Item
Episode 1
Sumber konten dan gambar : MBC
Sebuah kereta bawah tanah jurusan Pyeonghwa melaju di dalam terowongan yang gelap. Tiba-tiba saja kereta itu berhenti. Terlihat tangan masinis memutar balik kemudinya dan kereta kembali melaju namun dengan arah berlawanan. Dan anehnya, saat diperlihatkan wajah sang masinis, tatapannya terlihat kosong.
Para penumpang sontak panik menyadari keanehan dari kereta yang mereka naiki. Mereka menjerit ketakutan. Seorang ahjussi berusaha berbicara dengan kondektur melalui interkom sambil marah-marah. Namun percuma karena tak ada yang menjawab. Dan mendadak, lampu kereta mati yang kontan membuat penumpang bertambah ketakutan dan panik.
Stasiun Jeongjin.
Kang Gon (Ju Ji Hoon), menerobos kerumunan orang yang sedang menunggu kereta. Dahi kirinya berdarah. Dia berteriak menyuruh mereka pergi karena disana berbahaya. Beberapa orang mengenalinya sebagai jaksa pembunuh karena melihatnya di berita.
Gon kesal karena tidak ada yang mengindahkannya. Dia melihat tombol berhenti otomatis lalu memencetnya. Tak sampai di situ. Dia nekad turun ke lintasan kereta api. Masinis yang ada di belakang kemudi langsung melaporkannya ke pihak keamanan.
Gon berjalan di rel itu. Dia berhenti setelah beberapa langkah. Tangannya mengambil sebuah foto dari balik bajunya. Foto seorang gadis yang tampak buram di bagian tengahnya. Gon meneteskan airmata melihat foto itu. Dia lalu memakai sebuah gelang manik-manik di tangan kanannya kemudian melihat ke atas sebuah gedung.
Di gedung itu, terlihat seorang wanita (Jin Se Yun) menjatuhkan dirinya dari rooftop.
Terdengar bunyi kereta datang. Kereta Pyeonghwa. Bukannya menghindar, Gon malah lari menyongsong kereta itu. Dia berhenti lalu mengarahkan tangannya yang memakai gelang. Dan ajaib, gelang itu mengeluarkan cahaya biru. Gon berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan kereta itu hingga keluar darah kental dari mulutnya. Dan bagai sihir, kereta itu berhenti meski dengan posisi gerbong pertama dan kedua menukik ke atas.
Gon membuka mata. Nafasnya terengah-engah. Sepertinya tadi hanya mimpi. Dia memandang tangan kanannya.
Di meja, tampak sebuah foto dimana Gon menggendong seorang anak perempuan.
Gon membuka jendela kamarnya yang langsung menghadap pelabuhan (kayaknya). Angin pagi berhembus membelai wajahnya. (Jiah)
***
Gon sedang memasak di dapur. Terdengar siaran berita di televisi namun Gon sepertinya sama sekali tidak mendengarkannya. Pewarta menyiarkan tentang perusahaan Hwawon yang sangat berkembang pesat. Berita berikutnya soal Nam Chul Soo, ketua yayasan pohon harapan yang dikabarkan hilang sudah satu minggu.
Masakan Gon selesai. Gon mematikan televisi lalu memanggil Da In, keponakannya. Da In sendiri masih mengenakan kimono di kamar mandi. Dia berdiri di depan cermin seolah-olah sedang bermain piano. Dia akhirnya keluar setelah Gon mengancam akan menghabiskan makanannya.
***
Da In mengginggit roti bakarnya. Gon mengepang rambut Da In dengan rapi.
"Ketika kau pergi ke sekolah hari ini, teman-temanmu akan mengatakan rambutmu terlihat cantik."
Da In menunjukkan buku notenya. Disana tertulis, "Kau tahu sudah 30 menit kan?"
Kontan Gon panik sendiri takut Da In terlambat. Da In sepertinya tidak bisa bicara.
***
Gon dan Da In sampai di depan sekolah. Sebelum Da In turun, Gon mengingatkannya untuk tos ala mereka terlebih dahulu. Setelah itu Da In pamit dan masuk ke sekolahnya. Gon menatap foto yang tertempel di bagian atas mobilnya (bagian penghalang cahaya matahari). Itu sepertinya foto Da In saat masih bayi bersama kedua orangtuanya.
***
Gon pergi ke kantor jaksa penuntut umum Cheonghae, tempatnya bekerja. Begitu duduk, dia langsung membuka dokumen kasus penyuapan konstruksi Cheonghae. Salah seorang staff pria paruh baya menghampirinya.
