Sinopsis K-Drama : Item (Episode 2)

Item
Episode 2


Sumber konten dan gambar : MBC

Baca Item episode sebelumnya


Da In sedang belajar memainkan sebuah lagu dengan pianikanya di tepi sungai. Entah mengapa, tiba-tiba dia tertarik untuk turun dan melihat sebuah gelang biru di bebatuan.


So Young sedang mengendarai mobil merahnya sambil menghubungi Ketua Choi. Dia masih mencoba meyakinkan ketua tentang pemikirannya. Ketua Choi kesal karena menurutnya So Young sok tahu segala hal. Dia menutup sambungan telepon lalu menggerutu pada bawahannya.

"Dia melanggar batas karena dia seorang profiler kan? Hanya karena dia pergi ke sekolah dia pikir dia bisa menyelidiki hanya dengan logika." (Emang mereka nggak sekolah?)

Di belakang mereka, ada mobil wartawan yang mengikuti. Sadar kamera, ketua Choi langsung mengenakan kacamata hitamnya.


So Young memasuki kawasan villa dimana Nam Chul Soo menghilang. Dia turun dari mobil lalu melewati garis polisi. So Young masuk ke sebuah ruangan. Dia bertanya pada diri sendiri kenapa Nam Chul Soo menghilang setelah jauh-jauh kesana? Tidak. Bagaimana dia menghilang? Benarkah bahwa dia telah hilang?

Rumah bergaya Jepang dan desain interior yang mahal. 



So Young membuka jendela lalu memperhatikan berbagai piala dan piagam yang berderet rapi di meja.

Di villa pribadinya, dia menampilkan prestasi yang telah dia capai. Mencintai diri sendiri. Dan di villa ini, jejak terakhirnya tetap di sini.

So Young membuka pintu ruangan sebelah lalu menyalakan senternya. Melihat ruangan yang sangat rapi dan warna yang diatur serasi, So Young menyimpulkan kalau Nam Chul Soo memiliki kepribadian obsesif kompulsif.

Pandangan So Young tertuju pada bak mandi. Mengingat kepribadian kompulsif Nam Chul Soo, So Young masih tidak mengerti kenapa dia meninggalkan air di dalam bak mandi.


So Young mencoba menyamakan keadaan bak mandi saat ini dengan foto yang sedang dia pegang. Dia lalu meletakkan senternya dan masuk ke bak mandi. So Young bahkan merebahkan tubuhnya.

(Yang tulisan miring narasinya So Young)

Apakah dia selalu dalam keadaan cemas bahwa dia harus dapat melihat keluar, bahkan di bak mandinya? Apa yang membuatnya secemas itu?

So Young memejamkan matanya. Dia membayangkan tubuhnya terendam air. Air terus naik hingga menenggelamkannya.

Atau ada orang lain? Siapa yang bisa menjelaskan semua ini?

Tiba-tiba seseorang mencekik leher So Young di dalam air. So Young bangun dari lamunannya dengan nafas terengah-engah sambil memegang lehernya.

Ini aneh. Tidak seperti hari-hari biasa, jika ada gerakan besar dengan orang lain di ruangan sempit ini, tidak mungkin sebersih ini. Itu berarti sangat mungkin orang lain bisa membersihkannya.

So Young berdiri meraih senternya lalu menyorotkannya pada deretan shampo yang tertata rapi.

Namun orang itu tidak mungkin meniru gangguan kompulsif Nam Chul Soo. Itu berarti, mungkin ada petunjuk disini.

Nam Chul Soo tidak ingin terlihat di depan umum karena luka bakar di wajahnya. Melihat kondisinya, dia akan memilih cerminnya dengan hati-hati.



So Young meneliti cermin di ruangan itu. Dia heran, di dalam villa bergaya Jepang itu, semua dekorasi bernada kayu. Tapi kenapa bahan, warna, serta ukuran cermin itu berbeda? So Young menyimpulkan ada sesuatu dibalik cermin itu. Dia berniat memukul cermin itu.

***

Rombongan tim polisi sudah sampai di tempat yang informan tunjukkan. Detektif Kim membuka sebuah pintu. Semua anggota tim menodongkan pistol ke arah pintu itu.


So Young memukul cermin dengan senternya. Dan benar saja, di balik cermin itu ada sebuah ruangan. So Young meneranginya dengan senter. Terdapat tumpukkan buku di sana. Dia juga melihat kertas yang merah oleh darah dengan tulisan dari alkitab. Dan juga sebuah jasad yang sudah membusuk. So Young terkejut melihatnya.


