k! Kita cari cara lain. Detektif kenalan kita bukan hanya dia.

"Hei! Aku tidak bilang tidak mau bantu. Baru saja aku mau."

Se yeon langsung girang mendengarnya. Tepat saat itu, Hee Jin justru datang ke kantor polisi dengan dandanan menor dan pakaian sekseh hingga semua detektif yang ada disana memandanginya. Min dan Se Yeon jelas terkejut sekaligus heran melihatnya.


"Aku punya informasi soal kasus pembunuhan."

Semua detektif langsung berdiri menawarkan bantuan, tidak terkecuali Dong Cheol. "Kasus apa?" tanya mereka beriringan.

"Kematian Jaksa Ko Se Yeon. Aku ingin memberi informasi Cha Min." Jangan-jangan Hee Jin adiknya Ji Wook lagi, makanya waktu itu nelponin Ji Wook minta tolong

Min dan Se Yeon kontan terkejut mendengarnya.


Dong Cheol menginterogasi Hee Jin di ruang interogasi.

"Kamu Oh Su Jin?"  Jangan-jangan Hee Jin adiknya Ji Wook lagi, makanya waktu itu nelponin Ji Wook minta tolong. Marganya Oh sama kaya Oh Yeong Cheol

"Ya."

Dong CHeol menunjukkan kartu undangan pernikahan Min dan Hee Jin. "Bukan itu yang tertera di sini."

"Aku berniat mengubahnya setelah menikah," aku Hee Jin dengan santainya. "Karena itu namaku ada di undangan. Yang terpenting, aku tunangan yang membatalkan pernikahan dengan Cha Min. Keluarga Min akan memastikan...."

Dong Cheol memotong ucapan Hee Jin. "Mereka tidak pernah menyebutkan ini."

Hee Jin tersenyum kecut. "Keluarganya tidak pernah merestuiku. Ketua konglomerat tidak akan puas denganku. Pernikahannya dirahasiakan dan hanya keluarga dan teman dekat yang diundang."

Dong Cheol manggut-manggut.

"Setelah batal, mereka pura-pura ini tidak terjadi," lanjut Hee Jin.

"Jadi, informasi apa yang kamu punya soal Cha Min?"

Wajah Hee Jin terlihat murung. "Alasan sebenarnya aku membatalkan pernikahan, tampaknya terkait dengan kasus pembunuhan."


Di luar, Min menarik Se Yeon meminta ikut masuk ruang interogasi karena ingin menjelaskan yang terjadi pada Hee Jin.

"Menjelaskan apa? Bahwa kamu terlahir kembali sebagai pria tampan dan Ko Se Yeon masih hidup?"

Dengan polosnya Min mengangguk.

"Siapa yang akan percaya? Kamu beruntung jika tidak di kirim ke rumah sakit jiwa. Aku akan kesana dan mencari tahu apa yang dikatakannya. Kamu disini saja dan menunggu. Arraseo?"

Min tidak bisa membantah lagi.

***

"Semua karena wanita itu," sambung Hee Jin. Se Yeon."

"Bagaimana kamu kenal dia?"


 Se Yeon masuk dan bergabung dengan para detektif yang sedang menonton jalannya interogasi.

"Aku bertemu dengannya di pekerjaan paruh waktuku. Kamu tahu, Jaksa Ko adalah putrinya bos. Dia mengatur kencan buta. Dan begitulah aku bertemu Min. Sejak bertemu hingga saat dia melamar, dia selalu ada di antara kami."


Diperlihatkan saat Se Yeon mempertemukan Min dan Hee Jin di sebuah restoran. Min menahan tangan Se Yeon tidak rela dia pergi.


Lalu saat Min dan Se Yeon sedang kencan di taman, Min malah sibuk men-stalker foto-foto Se Yeon di sosial media sampai membuat Hee Jin kesal. Min juga tidak henti-hentinya menceritakan soal Se Yeon hingga Hee Jin jengah mendengarnya.

"Kami menjalin hubungan, tapi dia tidak sepenuhnya milikku."


"Dia ingin berterima kasih pada wanita yang menyingkirkanku darinya. Hingga saat ini, Se Yeon masih menganggapku bukan apa-apa," ucap Min saat sedang minum berdua dengan Hee Jin.

Hee Jin jelas kesal. "Kamu memanfaatkanku untuk membuat Se Yeon cemburu?"

Min yang agak mabuk malah tersenyum.

"Jika begitu, mari akhiri ini!"

Min tidak peduli dan meneguk anggurnya.

"Dia marah karena Se Yeon tak acuh bahkan setelah menerima undangan kami. Dia pikir pernikahannya akan memicu penyesalan. Astaga!" Hee Jin tersenyum sinis. Se Yeon memperhatikannya dari luar.