"Ya Tuhan. Pak, besok kau akan pergi ke Seoul. Kenapa kau masih membaca dakwaan?"
"Rasanya aneh. Ini hanya selembar kertas. Tapi bagi seseorang, hidupnya tergantung padanya."
"Kau harus memikirkan hidupmu juga. Menikahlah saat kau pergi ke Seoul."
"Aigoo. Jangan jadi orang asing saat aku mengirimimu undangan."
"Aigoo. Kirimi aku undangan dan aku akan terbang ke sana."
Si staff lalu pergi ke mejanya mengambil hadiah untuk Gon. (Mungkin Gon dapat promosi kerja di Seoul). Gon tertawa saat melihat hadiahnya ternyata celana dalam bolak-balik.
Atasan Gon (bapaknya Tae In Joon) masuk ke ruangan Gon sambil tertawa. Dia meledek Gon yang terlihat tidak senang pergi ke Seoul. Namun tawanya seketika hilang melihat dokumen penyuapan di atas meja Gon. Gon tidak menyadari perubahan wajah atasannya.
"Memikirkan aku akan meninggalkan tempat yang hebat ini, membuatku ingin menangis di sungai."
Si atasan berdehem memberi sinyal agar kedua staff keluar. Dia lalu menegur Gon yang masih ikut campur dakwaan penyuapan padahal akan kembali ke Seoul (oh jadi Gon aslinya dari Seoul).
"Aku dengar itu hanyalah toko kecil. Kau tidak akan mendapatkan banyak dengan menyelesaikan kasus ini. Kau harus tahu dengan baik karena kau pernah terlibat dengan Hwawon sebelumnya," ujar atasan Gon dengan logat daerahnya.
Gon mencoba meminta pengertian atasannya. "Pak, CEO toko kecil itu adalah keponakan perempuan anggota kongres Choenghae. Dan dia juga sepupu seorang pejabat publik yang mengelola pesanan dan mengawasi konstruksi Kantor Pendidikan."
"Karena mereka kerabat, aku dengar mereka baru saja bertemu secara teratur untuk makan dan bermain golf. Bahkan Kim Young Ran Act menyuap kerabatmu baik-baik saja. Mari kita selesaikan dengan baik. Jangan biarkan sesuatu menghalangimu dalam perjalanan. Okay!"
Atasan Gon berjalan pergi. Gon menghentikannya dengan bertanya apa atasannya mendapatkan sesuatu (suap)?
Sontak atasan Gon langsung marah-marah. "Beraninya kau mengatakan itu?"
"Maksudku apakah kau mendapatkan sesuatu untuk dimakan?" (HAHA)
Gon mengingatkan bahwa tidak baik memakan apapun yang atasannya mau. Kemudian Gon pamit pergi. Dia mengambil mantelnya terlebih dahulu. "Aku sedang dalam perjalanan untuk mengikat dengan longgar."
Atasan Gon menggerutu kesal. "Aigoo. Ancaman itu." (Meskipun bukan jaksa yang bersih, atasan Gon kayaknya bukan antagonis)
Jo Se Hwang (Kim Kang Wo) baru keluar dari penjara. Para wartawan sudah menunggunya di luar. Begitu Jo Se Hwang keluar, dia langsung diberondong berbagai pertanyaan.
"Kapan kau akan kembali ke bisnis?"
"Bagaimana kau akan mendapatkan kepercayaan publik lagi?"
Tanpa banyak kata, Se Hwang berlutut di depan para wartawan. Dia memasang wajah menyesal.
"Aku lebih suka meminta maaf dengan tulus kepada kalian semua yang telah mendukung Hwawon. Aku akan bertanggungjawab penuh dan mundur dari posisiku. Sekali lagi, aku sangat menyesal untuk apa yang telah aku lakukan."
Se Hwang pergi dengan dikawal para penjaga.
***
Beberapa polisi sedang mengadakan rapat terkait menghilangnya Nam Chul Soo. Ketua Tim terlihat stress karena sudah satu minggu tetapi belum juga ditemukan titik terang tentang keberadaan ketua yayasan pohon harapan itu. Ditambah laporan para anak buahnya yang sama sekali tidak membantu.
Polisi muda yang memakai kaca mata mencoba berpendapat. Dia menyarankan untuk mempertimbangkan gagasan petugas Shin (Jin Se Yun) dengan menganggap ini sebagai kasus pembunuhan, bukan sekedar penculikan atau kasus orang hilang.
