Sinopsis K-Drama : The Crowned Clown ( Episode 8 Part 3 )

The Crowned Clown
Episode 8 Part 3

Sumber konten dan gambar : TVN

Baca The Crowned Clown episode sebelumnya


Jinpyung datang ke depan kediaman raja. Tapi bukan raja yang ingin dia temui, melainkan Lee Kyu.

"Semakin keras aku memikirkannya, aku tidak tahu apa yang raja pikirkan. Aku pikir Tuan Shin memanipulasi raja untuk mengurung ibu suri. Aku pikir kamu akan tahu apa yang raja pikirkan."

"Aku tidak tahu. Bagaimana bisa aku tahu apa rencana raja? Jika kamu khawatir pada ibu suri, kamu tidak perlu cemas. Besok adalah ulangtahun raja. Dia memerintahkan untuk membatalkan penahanan.

Lee Kyu undur diri. Jinpyung menatap kepergiannya dengan ekspresi tidak suka.

***

Jinpyung langsung mengunjungi ibu suri begitu penahanannya dibatalkan. Ibu Suri merasa heran kenapa raja membatalkan penahanannya semudah ini padahal kemarin raja buru-buru mengurungnya.

"Aku yakin itu untuk meremehkan kekuasaanmu."

"Jika raja mau aku gemetar ketakutan. Maka aku akan pura-pura melakukannya."

"Apa rencanamu?"

Ibu suri hanya tersenyum licik.


Kim Ji Bong sedang protes di depan kediaman Tuan Shin. Dia menuntut akta tanahnya dikembalikan karena dia gagal diangkat jadi kepala daerah. Tapi Tuan Shin tak kunjung keluar.

Yi Gyeom menyuruh pelayannya untuk menyeret Kim Ji Bong pergi. Tapi karena dia terus meronta, akhirnya dia dipukuli. Kim Ji Bong tidak kehilangan akal. Dia bilang ada yang ingin dia bicarakan soal raja. Akhirnya Tuan Shin keluar dan menyuruhnya masuk.

Kim Ji Bong pun bercerita soal seorang badut yang sangat mirip dengan raja. Tuan Shin tertawa mendengarnya. Dia meminta Kim Ji Bong diseret keluar.

"Aku tidak berbohong. Aku berani bersumpah. Jika itu tidak benar aku akan membu**h diriku sendiri."

Tak pelak Tuan Shin memikirkannya juga. Dia teringat saat dulu Ha Sun tampak ragu memberikan hukuman pada ayah So Woon. Lalu saat Lee Hun memintanya kembali ke istana. Dan terakhir saat Ha Sun menurunkan jabatannya. Sepertinya Tuan Shin mulai curiga.


Malam hari, Lee Kyu, Woon Shim, dan Ho Geol menemui grup Daedong. Dia menyerahkan 'naskah daedong'. Buku yang pernah di tulis oleh Tuan Gil Sam Bong.

"Aku pikir buku ini sudah dibakar saat Tuan Gil meninggal," ujar salah seorang dari grup daedong.

Woon Shim menjelaskan kalau Lee Kyu mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan buku itu. Lee Kyu juga mengurus Tuan Gil saat meninggal.

Ho Geol ikut bicara. "Aku pikir dia penghianat dan musuh kita. Tapi tidak lagi. Aku pikir, aturan pembayaran beras akan jadi batu pijakan ke dunia yang kita inginkan."

Akhirnya grup daedong bisa menerima Lee Kyu kembali.


Ibu Suri berdoa di kuil tanpa mengenakan pakaian kebesarannya. Saat dia keluar, terlihat para pengikutnya berbaris mengenakan pakaian serba putih. Mereka mendoakan ibu suri baik-baik saja dan mengecam raja yang tidak menghormati orangtua.

"Orangtua bertanggungjawab atas tindakan anaknya. Aku harus disalahkan karena sikap tiraninya. Tapi untuk keluarga kerajaan dan kedamaian bangsa ini, aku tidak akan menutup mata atas masalah yang dia sebabkan. Siapa yang akan ikut bersamaku?" Ibu Suri berbicara dengan menggebu-gebu.

Jinpyung yang angkat bicara pertamakali. "Abdi sedia memiliki tugas mengusir dan menghukum pemimpin pemberontak. Bukan begitu?"

