Drama Korea
One Spring Night
Sumber konten dan gambar : MBC
Annyeong Yeorobun! Aku putusin buat lanjut aja deh, nanggung. Pesona Ji Ho terlalu sayang untuk dilewatkan, hehehe :)
Ji Ho makan malam dengan Young Jae, si calon PNS. Baru juga mulai makan tapi Young Jae sudah bayar ke kasir. Mungkin dia tidak enak karena tadi Ji Ho tidak mau dibayar obatnya. Ji Ho hanya bisa menatapnya dari bangkunya.
Young Jae kembali duduk.
"Tidak belikan aku minum?" sindir Ji Ho.
"Mau minum? Kita bisa ke tempat lain...."
"Tidak apa-apa. Pulang dan belajarlah! Kamu akhir-akhir ini berkencan?" tanya Ji Ho.
"Mau aku pukul wajahmu? Kamu tahu aku tidak sempat kencan."
"Aku juga tidak sempat."
"Seperti kata Hyun Soo, kamu harus berkencan," ujar Young Jae.
"Aku tidak mau apa-apa."
Young Jae bilang Ji Ho juga harus memikirkan Eun Woo. Kata Ji Ho dia tidak mau cari pengasuh. Tidak perlu.
"Bukan itu maksudku...."
"Bagaimanapun, jika aku bertemu orang yang bisa aku kencani, maka akan ku pikirkan."
Young Joo menatap Ji Ho sebentar lalu melanjutkan makannya.
"Sebenarnya ada yang ingin ku kencani."
Young Jae meletakkan sumpitnya. "Siapa? Siapa orangnya? Aku dan Hyun Soo tahu orangnya?"
Ji Ho menggeleng. Young Jae bertanya kenapa Ji Ho tidak mengencaninya.
"Suaranya tidak terdengar bagus di telepon."
"Sungguh? Jangan omong kosong."
Ji ho tertawa kecil. "Makan saja deh."
"Kenapa kamu ini."
Young Joo dan Ha Rin terlihat makan di sebuah restoran. Jung In tidak tampak bersama mereka.
Ternyata Jung In dari toilet yang ada di luar restoran. (Perasaan di drama ini kebanyakan restorannya nggak punya toilet sendiri deh, jadi musti keluar)
Jung In mendapat telepon dari Ji Ho.
"Halo," sapa Jung In.
"Kamu sedang minum di luar?"
Jung in langsung mencari keberadaan Ji Ho. Dia menemukannya di seberang jalan dan sedang memandanginya. Jung In berdiri di balik pilar restoran agar temannya tidak melihatnya.
"Kenapa berdiri di sana?" tanya Jung In.
"Aku sedang berjalan pulang."
"Oh! Kamu baru pulang kerja?"
'"Tidak, bersama temanku."
"Oh. Kalian pulang lebih cepat ya? Anak baik."
Jung In dan Ji Ho saling melempar senyum.
"Omong-omong, kenapa menelepon?" tanya Jung In.
"Aku kebetulan melihatmu saat pulang, dan mau mendengar suaramu," sahut Ji Ho jujur.
Jung In terdiam beberapa saat. "Ji Ho ssi. Kita harus...."
"Aku tahu kita berteman. Jangan khawatir, aku tidak akan melewati batas. Jika hal seperti ini tidak membuatmu nyaman, aku tidak akan mengulangi lagi."
Jung In tampak berpikir. "Aku pun tidak yakin, entah apa yang boleh, dan apa yang melewati batas. Heh! Itulah sebabnya, ini menyebalkan," aku Jung In.
"Lalu kamu mau melakukan apa?"
"Kamu bisa lakukan apa untukku?"
Dengan mantap Ji Ho melangkah maju. Tapi dia segera berhenti begitu Jung In melarangnya.
"Tidak! Jangan menyeberang!" Jung In berusaha menekan perasaannya. "Ku rasa itu bukan ide bagus.
Ji Ho terdiam. Perlahan dia menurunkan ponselnya. Dia hanya bisa menetap Jung In dari kejauhan. Melihat teman-teman Jung In yang ada di dalam restoran, Ji Ho paham kalau Jung In tidak ingin teman-temannya tahu.
Jung In bergabung kembali dengan teman-temannya. Mereka bersulang dan meminum minuman masing-masing. Jung In memandang keluar. Matanya memerah. Perasaannya pada Ji Ho jelas membuatnya gundah. Dia munum lagi dan berusaha tersenyum di depan teman-temannya.
Ji Ho pulang dengan wajah muram. Tampak beberapa kali dia menghela nafas dalam.
Jung In galau. Dia memainkan teh celup di depannya sambil memikirkan entah apa.