Ketua tim jelas menolak karena mereka tidak punya bukti kalau ini kasus pembunuhan. Bagaimana kalau tiba-tiba Nam Chul Soo muncul entah darimana? Siapa yang mau bertanggungjawab?
Shin So Young yang sedari tadi berdiri di pojokan akhirnya angkat bicara. "Aku yang akan bertanggungjawab." Dia menyalakan layar proyektor.
"Sangat mungkin ini adalah pembunuhan."
So Young menunjukkan bukti cctv selama 3 bulan yang memperlihatkan kebiasaan Nam Chul Soo yang selalu mengunci pintu dua kali sebelum pergi. Keluarganyapun telah mengkonfirmasi hal itu. Namun pada hari menghilangnya Nam Chul Soo, dia sama sekali tidak mengunci pintu rumahnya. Terlebih lagi, sebelum keluar dia mendapat panggilan dari nomor yang tidak dikenal. So Young meyakini kalau Nam Chul Soo mendapat tekanan psikologis yang dalam sampai merusak kebiasaan lamanya.
Tiga menit setelah sampai di villa, Nam Chul Soo kembali mendapat panggilan dari nomor yang tidak di kenal selama 10 detik. Dan anehnya, setelah panggilan berakhir, semua kamera cctv dan sambungan listrik di villa itu dimatikan.
"Jadi apa yang kau pikir terjadi selama 10 detik itu?" Tanya ketua tim.
"Aku belum tahu secara detail. Tapi penelepon pasti tahu sesuatu yang membuat Ketua Nam sangat tertekan. Jika tidak, ayah apa yang akan lari dari rumah meninggalkan semua uangnya di dalam brangkas ketika putri satu-satunya akan menikah?"
***
Seorang wanita dengan dandanan menor berlari sambil berteriak minta tolong. Tampak luka lebam di pelipisnya dan darah mengalir dari sudut bibirnya. Orang-orang datang mengerumuninya saat dia terjatuh. Kebetulan Gon ada disana. Wanita itu menunjuk sebuah restoran.
Gon meminta seseorang menelepon 911. Dia sendiri pergi ke restoran itu sambil menelepon seorang detektif memberitahukan keberadaannya dan meminta sang detektif segera datang.
Keadaan restoran sangat berantakan. Seorang pria berambut plontos duduk di sofa dengan kaki di atas meja. Gon memperkenalkan diri sebagai jaksa penuntut umum. Pria itu malah mengusirnya.
"Apa kau memukulnya?"
Bukannya menjawab, pria itu malah tertawa seperti orang gil*. Jari telunjuknya dia letakkan di atas botol. Dan ajaib, botol itu seketika pecah berkeping-keping. Tentu saja Gon tidak percaya melihatnya. Dia lalu mematahkan gagang alat pel.
"Bukankah itu menarik? Apa kau ingin melihat lebih banyak?"
Pria itu memukul meja dan seketika meja itu hancur. "Apa kamu takut?"
Gon mengacungkan tongkat pelnya. "Kau tidak seharusnya bicara begitu santai padaku."
"Apa kau pikir kau bisa menghentikanku dengan tongkat itu?"
Pria itu berdiri. "Apa kau juga pikir aku ini hanya pecundang rata-rata? Aku ini spesial tahu!"
"Sepertinya kau sangat kesal. Mari kita tenang dulu."
Pria itu lagi-lagi tertawa.
Diluar, polisi datang bersamaan dengan kaca restoran yang pecah dan kursi yang terpental keluar. Para polisi segera masuk dan kaget melihat Gon yang tersungkur di lantai. Gon memberitahu ciri-ciri si pria dan minta dipanggilkan petugas cadangan.
"Dia melukai kakinya jadi dia tidak bisa pergi jauh."
Gon pergi mengejar si pria botak. Mereka sampai ke pelabuhan. Pria itu masuk ke sebuah gedung di ujung dermaga. Gon sampai ngos-ngosan sesampainya disana. Dia masih sempat-sempatnya meluapkan kekesalannya karena harus berlari 100 meter dalam waktu hanya 12 detik.
"Kau seorang jaksa bukan detektif. Berhentilah mengejarku."
Gon pamer kalau dia adalah petarung terbaik di sekolahnya meskipun dia tidak pernah belajar taekwondo, judo, maupun aikido.
Si pria tertawa seperti orang sinti**. Dia mengepalkan tangannya di atas sebuah drum. Pergelangan tangannya tampak memakai gelang manik-manik seperti yang dipakai Gon didalam mimpinya. Gelang itupun mengeluarkan cahaya biru. Kontan Gon terkejut mengingat mimpinya.