"Jadi kamu membatalkan pernikahannya?"

"Kamu melihat fotonya. Siapa yang suka pria berwajah buruk? Dia tampak setia, polos, dan tidak bersalah, karena itu ku terima lamarannya."


Dong Cheol melihat foto Min di undangan lalu meraba-raba wajahnya sendiri.

"Namun mendengar itu, aku merasa di khianati." Wajah Hee Jin berubah sedih. Se Yeon tersenyum sinis melihatnya. "Pengincar harta itu berani berbohong? Dia hanya mengincar uangnya," gerutu Se Yeon hingga para detektif memperhatikannya. Se Yeon langsung meminta maaf.

Hee Jin melanjutkan ceritanya. "Beberapa hari setelah Se Yeon wafat, Min datang menemuiku."

Se Yeon jelas heran. "Tunggu. Tapi dia tidak mungkin sempat," gumam Se yeon. "Mereka bertemu?"

Setelah pernikahannya batal, Hee Jin bilang dia pergi menenangkan diri. Dia bahkan tidak sadar soal kematian Se Yeon. "Tapi saat kembali, entah bagaimana dia dapat alamat baruku. Tapi dia mendatangiku."


Menurut cerita Hee Jin, Min datang ke tempat tinggal Hee Jin yang baru. Hee Jin menyuruhnya pergi karena dia sudah muak bicara dengan Min. Min dengan dingin menahan pintu saat Hee Jin akan menutupnya. Dia sudah memperingatkan untuk memeriksa sebelum membuka pintu. Min lalu masuk begitu saja. Hee Jin terpaksa membuatkan kopi untuknya.

"Hee Jin. Kamu tahu aku selalu mendapat apa yang aku inginkan tidak peduli apapun itu. Tak peduli bagaimana, aku dapat keinginanku," ucap Min.

"Aku kira dia memintaku kembali bersamanya. Aku mengusirnya karena aku tidak mau. Makin aku memikirkannya rasanya aneh. Dia tidak pernah muncul atau meneleponku sejak saat itu." Hee Jin mengambil sesuatu dari dompetnya. "Hari itu, dia menjatuhkan ini."


Se Yeon terkejut saat melihat Hee Jin menyerahkan gelang milik Se Yeon, hadiah dari ayahnya, pada Dong Cheol. Seketika dia teringat pertemuan pertamanya dengan Min di tempat parkir saat dia masih Se Yeon yang dulu. Lalu pertemuan-pertemuan berikutnya di saat dia sudah menjadi Se Yeon dengan wajah baru. Juga saat tiba-tiba Min gatal-gatal karena alergi padahal sebelumnya dia tidak punya alergi. "Benar! Kenapa aku mudah percaya bahwa pria itu sungguh Min?" Waduh! Se Yeon mulai ragu sama Min.



Min menunggu dengan cemas di luar. Begitu Se Yeon keluar, dia langsung menanyakan soal pernyataan Hee Jin.Tapi Se Yeon sama sekali tidak menggubrisnya. Sampai di luar kantor polisi pun, Se Yeon masih saja bungkam dan tidak mempedulikan Min hingga Min terpaksa menariknya.

"Ada apa?" tanya Min heran. "Apa yang dikatakan Hee Jin?"

Se Yeon menatap tajam Min. "Siapa kamu? Kamu sungguh Cha Min yang ku kenal?"

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya? Apa yang Hee Jin katakan?"

"Kamu bisa tanya sendiri," ucap Se Yeon lalu pergi meninggalkan Min yang kebingungan sendiri.

Hee Jin keluar dari kantor polisi sambil menelepon seseorang. Dia bilang dia meninggalkan gedung setelah menjelaskan semuanya. Dia terdengar kesal. "Ya. Aku berikan gelangnya. Kenapa aku harus kembali?"


Min menghampiri Hee Jin. Hee Jin pun mengakhiri panggilan teleponnya. Dia bertanya siapa Min.

"Oh kamu yang tadi di dalam. Ada yang bisa aku bantu?" tanya Hee Jin.

"Begini..."

Sebuah mobil membunyikan klaksonnya. "Maaf. Sepertinya aku tidak ada waktu untuk bicara sekarang."

"Kalau begitu kapan?" tanya Min pelan. Hee Jin hanya tersenyum canggung lalu pergi. Min hanya bisa menatap kepergiannya. Dan ternyata, yang menunggu Hee Jin di dalam mobil adalah Oh Yeong Cheol.

Bersambung ke Abyss episode 4 part 2






1 komentar


EmoticonEmoticon