Sinopsis K-Drama : The Crowned Clown ( Episode 9 Part 3 )

The Crowned Clown
Episode 9 Part 3

Sumber konten dan gambar : TVN

Baca The Crowned Clown episode sebelumnya

Malam hari, Dayang Kim datang membawakan pakaian tidur untuk raja. Kasim Jo melarangnya masuk karena dia yang akan mengurus tempat tidur Yang Mulia.


Dayang Kim ngeyel. "Mengurus tempat tidur Yang Mulia adalah tugas utamaku. Apa kamu menyuruhku berhenti melayani raja? Atas perintah siapa?"

"Ini perintah Yang Mulia Raja."

"Aku ingin mendengarnya sendiri."

Dayang Kim hendak nyelonong masuk. Tapi Kasim Jo membentaknya. "Beraninya kamu! Apa kamu harus diseret keluar?"

Kasim Jo merebut baju tidur raja dan masuk ke dalam meninggalkan Dayang Kim yang kesal.

Di dalam, Ha Sun ganti baju sendiri sementara Kasim Jo merapikan tempat tidurnya.

"Maafkan aku karena sudah mengganggumu. Kamu boleh istirahat sekarang."

"Apa kamu tidak apa-apa sendirian?"

"Aku baik-baik saja. Pergilah selama 2 jam untuk tidur."

"Aku akan melakukan perintahmu." (Kasim Jo tahu Ha Sun raja palsu tapi dia tetap sopan banget walaupun lagi berduaan doang)

***

Kasim Jo keluar. Di luar sudah ada kasim lain yang akan menggantikannya berjaga. Kasim Jo mengingatkannya jangan sampai lengah selama dia pergi.


Si kasim tampak mencurigakan. Dan benar saja, setelah kasim Jo pergi, Dayang Kim muncul dari persembunyiannya membawa nampan berisi munuman dan camilan raja. Kasim itu menerima nampannya. Lalu Dayang Kim membubuhkan ramuan ke dalam minuman raja. Setelah itu si kasim masuk menyajikannya pada raja dan segera undur diri setelahnya.


Ha Sun yang sedang membaca, meraih cawan air lalu minum. Beberapa saat kemudian, dia terlihat tidur pulas dengan tangan telentang. Diam-diam Dayang Kim masuk. Dia senang saat melihat cawan air yang sudah kosong. Dengan hati-hati dia duduk di samping Ha Sun lalu membuka ikatan bajunya. Dia terkejut saat melihat bekas luka di dada Ha Sun. Dayang Kim berniat menyentuhnya.


Tiba-tiba tangan Ha Sun mencekal pergelangan tangannya. Dayang Kim kaget setengah mati.

Dengan marah Ha Sun menghempaskan Dayang Kim hingga terjatuh ke lantai. "Apa maksudnya ini?"

Dayang Kim ketakutan karena tertangkap basah. Dia mencoba membuat alasan. "Ini tidak seperti yang Anda kira. Aku kesini untuk membersihkan bejana teh.

Ha Sun bertingkah seperti mendiang Lee Hun. Dia melempar cawan hingga menimbulkan suara gaduh. Dengan gaya sempoyongan khas Lee Hun, dia berjalan mendekati Dayang Kim lalu duduk di depannya. "Kamu pasti mau mat*!"

Ternyata ini adalah perangkap yang sudah Ha Sun siapkan bersama Lee Kyu dan Kasim Jo untuk menangkap dalang dibalik penyebaran poster dirinya.

"Aku memberikan perintah khusus agar tidak membiarkan siapapun masuk ke kamarku. Tapi kamu memberiku obat dan masuk untuk memeriksa lukaku."

"Bukan begitu Yang Mulia," ucap Dayang Kim terbata-bata.

"Diam!!"


Dayang Kim tampak benar-benar ketakutan.

"Aku tahu kamu tidak merencanakan ini sendirian. Siapa yang memerintahkanmu?"

Dayang Kim masih bersikeras menyangkal. Dia memohon ampunan pada raja.

"Bagaimana kamu memohon ampun sedangkan kamu layak mat*?"

Dayang Kim sontak shock mendengarnya. Apalagi setelahnya Ha Sun memanggil Kasim Jo yang kemudian masuk bersama dua orang pengawal. Dayang Kim diseret keluar. Dia berteriak meminta Ha Sun percaya padanya.

***

Ternyata Dayang Kim dibawa menghadap Lee Kyu.

"Apa yang bisa aku lakukan untuk bertahan hidup?"

"Yang Mulia yakin Shin Ci Soo lah yang memasang poster itu. Pergilah dan beritahu dia apa yang kamu ketahui! Dan juga, buat dia mengaku kalau dia yang memasang posternya. Jika kamu melakukannya, aku akan meminta raja melepaskanmu."