Yang lainnya ikut menyahut kalau mereka memberikan kesetiaan mereka pada ibu suri.


Dayang Kim membantu Ha Sun berpakaian. Dia mengucapkan selamat ulangtahun.

"Terimakasih."

Dayang Kim tertegun saat melihat telinga Ha Sun yang mulus tanpa bekas luka. Dia tidak sempat menanyakannya karena Ha Sun keburu menyuruhnya pergi.

Diluar, Dayang Kim tampak keheranan. Itu bukan luka kecil, jadi bagaimana bisa hilang dalam semalam?


Lee Hun membuka matanya. Mo Young langsung menghampirinya. Mereka berada di sebuah gua.

"Dimana ini? Kenapa kau membawaku kesini?"

"Anda tiba-tiba pingsan lagi. Kami membawamu kesini untuk menutupi penyakitmu."

"Dimana kepala badut itu?"

"Aku tidak bisa menyelesaikan perintahmu. Aku pantas mati. Jadi hukum aku sesukamu."

"Jika kamu pantas mati, maka kamu harus mati."

Mo Young menatap Lee Hun. Sepertinya dia agak kaget raja yang dia layani dengan setia malah ingin dia mati. Berbeda dengan Ha Sun yang dulu memintanya tetap hidup.

"Apa yang kamu lihat? Haruskah aku membunuhmu?"

Lee Hun mengambil pedang Mo Young. Dia benar-benar meletakkan pedangnya ke leher Mo Young.

"Kamu gagal menyelesaikan perintahku. Kamu harus membayarnya dengan nyawamu. Anggaplah kamu mat* di tangan rajamu sendiri adalah sebuah berkah."

Lee Hun mengangkat pedangnya dengan tangan gemetaran karena kondisinya yang memang masih lemah. Dia berniat melayangkan pedangnya pada Mo Young. Saat itulah Lee Kyu datang memanggilnya dengan suara lirih. Ada gurat kecewa atau mungkin iba di wajahnya melihat apa yang dilakukan rajanya.

"Haksan! Kamu pria beruntung. Aku akan memeng**lnya. Jadi lihat dengan baik."

"Yang Mulia."

"Apa kamu mau melakukannya?"

Lee Kyu mendekat. Dia menggenggam kedua tangan Le Hun.

"Hari ini adalah hari ulangtahunmu. Jangan mengisi hari yang menyenangkan dengan darah," ujar Lee Kyu dengan sabar.

"Ulangtahunku? Benar. Hari ini ulangtahunku. Aku tidak boleh melakukannya. Penjarakan petugas Jang dan bawakan makanan ulangtahunku. Kita harus makan bersama."

Lee Hun lalu berjalan masuk lebih dalam ke dalam gua. Lee Kyu dan Mo Young meneteskan airmata melihat kondisinya. Lee Kyu meminta Mo Young kembali ke istana lebih dulu. Dia akan membawa Lee Hun kembali bersamanya.


So Woon menyajikan sup rumput laut dan makanan lain buatannya sendiri untuk Ha Sun.

"Aku tahu kamu membatalkan acaranya. Tapi jangan menolak ini juga."

Ha Sun kaget. "Kamu membuatnya sendiri?"

"Aku dibantu dayang dapur istana. Tapi, kamu makan sup rumput laut setiap ulangtahunmu, jadi aku membuatnya sendiri."

Ha Sun mencoba sup rumput lautnya lalu memujinya enak. So Woon mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Namun memasukkannya lagi setelah mendengar kasim Jo mengumumkan kedatangan selir kerajaan.

So Woon meminta Ha Sun mengijinkan mereka masuk. Terpaksa Ha Sun menurut, meski sebenarnya dia hanya ingin berdua saja dengan ratunya.

Empat selir istana masuk termasuk Hwa Dang. Hwa Dang meminta Ha Sun membuka hadiah darinya yang ternyata berisi hiasan kura-kura buatan tangan dari emas.  Sepertinya So Woon minder. Dia menyembunyikan lagi sesuatu di balik bajunya.


Ha Sun tampak terkejut melihat hadiahnya. "Kura-kura ini mengingatkanku pada lagu itu. 'Kura kura, kura kura, tunjukkan kepalamu. Jika tidak aku akan memanggangmu untuk makan malam."