Pria botak dengan entengnya melempar drum ke arah Gon dengan kekuatan penuh. Gon sampai terlempar ke belakang saat mencoba menghindar. Berkali-kali si pria berusaha memukul Gon dengan pipa besi. Gon mendorong sebuah tangga besi hingga roboh menimpa si pria. Namun dengan kekuatannya, dia berhasil mendirikan kembali tangga itu.
Gon mengambil sebuah tongkat besi dan berusaha menyerang si pria namun gagal. Pria itu mencekik leher Gon hingga Gon terangkat. Meski di luar logika, tapi Gon sepertinya sadar kalau kekuatan pria itu berasal dari gelang biru di tangannya. Dia melepas gelang itu hingga terlempar ke lantai. Pria itu berhasil mengambilnya kembali. Gon berusaha merebutnya tapi pria itu tergelincir pipa besi hingga tubuhnya jatuh ke belakang ke laut lepas bersama gelangnya. Gon berusaha meraihnya tapi kepalanya kejatuhan besi hingga pingsan.
***
Ketua Choi (ketua tim) sedang duduk sambil memperhatikan So Young. Tiba-tiba detektif Jung masuk melaporkan kalau ada seorang informan mengaku melihat seseorang yang mirip Nam Chul Soo. Tanpa pikir panjang, Ketua Choi langsung mengajak semua anggota timnya pergi termasuk detektif Seo (berkacamata) yang sekarang ganteng tanpa kacamata.
Di suatu ruangan, empat orang pria sedang berkumpul menonton berita dan minum-minum sambil bersenda gurau. Tapi begitu Se Hwang masuk, mereka langsung terdiam dan berbaris rapi dengan kepala menunduk hormat. Se Hwang mempersilakan mereka duduk.
"Bersenang-senang?"
Suasana langsung tegang.
Se Hwang tertawa lirih. "Kau orangtua yang tidak tahu apa-apa bukan?"
Pria berambut putih bertanya apa mereka membuat Se Hwang kesulitan?
"Aku hanya bercanda. Kau telah membawa keadilan ke korea hari ini. Minumlah."
Se Hwang menuangkan minuman masing-masing satu gelas penuh. Ke empatnya bersulang dan menenggak minuman mereka dengan susah payah. Se Hwang hanya tersenyum melihat tingkah para bawahannya.
Polisi menyisir dermaga mencari si pria botak. Gon yang sudah sadar menyaksikannya dari atas gedung. Dia berjalan ke tembok yang jebol akibat hantaman pria botak sebelum mencekik lehernya. "Ini tidak masuk akal."
Se Hwang berjalan di tepi kolam renang yang temboknya di penuhi banyak lukisan. Dia berhenti di depan sebuah lukisan lalu menyentuh tulisan di tepi bawah lukisan itu. Seketika tembok bergeser menunjukkan sebuah ruangan di belakangnya. Se Hwang memindai sidik jari tangan kanannya untuk membuka kode pintu kaca. Pintu pun terbuka. Se Hwang tersenyum melihat berbagai macam benda di lemari di ruangan itu. Namun senyumnya hilang saat menyadari sebuah guci hitam yang tutupnya telah bergeser. Se Hwang mengambil guci itu dan menemukan isinya telah kosong. Dia melempar guci itu hingga pecah.
Se Hwang hendak pergi namun tiba-tiba sebuah kamera merah muda di lemari menyala. Mata Se Hwang berubah menjadi merah dan iris matanya melebar. Kamera berhasil mencetak sebuah foto.
Se Hwang tersentak dan matanya kembali normal. Dia segera mengambil hasil foto itu. Foto Da In yang sedang jongkok di tepi sungai. Dan dalam penglihatan Se Hwang, Da In sedang menatap gelang biru yang tergeletak di bebatuan.
Bersambung ke Item episode 2
Akhirnya aktor favoritku comeback main drama lagi. Sebenarnya belum lama ini Ju Ji Hoon udah main drama pendek berjudul Kingdom. Dramanya cuma 6 episode. Tapi karena ceritanya tentang zombie dan banyak darahnya, aku kok takut-takut mau nontonnya. Aku nggak begitu takut sih nonton film horor. Tapi kalo banyak darah dan adegan sadisnya, aku suka jadi nggak doyan makan. Jadinya nunggu drama Item ini aja. Aku ini fans Ju Ji Hoon dari jaman Princess Hour hingga kini (siapa yang nanya). Love you oppa :)
EmoticonEmoticon