Jung In menunggu Gi Seok di depan tempat kerjanya. Dia sudah janjian dengan Gi Seok. Kebetulan Hyun Soo yang keluar duluan. Dia langsung menyapa Jung In dan menghampirinya. Dia menanyakan kabar Jae In, adik Jung In yang lucu. Jung In tersenyum dan bilang kalau Jae In baik-baik saja.
Tak lama, Gi Seok keluar. Dia bertanya apa Hyun Soo mau pulang. Jawabnya tidak. Hyun Soo mau bertemu Ji Ho.
"Kenapa? Apa sesuatu terjadi padanya?" tanya Gi Seok.
"Ku rasa tidak. Dia tampak kesulitan, jadi aku mau tahu kabarnya."
"Ku rasa kita harus carikan wanita yang baik untuknya." Jung In langsung memandang Gi Seok.
"Kamu tahu? Perasaanku, dai sudah punya pacar," ujar Gi Seok.
"Menurutmu begitu? Syukurlah. Siapa yang dia kencani?"
Jung In terlihat memalingkan wajahnya seolah tidak nyaman dengan percakapan mereka.
"Aku belum tahu. Akan ku interogasi dia hari ini."
"Baikah. Bergembiralah!"
"Tentu." Gi Seok pun undur diri. Tinggallah Gi Seok dan Jung In. Gi Seok bertanya kenapa Jung In kesana.
"Tidak ada alasan. Kenapa? Tidak suka aku kemari?"
"Lihatlah dirimu. Marah-marah lagi." Gi Seok merangkul Jung In. "Baiklah. Mau kemana?"
Hyun Soo menginterogasi Ji Ho. Dia bertanya siapa wanita yang Ji Ho kencani.
"Dia wanita yang baik. Itu saja."
"Hei! Yang benar saja. Baiklah. Kamu menyukainya. Apa yang kamu sukai darinya?"
"Sulit dijelaskan."
Hyun Soo tertawa. "Lihatlah dirimu! Aku tidak pernah melihatmu segila ini."
"Aku akhiri sebelum aku gila." Ji Ho meneguk minumannya.
"Sudah berakhir? Kenapa?" tanya Hyun Soo.
"Lalu? Harus kulanjutkan?"
"Aigoo! Kamu banyak membual. Kalian pasti masih berhubungan."
"Benar. Aku mau menyudahinya."
"Apa alasannya?"
Ji Ho memuta-mutar gelasnya. "Aku tahu segalanya akan sulit," ujar Ji Ho.
"Bagimu?"
"Baginya."
Jung In makan malam dengan Gi Seok di sebuah restoran mewah. Gi Seok sepertinya bisa merasakan suasana hati Jung In yang sedang gundah gulana. Apalagi Jung In terlihat tidak begitu menikmati steak di depannya.
"Kali terakhir kamu menikmatinya. Ku rasa hari ini tidak enak," ujar Gi Seok.
"Ini enak." Jung In meminum anggurnya.
"Kamu sudah minum vitaminnya?"
"Ya."
Gi Seok mengangguk lalu menanyakan kabar Seo In. "Kak Seo In baik-baik saja?"
"Apa maksudmu?"
"Aku penasaran apa Shi Hoon dan dia baik-baik saja."
Jung In bilang semua pasangan menikah pasti punya masalah. Gi Seok bertanya karena itukah pernikahan tidak membuat Jung In bersemangat.
"Kita sudah memutuskan untuk memikirkannya," ucap Jung In.
"Ku kira kamu berubah pikiran."
"Akan ku usahakan," janji Jung In.
"Kita sudah harus memperbaiki hubungan kita?"
Jung In terdiam. Gi Seok menatapnya sebentar lalu bertanya apa ada orang lain diantara mereka?
Gantian Jung In yang menatap Gi Seok yang wajahnya murung. Mereka terdiam selama beberapa saat.
Gi Seok lalu terlihat tersenyum miris.
"Tidak ada," jawab Jung In. Gi Seok menatap matanya. Mungkin dia mencoba mencari kejujuran di dari mata itu.
"Tidak ada?" tanya Gi Seok lagi.
Jung In terlihat menjawab dengan yakin. "Benar."
"Kamu yakin?"
Mata Jung In berkedip sekali. "Bagaimana membuktikannya?" Meski berusaha tampak meyakinkan, tapi diam-diam tangan Jung In yang ada di bawah meja mengepal, seolah menggambarkan kebohongannya.
"Bohong," ucap Ji Ho. Hyun Soo bertanya apa maksudnya.
"Ada yang bilang bahwa dia benci berbohong. Tapi dia membohongiu."