Para polisi ternyata salah orang. Mereka menggrebek rumah seseorang yang sebelah wajahnya agak rusak. Mungkin karena itulah informan mengiranya sebagai Nam Chul Soo.


So Young keluar dari villa dan langsung muntah-muntah. Kepalanya terasa berputar. Dia segera mengambil obat di kantong bajunya lalu menelannya. Setelah lumayan tenang, dia segera melaporkan penemuannya.

***

Gon sedang minum teh di sore hari. Dia melihat tangannya dan teringat mimpinya serta  insiden dengan pria botak. Tiba-tiba seorang bernama Han Yu Na menelepon.


Yu Na (Kim Yoo Ri) yang juga seorang jaksa bertanya apa Gon sudah selesai berkemas. Gon mengiyakan.

"Apa kau punya tempat di Seoul?"

"Tuan Shin menyiapkan sebuah tempat untukku." (Wah kayaknya So Young anak atasannya Gon)

"Oh."

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu padaku?"

"Tidak. Aku hanya ingin menghubungimu sebelum kau datang kesini. Kau akan kembali setelah 3 tahun. Sampai jumpa di Seoul."


Yu Na menutup teleponnya. Wajahnya tampak murung. Dia menatap foto kelulusannya bersama Gon.

***

Se Hwang sedang berolah raga di atas kolam renang. Dia lalu menghampiri Pak Yoon, bawahannya. Pak Yoon minta maaf karena telah menghilangkan barang di dalam guci.

"Apa kau tidak tahu apa arti barang itu bagiku? Apa kau tahu bagaimana perasaanku sekarang?"


Pak Yoon hanya diam saja. Se Hwang lalu melilitkan sebuah tali ke leher Pak Yoon lalu mengeratkan.

"Inilah yang aku rasakan. Mengerti?"

Pak Yoon mengangguk. Se Hwang melepaskan talinya lalu melempar tali itu ke lantai. "Mereka pasti meninggalkan jejak. Jadi kembalikan!"

"Iya Pak."

***

Rombongan tim sudah kembali ke kantor polisi. Ketua Choi memberi selamat pada So Young sambil nyinyir. "Mungkin itu karena kau punya detektif untuk ayahmu. Kau pasti luar biasa. Tapi ku kira ayahnya tidak mengajarinya bahwa tempat ini juga organisasi. Jika kau ingin tinggal lama disini, kau harus berhati-hati. Aigoo."


Ketua Choi akan pergi. Tapi So Young bersuara.

"Tidak. Ayahku tidak mengajariku itu. Dan aku bersyukur untuk itu karena aku masih bisa mempertahankan penilaian yang jelas. Tidak seperti kau yang hanya tertarik memikirkan promosi.

Ketua Kim hampir meledak tapi detektif Kim dan Jung berusaha menenangkannya.


Gon menemani Da In menuliskan harapannya di lampion. Mereka lalu menerbangkannya bersama-sama. Lampion itu terbang tinggi di udara.

***

So Young turun dari taksi. Dia menatap gedung tempat tinggalnya.


Gon menggendong Da In di punggungnya sambil menyenandungkan sebuah lagu.

Gon menyelimuti Da In yang sudah terlelap di tempat tidurnya. Dia lalu menatap fotonya yang sedang menggendong Da In bersama orangtua Da In.

Langit bergemuruh. Hujan turun malam itu. Gon teringat hujan yang sama di hari kelulusannya sebagai jaksa. Dengan masih mengenakan jubah kelulusan, Gon tertatih menghampiri kakaknya yang terbaring tak berdaya di tanah. Di pahanya tertancap sebuah besi. Terlihat mobil sedannya terbalik. Banyak polisi di sana.


Kakaknya tersenyum menggenggam tangan Gon. "Kau disini. Jaksa! Maaf merusak hari hebatmu."

"Jangan katakan itu."

"Gon. Aku ingin minta tolong padamu. Da In kita..."

"Tidak. Jangan katakan apapun. Da In baik-baik saja dan menunggumu di rumah sakit."

"Kamu harus menjaga Da In mulai dari sekarang."

"Jangan katakan itu. Kau sendiri yang harus menjaga Da In."

"Tolong jaga Da In."