Akhirnya Dayang Kim bersedia. Dia datang ke kediaman Tuan Shin malam itu juga. Tuan Shin tampak tidak percaya saat Dayang Kim memberitahunya tentang bekas luka raja.

"Apa kamu melihatnya sendiri?"

"Ya. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Kamu seharusnya tidak memasang poster itu tanpa memeriksanya lebih dulu."

"Bagaimana kamu tahu itu perbuatanku?"

"Saat kamu memerintahkanku untuk memeriksa bekas luka raja, aku sudah mencurigaimu. Pelukis yang mati itu, adalah perbuatanmu kan?"

"Itu satu-satunya cara membuatnya diam," ujar Tuan Shin yang secara tidak langsung mengakui dialah yang memasang poster.

"Bagaimanapun juga, aku sudah melakukan apa yang kamu minta. Jangan lupakan perananku."

"Bagaimana bisa?"

"Aku harus kembali ke istana sekarang."


Dayang Kim berdiri meraih penutup kepalanya. Tuan Shin menghentikannya lalu menyuruh seseorang masuk. Dayang Kim terkejut melihat si kasim ada di depannya.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau Yang Mulia menangkapmu? Apakah Haksan memerintahkanmu untuk membuatku mengaku?"

Dayang Kim sontak berlutut dan beralasan raja mengancamnya.

"Dan kamu berharap aku untuk mengecualikannya?"

Tuan Shin benar-benar kecewa karena sudah mempercayai Dayang Kim.

***

Seorang wanita menggunakan penutup kepala merah seperti milik Dayang Kim, keluar dari kediaman Tuan Shin. Mo Young yang sedari tadi mengintai langsung membututinya. Tapi saat Mo Young membalik tubuh wanita itu, ternyata dia bukan Dayang Kim.

***

Lee Kyu melapor pada Ha Sun kalau Dayang Kim masuk ke kediaman Tuan Shin tapi dia menghilang setelahnya. Begitu juga dengan kasim yang di bayar Dayang Kim. Padahal seharusnya mereka bisa jadi saksi.

Ha Sun tampak gusar. "Tidak bisakah kita membuat Shin Ci Soo membayar perbuatannya?"

"Kita bisa kalau Dayang Kim kembali dengan pengakuannya."

Lee Kyu mencoba menenangkan Ha Sun. Setidaknya Dayang Kim sudah memberitahu tentang bekas luka Ha Sun. Jadi Shin Ci Soo tidak akan meragukan identitas Ha Sun lagi.

Tapi Ha Sun tetap saja kesal karena Shin Ci Soo masih saja bikin ulah padahal baru saja dipecat.

"Kekuatan Shin Ci Soo berasal dari kekayaannya. Mulai sekarang, aku akan menggali semua tentang kekayaan yang dia miliki."

***

Ha Sun duduk di singgasana raja di balai pertemuan. Dia mengumumkan akan mengatur kantor badan amal dan secepatnya menerapkan aturan pembayaran beras.

Seperti biasa, para pejabat di barisan kiri keberatan dengan alasan khawatir dengan penolakan para pemilik tanah.

Ha Sun membalikkan perkataan mereka. "Kalian khawatir dengan penolakan pemilik tanah, tapi kenapa kalian tidak khawatir dengan rakyat yang kelaparan?"

Ha Sun menegaskan kalau keinginannya adalah membuat rakyat membayar pajak sesuai dengan apa yang mereka miliki. Tidak terkecuali rumah kerajaan dan pejabat istana.


Jinpyung yang biasanya diam, kali ini angkat bicara. Dia berpendapat tidak bisa mengambil pajak dari tanah yang diberikan mantan raja. Tidak ada aturan semacam itu di dalam sejarah manapun.

"Aku tidak bisa menarik kembali apa yang aku putuskan. Aku mengatakannya sendiri, jadi itulah aturannya sekarang."

Lee Kyu tampak tertegun karena Ha Sun cepat sekali belajar dari apa yang sudah pernah terjadi.


So Woon mendatangi dapur istana. Karena penerapan aturan pembayaran beras dan juga pajak untuk istana, So Woon memerintahkahkan untuk mengurangi lauk pada menu makanan kerajaan.


Ha Sun sedang membaca di perpustakaan sambil makan manisan. Kasim Jo tak ketinggalan ikut mengambil camilan untuk dirinya.

Ha Sun kesal saat Kasim Jo memberitahunya kalau pemilik sebagian besar tanah adalah Shin Ci Soo. Itu yang membuat aturan pembayaran beras gagal sebelumnya.

"Aku harus membuat peraturan yang benar selagi aku bisa melakukannya."

Kasim Jo memberitahu kalau ratu mengurangi pengeluaran uang untuk makanan di istana dalam.