Selir yang waktu itu menghadiahi sulaman burung merak, tampak menahan tawanya.

"Setidaknya kura-kura bisa dimakan. Aku takut ini tidak akan ada gunanya."

Hwa Dang jelas kecewa.

"Ah. Aku bisa menjualnya untuk memenuhi cadangan beras."

Lagi-lagi selir waktu itu menahan tawa. Lalu dia bertanya apa hadiah ratu. So Woon jadi gugup. Dengan terbata-bata dia bilang belum menyiapkan hadiah.

Ha Sun langsung menenangkannya. "Tidak usah. Tidak apa-apa. Aku dengar rakyat jelata lebih suka tidak bertukar hadiah. Kita harus melakukan hal yang sama."

Ha Sun memandang So Woon sejenak lalu bicara kalau dia berencana ke perpustakaan hari ini.

"Hari ini ulangtahunku. Jadi aku harus menghabiskan waktu dengan teman sejatiku (So Woon), yaitu buku." (MODUS!)

Ha Sun menegaskan tidak boleh ada yang mengganggu. Dia akan berada di perpustakaan sampai jam 4 sore seperti biasa.

Ha Sun kembali mengulanginya sambil menatap So Woon seolah memberi kode.

"Jam 4 sore. Di perpustakaan untuk membaca."


Sup rumput laut juga disajikan untuk Lee Hun.

"Hari ini, hari dimana beberapa orang dilahirkan. Tapi juga hari dimana beberapa orang meninggal. Seperti ibuku, yang meninggal setelah melahirkanku. Aku dengar dia tidak pernah makan sup yang dimakan wanita setelah melahirkan. Ayahku menyalahkanku atas kematiannya (ooh). Jadi dia tidak pernah memberiku pengasuh. Aku diberi tahu. Bukannya susu, tapi aku diberi sup ini. Aku ingin memanggilnya 'ayah'. Almarhum raja, tidak pernah mengijinkanku memanggilnya seperti itu." (Kasian juga ya. Mungkin itu yang bikin Lee Hun jadi paranoid soalnya ayahnya aja nggak menginginkannya)

Lee Hun teringat pada So Woon.

"Apa yang terjadi pada ratu? Apa kamu sudah menyuruhnya meminum racun?"

"Yang Mulia. Supnya akan dingin. Kamu harus makan dulu."

Lee Hun mengambil sendok namun sendoknya terjatuh karena tangannya yang terus gemetaran. Lee Kyu membantunya meletakkan sendoknya kembali.

"Saat aku kembali. Aku akan membun** semua orang yang tidak mematuhiku. Hanya darah yang bisa membuat mereka sadar pada akhirnya."

Lee Kyu berkaca-kaca. "Yang Mulia. Sebelum Anda kembali, kenapa tidak pergi ke pantai yang sering Anda datangi saat masih menjadi pangeran? Aku akan menawarkan minuman disana untuk merayakan ulangtahunmu."

"Baiklah. Kita sudah lama tidak kesana."

Lee Hun lalu memakan supnya dengan tangan gemetaran sampai-sampai mejanya ikut bergetar.

***

Lee Hun dan Lee Kyu pergi ke pantai. Mereka memandang laut yang luas membentang dengan suara deburan ombak.

"Aku selalu ingin tahu apa yang ada di seberang lautan. Saat aku menjadi putra mahkota, kamu membawa kembali buku-buku saat jadi utusan Ming. Itu penuh cerita-cerita lucu dari seberang lautan. Suatu hari aku akan mengunjungi negara hebat yang ada di seberang lautan dan mengimport senjata baru. Negaraku akan lebih kuat dari Jepang, barbar, bahkan Ming. Tunggu saja dan lihat."

Lee Kyu diam tidak menanggapi.

"Kenapa kamu diam tidak bicara apapun?"

"Kamu sudah tahu jika negara kuat yang kamu impikan adalah hal yang aku inginkan."

"Benar. Dunia baru. Aku akan menciptakannya. Berikan waktu padaku. Kamu bilang akan memberiku minuman. Dimana itu?" (Omo! Jangan bilang Lee Hun mau dirac*n)

Lee Kyu membuka sebuah botol minuman lalu menuangkannya ke gelas yang dia berikan pada Lee Hun. Lee Hun menatap Lee Kyu kagum.