Kakak Gon menghembuskan nafas terakhirnya di bawah guyuran hujan. Gon tak kuasa menahan tangisnya. Airmatanya mengalir berbaur dengan tetesan air hujan.

Gon menggenggam tangan Da In. Dia terus menatap Da In yang terlelap.


So Young duduk sendirian di rooftop.

"Eomma. Aku merindukanmu."

So Young memutar percakapannya dengan ibunya di ponsel lamanya. Setelah selesai, dia menatap ponsel itu.

"Eomma. Yang aku lakukan sudah benarkan?"

***

Gon sedang menyiapkan kepindahannya ke Seoul. Terdengar Da In sedang memainkan pianikanya. Setelah selesai dia memasukkan pianikanya ke dalam kotak. Sebelum pergi, dia menuliskan pesan untuk ayah ibunya di dinding bahwa dia sudah besar jadi jangan khawatir. Dia akan menjadi gadis pemberani di Seoul dengan paman. 'Aku mencintaimu'.

***

Rumah Sakit Universitas Seohwa

Para dokter melaporkan kondisi terkini ayah Se Hwang yang sedang terbaring koma. Seorang dokter mempersilakan Se Hwang masuk tapi Se Hwang meminta para dokter pergi saja karena dia akan masuk sendirian.


Di dalam ruang rawat VIP, seorang perawat sedang memeriksa ayah Se Hwang. Se Hwang terang-terangan ingin mengambil alih apa yang sedang dikerjakan perawat. Meski ragu, tapi pada akhirnya perawat itu pergi dan membiarkan Se Hwang yang menampung air seni ayahnya ke dalam botol.

"Ayah. Ini aku Se Hwang. Maafkan aku. Seharusnya aku lebih sering mampir. Kamu pasti kesepian tanpa aku."

Se Hwang mengeluarkan sapu tangannya lalu mengelap keringat di wajah ayahnya.

"Apa ayah ingat? Saat aku masih kecil, aku sering terjatuh saat bermain diluar. Kau akan mencuciku hingga bersih saat aku pulang ke rumah."

Flashback

Se Hwang kecil duduk berlutut dengan hanya memakai celana pendek. Ayahnya terus menyiramnya dengan air keran hingga dia gelagapan.


"Ayah ku mohon. Aku minta maaf. Tolong maafkan aku."

Flashback end

Se Hwang merunduk mendekati ayahnya. "Aku akan selalu menjaga ayah hingga ayah tidak akan mati. Jadi ayah, kamu bisa terus menjalani hidupmu. Buang kotoran manusia seperti sekarang. Karena itu akan menyenangkan bagiku."

Se Hwang tersenyum sambil menepuk pelan dada ayahnya. (Dari awal muncul udah kelihatan banget psikonya)


Seorang pria, Koo Dong Young, sedang merapal mantra di kelilingi lilin-lilin putih yang menyala. Ditangannya, dia menggenggam sesuatu yang mengeluarkan cahaya merah panjang yang menggeliat bagai cemeti. Beberapa kali cahaya merah itu memecut punggungnya hingga meninggalkan luka di sana.

***

Gon baru saja sampai Seoul. Tempat tinggal barunya sama dengan tempat tinggal So Young. Staffnya di Cheonhae menelepon. Gon langsung menanyakan hasil analisa sidik jari. Si staff menyebut nama Koo Dae Soo. Alamatnya di Seoul di Gangseo-gu, hwagok-ro, 16 ga gil 27. Da In memberikan pulpen pada Gon untuk mencatatnya. Gon mencatat di atas kardus. Dia memberitahu staffnya kalau dia sudah melimpahkan dakwaan kasus suap ke pengadilan kemarin.


Gon menutup teleponnya. So Young kebetulan lewat sambil menggerai rambutnya. Awalnya aku kira Gon terpesona. Tapi ternyata dia tertegun karena mengenali So Young sebagai gadis yang ada dalam mimpinya.


Gadis dengan pupil mata berwarna putih yang terjun dari atas gedung.


So Young berjalan melewati Gon. Saat sampai tangga, So Young menyadari sesuatu di atasnya. Dia mendongak. Begitu juga Gon. Gon segera menarik tubuh So Young sebelum pot bunga terjatuh mengenai kepalanya.


Mereka berdua terjatuh tepat di atas barang pindahan Gon yang terlihat empuk. Mereka saling bertukar pandang.


Bersambung ke Item episode 3



EmoticonEmoticon