"Kalau begitu, aku juga akan mengurangi makananku. Termasuk makanan ini."

Ha Sun menutup tempat camilannya. Kasim Jo membukanya lalu menyuruh Ha Sun memakannya saja karena hanya sedikit. Ha Sun manggut-manggut. Dia lalu meminta tolong Kasim Jo membacakan secarik kertas laporan dari kantor astrologi.

"Awan hitam menutupi langit tadi malam. Kami tidak bisa mengobservasi bintang manapun. Cakrawala ditutupi energi berkabut. Alam menjadi tidak teratur. Oleh karena itu, kami menyarankan agar kamu menjaga sikapmu."

"Apakah tidak dikatakan apapun mengenai salju?"

"Salju? Kantor astrologi mungkin tidak tahu sebanyak itu."

Ha Sun menunduk kecewa.

"Tapi melihat bagaimana lututku sakit, aku pikir akan turun salju malam ini."


Ha Sun meragukannya. Tapi Kasim Jo meyakinkan kalau lututnya cukup akurat.

Sepertinya Ha Sun sedang memikirkan sebuah rencana.

***

Ha Sun mengirimkan hadian berupa buku volume pertama pada So Woon. So Woon sangat senang menerimanya. Tapi dia heran kenapa Ha Sun tidak mengirimkan volume duanya sekaligus.


Ae Young ijin membuatkan teh. So Woon membolak balik halaman buku. Dia menemukan secarik kertas di sela-sela buku.

"Jika kamu ingin membaca volume kedua buku ini, datanglah ke perpustakaan pada malam hari." (Hmmmm modus ternyata)

***

Tuan Shin mengawasi pengawal pribadinya membakar sesuatu (kayak pakaian gitu). Dia lalu memerintahkan untuk mencari Ha Sun dan Dal Rae.

"Buntuti Woon Shim. Dengan begitu kamu akan menemukan sesuatu."

***

So Woon masuk ke perpustakaan yang sepi. Dia menemukan buku volume ke dua di salah satu rak buku. Dia dalamnya secarik kertas.


"Periksalah "ketulusan dari Mencius."

So Woon lalu mengambil buku berjudul ketulusan karangan Mencius. Kertas kecil di dalamnya bertuliskan, "Ada sesuatu yang menempel di wajahmu."

So Woon keheranan. Lalu dia membalik kertas itu. "Keindahan menempel di wajahmu." (Jiahhh Ha Sun bisa aja gombalnya)

So Woon tak bisa menahan senyumnya. Lalu dia melihat Ha Sun yang sedang menulis di meja tanpa menyadari kedatangan So Woon. Ha Sun berdiri lalu menyelipkan kertas kecil di antara buku-buku. So Woon mengambil kertas itu.

"Walaupun aku mati karena merindukanmu, aku bahagia karena mengenalmu."

So Woon mengambil kertas berikutnya yang diselipkan Ha Sun.

"Aku merindukanmu. Tidak peduli seberapa banyak aku memandang wajahmu, aku merindukanmu."

So Woon membaca kertas selanjutnya.

"Datanglah ke tempat tertinggi di istana. Aku akan menunggumu di sana."


So Woon berlari menuju tempat yang dimaksud. Begitu sampai, So Woon langsung memeluk Ha Sun. Ha Sun membalas pelukannya.

"Kenapa kamu berlari? Kamu bisa tersandung."

"Bagaimana bisa aku tidak lari, saat aku menerima banyak hadiah darimu."

"Maafkan aku karena hanya itu yang bisa aku berikan padamu."

"Kenapa kamu mengatakan hal itu? Aku mendapatkan hadiah paling berharga di dunia. Aku mendapatkan hati Yang Mulia."


Mereka tersenyum. Tiba-tiba salju turun. So Woon sangat senang melihatnya.

Ha Sun tampak takjub. "Dia bilang salju akan turun. Dan dia benar."

"Apa kamu tahu salju akan turun?"

Ha Sun mengangguk. "Aku ingin menikmati salju pertama denganmu."

So Woon menengadahkan tangannya menikmati dinginnya salju. Dia tersenyum lebar.


"Apa kamu sebahagia itu?"

"Ya. Lihat ini. Putih dan transparan. Mereka mengingatkanku pada bintang."

Ha Sun terus menatap So Woon. Dia perlahan mendekat lalu mencium So Woon.


Narasi So Woon : "Aku tidak bisa menyembunyikannya lagi."

Ha Sun : "Aku tidak akan menghindarinya lagi."

So Woon : "Aku jatuh cinta pada Yang Mulia."

Ha Sun : "Aku jatuh cinta pada ratu. Jantungku terasa ingin meledak dan aku tidak peduli. Sebesar itulah cintaku padamu.


Bersambung ke The Crowned Clown episode 10 part 1


EmoticonEmoticon