He is Psychometric
Sumber konten dan gambar : TVN
Aula pemakaman YSS, 10 Desember 2005
Para pelayat memberi hormat pada mendiang orangtua Lee An. Terlihat lumayan banyak yang datang melayat. Lee An duduk sendirian dengan wajah sedih sambil menatap foto almarhum ayah dan ibunya.
Tak jauh berbeda dengan Sung Mo. Dengan tangan disangga dan pelipis yang di perban akibat terjun dari apartemen, dia berdiri memandang foto ibunya. Berbeda dengan pemakaman orangtua Lee An yang ramai pelayat, pemakaman ibu Sung Mo tidak dihadiri oleh siapapun.
Sung Mo keluar dan menghampiri Lee An yang sedang menangis tersedu-sedu. Lee An bertanya, "Kenapa kamu menyelamatkanku? Harusnya kamu membiarkanku mati saja bersama ayah ibuku. Ibu,,,,,"
Sung Mo duduk di samping Lee An yang masih terus menangis memanggil-manggil ibunya. Tak lama kemudian, Pak Eun keluar dari ruang pemakaman orangtua Lee An. Sung Mo langaung berdiri dan bertanya apa Pak Eun sudah menemukan pria yang dia ceeitakan. Pak Eun bilang tidak ada pria seperti yang Sung Mo ceritakan.
"Tapi aku melihatnya. Saat itu pria itu sedang mengawasi apartemen kami dari seberang komplek."
Beberapa rekan Pak Nam lewat di belakangnya. Dia bilang pada Sung Mo akan mencari pria itu lagi. Tapi Sung Mo tidak boleh menyebut pria itu lagi disini.
Sung Mo dan Lee An duduk bis dengan memeluk foto almarhum orangtua mereka masing-masing. Sung Mo melihat layar besar di sebuah gedung yang menayangkan penangkapan Yoon Tae Ha.
"Hyung? Apa itu? Orang yang menyelamatkan kita adalah orang jahat?" Tanya An yang juga melihatnya. Sung Mo diam saja. An berjalan ke jendela belakang bus untuk melihat berita lebih jelas. Dia lalu mengeluarkan sapu tangan abu-abu bertuliskan Akademi Damkar kelas 23 dari saku jaketnya. Tiba-tiba kepala sakit dan muncul potongan ingatan saat Pak Yoon menolongnya dan menutup hidungnya dengan sapu tangan itu agar An tidak menghirup asap terlalu banyak.
An memegang kepalanya sambil mengerang kesakitan hingga para penumpang menoleh padanya. Sung Mo segera menghampirinya dan bertanya ada apa.
Episode 10
An melihat wajah ayah Jae In dalam visinya saat menyentuh pipi Jae In. Dia sangat terkejut mengetahui kenyataan itu. Lee An menurunkan tangannya dari wajah Jae In. Reflek dia mundur beberapa langkah.
"Ayahmu, Yoon Tae Ha?"
"Kamu mengenal ayahku?"
Hujan turun membasahi mereka berdua.
"Tidak mungkin."
"Kasus itu, kamu juga tahu?"
An mundur lagi satu langkah. Jae In maju selangkah. Dia bilang ayahnya dijebak. Sebelum jadi petugas keamanan, ayahnya adalah seorang pemadam kebakaran. Ayahnyalah yang paling khawatir kalau-kalau terjadi kebakaran di komplek. Dan saat kebakaran terjadi, ayahnya membawa orang-orang ke tempat yang aman.
Tubuh mereka berdua basah kuyup oleh air hujan. An menatap Jae In. Ada kilat kemarahan di matanya.
"Dia tidak melakukannya? Itu alasanmu supaya percaya ayahmu tidak bersalah?"
Jae In keheranan melihat perubahan ekspresi Lee An. "Lee An."
"Kamu tahu apa yang lebih buruk dari kemampuanku ini? Aku bisa melihat keburukan dari mereka yang mengaku suci di luar." Lee An mulai meninggikan suaranya. "Orang yang pertama membuatku sadar bahwa bahwa bagaimana orang yang sakit, kotor, dan menjijikan bisa seperti itu." Suara Lee An kembali pelan. "Orang yang ku benci selama hidupku, adalah ayahmu."