"Hei, tampaknya dia penipu," komentar Hyun Soo. "Hei! Jangan percayai ucapannya.
"Hyun Soo!"
"Apa?"
"Sekali saja,,, Sungguh sekali saja,,, Jika kuikuti kemauanku,,, Maksudku, jika kuikuti kata hatiku, akan aku dihukum?"
Hyun Soo yang tidak mengerti arah pembicaraan Ji Ho, hanya terdiam menatap Ji Ho penuh tanda tanya.
Jung In tampak memeriksa buku-buku di perpustakaan dan mengambil beberapa buku lalu meletakkannya di rak kecil yang dia bawa.
Gi Seok memarkirkan mobilnya dan turun dari mobil. Dia berjalan menuju gedung perpustakaan dimana Jung In bekerja.
Jung In berjalan di lorong perpustakaan sambil mendorong sebuah rak kecil yang dia gunakan untuk mengumpulkan buku-buku. Ji Ho tampak mengikutinya dari lorong sebelahnya dengan senyum tersungging di wajahnya. Sepertinya dia sudah memutuskan untuk mengikuti kata hatinya.
Jung In berhenti dan mengambil beberapa buku. Ji Ho yang ada di lorong belakangnya tersenyum dan mengintip Jung In melalui celah rak buku. Dia tersenyum memperhatikan Jung In.
Young Joo kebetulan melihat Gi Seok di perpustakaan. Mereka saling menyapa. Gi Seok bilang ingin bertemu Jung In tapi dia belum bilang padanya. Dia baru saja mau kirim pesan. Young Joo menyuruhnya untuk mengejutkan Jung In saja. Dia menunjukkan tempat Jung In berada sekarang.
Ji Ho terus mengikuti kemana Jung In berjalan dan mengamatinya dari celah lemari. Akhirnya Jung In melihatnya. Dia terbelalak kaget. Ji Ho tersenyum padanya.
Jung in tengok kanan kiri takut ada yang melihat. Ji Ho sendiri berjalan pergi. Jung In melihat ke lorong sebelah, tapi Ji Ho sudah tidak ada. Dia mencari-cari Ji Ho di lorong-lorong berikutnya.
Tiba-tiba Gi Seok datang dari belakangnya. Sontak Jung In sangat terkejut melihatnya. Dia menoleh takut ada Ji Ho di sana.
Gi Seok tersenyum lebar. "Kenapa kamu amat terkejut?"
Bersambung ke One Spring Night episode 7 part 1
Preview episode 8
Sebelum mengagetkan Jung In, Gi Seok tampak memperhatikan Jung In yang terlihat mencari seseorang. Entah dia melihat Ji Ho atau tidak.
Jung In dan Ji Ho bertemu di apotek Woori. Mereka saling melempar senyum.
"Aku senang bisa mengenalmu. Kamu orang baik," ucap Jung In.
Suara Jae In. "Ingat kakakku? Jika dia sudah bersikeras demi kemauannya, tak ada yang bisa hentikan dia.
Jung In tampak melihat ke arah apartemen Ji Ho.
Ji Ho menyeberang tepat di depan mobil Gi Seok. Ada Jung In di dalamnya. Mereka memperhatikan Ji Ho. Ji Ho berhenti di seberang jalan dan menoleh memperhatikan Jung In.
Suara Young Joo. "Kali terakhir kamu membahasnya, aku sudah merasa aneh. Ada sesuatu yang terjadi?
Jung In menelepon Gi Seok. "Oppa tidak keberatan aku pergi dengan pria lain? Dia hanya temanku."
Suara Jung In. "Seharusnya aku tidak mengkhianati Gi Seok, kan?"
"Oppa. Haruskah kita menikah saja?"
Suara Hyun Soo. "Gi Seok akhirnya akan menikah."
Ji Ho : "Kamu mau aku lakukan apa? Kamu mau aku hentikan?"
Jung In : "Lantas kenapa kamu ke perpustakaan?"
Ji Ho : "Aku mau menemuimu. Aku tidak mengharapkan apapun. Biarkan aku menemuimu lagi. Aku tidak akan ketahuan.
Jung In : "Aku memahami perasaanmu, tapi..."
Ji Ho : Aku tak akan ketahuan olehmu."
Jung In : "Kenapa menghindar? KIta tidak lakukan apa-apa. Mari kita bicara."
Ji Ho : "Jika menghampiriku, kamu tak akan bisa kembali."
3 komentar
Sinopsis episode 7-8 dong minnn
Ditunggu episode selanjutnya ya min. Hwaiting 💪
Kak aku sering baca blog kk
pleas dong lanjutin sinopsis one spring night....
EmoticonEmoticon