"Alangkah bagusnya kalau kau adalah ayahku."

Lee Hun menenggak minumannya. "Mari kita kembali ke istana."

Baru berjalan selangkah, Lee Hun menjatuhkan gelasnya lalu memegang kepalanya. Lalu berusaha berjalan lagi. Namun dia terjatuh dan tiba-tiba muntah darah. Sontak Lee Hun menatap Lee Kyu tak percaya. Dia menangis. (Sedih :'()

"Badut itu belum mati. Aku takut ini akan terjadi. Itu sebabnya aku membuatmu berlutut untuk membuatmu tinggal. Kenapa kamu membelakangiku? Kenapa kamu menyerah padaku?"

"Aku tidak menyerah padamu. Aku memilih bangsa ini, rakyat, dan dunia baru diatasmu."

"Kamu pikir aku akan jatuh seperti ini? Kamu salah. Setelah aku kembali ke istana, badut itu, ratu, kamu, dan bahkan petugas Jang, aku akan membuat kalian berempat dipeng**l. Kalian akan dicab*k-cab*k dan badan kalian dibakar. Kalian akan merasakan sakit yang lebih buruk dari kematian. Dan kemudian mati dalam penyesalan karena berusaha mengkhianatiku."


Lee Hun muntah darah lagi. Lee Kyu merunduknya menasihatinya untuk sedikit bicara agar rasa sakitnya semakin berkurang.

Tiba-tiba Lee Hun teringat pada adiknya, Yul. "Apa bocah itu juga menderita seperti ini?"

Diperlihatkan kalau orang yang waktu itu menemani Lee Yul makan ternyata Lee Kyu.

"Melihat caramu membu**h Yul untukku, aku akhirnya yakin sudah menemukan orang yang benar-benar setia padaku. Bukankah kamu bilang akan mati untukku?"

"Saat aku bilang akan mati untukmu, itu tidak bohong."

"Lucu sekali. Kamu bilang ingin mati tapi kamu masih hidup. Aku ingin hidup tapi aku akhirnya mati."

Lee Hun merangkak meraih Lee Kyu.

"Ini tidak mungkin. Aku harus hidup. Aku ingin hidup."

"Negara berkuasa yang kamu impikan. Hanya ini satu-satunya cara untuk membuat masa itu segera datang."

"Kamu pikir itu bisa tanpaku?"

"Jangan khawatir. Aku akan mempertaruhkan nyawaku. Dan membuatnya terjadi apapun yang terjadi."

Lee Hun terkulai ke tanah. "Aku takut. Aku sangat takut. Dikehidupan selanjutnya, siapa aku bukan masalah."

"Aku akan berada disisimu sampai nafas terakhirku."


Lee Kyu meneteskan airmatanya saat melihat Lee Hun sudah tak bergerak. Dia memberikan penghormatan terakhirnya pada sang raja.

Bersambung ke The Crowned Clown episode 9 part 1

Komentar :

Walaupun nggak suka sama sikap Lee Hun yang kasar dan kejam, tapi sedih juga lihat dia digituin. Apalagi setelah tahu masalalunya yang nggak pernah dianggap sama ayah kandungnya sendiri.  Kesepian banget nggak sih hidupnya. Nggak nyangka Lee Hun akhirnya diracuni sama Lee Kyu yang sebenernya kelihatan banget kalo dia tulus sama rajanya. Aku belum nonton versi movienya jadi nggak tahu ending movienya kaya apa. Tapi kalo di lihat dari ceritanya, mungkin nggak sih bakalan happy ending? Terutama love storynya. Aku rasa kalau So Woon tahu, mengingat kebaikan hatinya, menurutku dia bakalan sulit menerima Ha Sun yang sebenarnya karena dia pasti ikut ngerasa bersalah atas kematian Lee Hun. Kecuali kalau Lee Hun ternyata nggak meninggal, mungkin So Woon bakal mempertimbangkan Ha Sun. Karena menurutku So Woon emang jatuh cintanya sama Ha Sun yang baik hati. Entahlah....

2 komentar


EmoticonEmoticon