Jae In tertegun mendengarnya. "Apa maksudmu?"
Lee An memilih pergi. Jae In mengejar dan menahan tangannya. "An. Itu tidak masuk akal." An menghempaskan tangan Jae In dengan keras. Dia menatap menatap tangan Jae In sejenak, lalu pergi berjalan kaki tanpa mobil Dae Bong.
Jae In berusaha memanggil dan mengejarnya. Dia sampai terjatuh di jalanan yang basah oleh guyuran air hujan. Tapi An terus melangkah maju tanpa menoleh ke belakang.
Jae In hanya bisa terdiam melihat kepergian An. Dia menoleh menatap sebelah sepatunya yang terlepas. Kini dia ingat saat dulu dia meminta pada An agar ayah An membebaskan ayahnya. Saat itu An bilang kalau orang tuanya meninggal dalam kebakaran. Seketika Jae In sadar apa yang membuat An marah. Dia memandang ke arah Lee An pergi. Airmatanya mengalir bercampur dengan aliran air hujan.
Lee An berjalan di trotoar dengan pandangan kosong. Berkali-kali dia bersenggolan dengan orang-orang yang lewat. Kontak fisik pun terjadi. Dia melihat visi seorang pria yang menabrak pejalan kaki namun malah melarikan diri. Lalu seorang wanita yang mencuri lipstik di toko kosmetik. Juga seorang ayah yang menganiaya anaknya. Perlahan An memasukkan tangannya ke saku jaketnya.
Jae In berjalan lemah sambil menenteng sebelah sepatunya. Dia masuk ke pusat keamanan dan duduk di meja kerjanya. Dia menatap sepatu kuningnya. "Apa yang sudah kulakukan padanya."
Hujan sudah mereda. Lee An berjalan menyusuri jembatan. Dia mengingat saat dulu ayahnya membantu Pak Yoon memasang spanduk. Lalu saat melihat Pak Yoon melakukan CPR pada korban kebakaran. Juga saat dia berkata pada Jae In bahwa meski ayah Jae In melakukan kejahatan, itu bukan salah Jae In.
Bukan itu yang dunia pikirkan," ucap Jae In kala itu.
"Kenapa harus peduli pada dunia. Tidak masalah jika orang yang kamu sukai tidak berpikir demikian," balas Lee An.
Lee An berhenti berjalan dan menghadap ke Sungai Han. Dia ingat saat Jae In sesak nafas. "Jadi seperti ini. Perasaan pengap," ucap Lee An. Nafasnya terlihat berat. Dia mengambil kantung kertas dari saku jaketnya. Di sana tertulis 'perawatan darurat untuk Yoon Jae In' dengan tanda hati berwarna merah. Dia menyentuh tulisan itu lembut. Lalu wajahnya berubah marah.
"Kenapa ini terjadi kepadaku? Kenapa?" Lee An berteriak dengan keras. "Apa yang harus aku lakukan?" An meremas kantong kertasnya. Dia berpegangan pada pagar pembatas. Tubuhnya luruh ke lantai.
(Hiks sedih)
***
Ji Soo duduk di sebuah restoran sambil menatap foto ibu Sung Mo dan sketsa wajah Kang Hee Sook palsu. Seorang wanita paruh baya datang dan duduk di depannya. Sepertinya dia saksi yang waktu itu menggambarkan ciri-ciri wajah Kang Hee Sook palsu.
"Seperti yang kukatakan saat aku menggambarkannya. Dia hanya bekerja sebentar dan sedikit berbicara sehingga aku tidak mengingatnya dengan baik."
"Tapi Anda satu-satunya orang yang mengingatnya," ujar Ji Soo. Dia lalu menunjukkan foto ibu Sung Mo.
Bersambung ke He is Psychometric episode 10 part 2
EmoticonEmoticon