He is Psychometric Episode 7 Part 4 (Drama Korea)

He is Psychometric
Episode 7 Part 4


Sumber konten dan gambar : TVN

HIS episode 7 part 3

Seorang resepsionis menyambut Jae In dan Lee An. "Selamat datang. Apa ini pertama kalinya Anda mengunjungi perusahaan kami?"

"Ya," jawab Jae In.

"Kalau begitu lewat sini."


Jae In dan Lee An saling berpandangan. Mereka mengikuti resepsionis sambil melihat-lihat sekelilingnya. Keadaan di sana terlihat seperti layaknya perusahaan biasa. Terlihat ada banyak orang di sana.

"Bukannya kamu bilang mereka tersebar?"

"Tidak. Mereka tidak tersebar. Kurasa ada salah paham."

***

Ji Soo dan Sung Mo mendatangi Komisaris Eun untuk meminta bala bantuan untuk menangkap anggota Dragon Head Hunting. Pak Eun tidak mengijinkannya. Dia minta kasus koper dibereskan dulu. Sung Mo menjelaskan kalau kasus koper dan DHH saling terkait. Pak Eun ternyata sudah tahu kalau Kim Gab Young yang membunuh korban koper. Sung Mo dan Ji Soo saling melempar pandang.


Ji Soo tidak menyangka ayahnya mengirim mata-mata untuk putrinya sendiri. Pak Eun tidak peduli dan pergi setelah sebelumnya meminta Sung Mo dan Ji Soo menyerahkan bukti yang rinci dan saksi untuk kasus koper jika memang ingin menyelidiki DHH.

Ji Soo menduga kalau det. Lee lah mata-mata ayahnya. Dia mengeluh karena mereka tidak bisa pergi ke perusahaan DHH tanpa cadangan seperti orang bod*h.

Sung Mo menatap Ji Soo. "Beri aku waktu. Aku akan menemukan caranya."


Dan dua orang bod*h yang pergi tanpa cadangan rencana sedang duduk di sebuah ruangan. Mereka saling pandang.

Seorang pria masuk dan bertanya apa mereka mau mendaftar. Dia minta mereka menunjukkan ktpnya. Jae In bilang mereka tidak membawanya.

"Aku berusia 25 tahun. Namaku Yoon Jae Soon," ucap Jae In sedikit tersendat-sendat.

"Aku juga berusia 25 tahun. Namaku Lee An Dong."

Si pria tertawa. "Sunggub usia yang sempurna untuk bekerja. Kalian berdua pacaran?"


Lee An jawab ya, Jae In jawab tidak. Giliran Lee An mengganti jawab tidak, Jae In jawab iya.

"Kami memasuki usia yang sempurna untuk bekerja dan pacaran dengan seseorang haha," celoteh Jae In.

Si pria menyodorkan formulir pendaftaran dan menyuruh mereka membacanya dulu. Jae In bertanya bisakah penunggak kredit menjadi anggota.

"Tunggu. Apa kalian berdua penunggak kredit? Kalian berdua?"

Jae In menyenggol kaki Lee An. Lee An pun menjawab ya. Si pria bilang dia punya karyawan yang bisa mengurus soal ini. Dia lalu mengambilkan dua botol minuman untuk Jae In dan Lee An lalu pergi dari ruangan itu.

"Apa ini? Kita mungkin benar-benar dipekerjakan di suatu tempat," ujar Lee An lirih.

"Ku rasa kita salah. Kita lihat-lihat saja dulu dan membahasnya nanti dengan jaksa Kang dan det. Eun."


Jae In mengambil botol minum di meja. "Apa ini?"

Lee An menyentuhnya dan melihat si pria menaruh serbuk di minuman itu.

"Si breng**k itu menaruh sesuatu di minuman kita."

"Obat tidur?"

"Mungkin."

"Jadi perkataan Pak Nam benar tentang kelompok ini. Tidak berantakan tapi lebih sistematis. Ayo kita pergi dari sini."


Mereka berdua keluar dari ruangan itu. Eh si pria muncul tanya mau kemana. Jae In beralasan mereka mau ambil ktp dulu.

"Lain kali kalau kalian datang lagi kalian bisa membawa Jaksa Kang dan Detektif Eun."

Jae In dan Lee An tertegun. Ternyata ada kamera tersembunyi di ruangan tadi.

"Aish. Ini semakin rumit," gerutu Lee An.

"Bagaimana ini?"

"Kalian siapa," tanya si pria.

"Kamu pandai bertarung?" Tanya Lee An lirih pada Jae In.

"Kamu tahu aku terbaik dalam segala hal. Aku ini lulusan terbaik akademi polisi."

"Kamu memang benar-benar bagus. Kalau tidak aku mungkin harus menyentuhmu untuk menyelamatkanmu."


"Aku tidak peduli. Aku menyerah untuk menghentikanmu."

Lee An sontak menatap Jae In. "Apa maksudmu?"

Si pria nimbrung. "Sangat menyenangkan melihat kalian saling menggoda. Tapi bisakah kalian memperhatikan kami untuk saat ini. Karena kalian berdua sedang dalam masalah."

Lee An dan Jae In berbalik. Ternyata sudah ada banyak geng di belakang mereka.

"Hei!! Ada yang sangat penting. Angkat tangan kalian jika kalian mengenal Kim Gab Yong," kata Lee An. "Aku akan mengurus si breng**k itu."


Dan semua orang mengangkat tangan. Jae In melirik Lee An. Lee An tersenyum lalu memakai tudung hoodie nya bersiap untuk bertempur.


Mereka pun berkelahi dua lawan banyak. Jae In dan Lee An saling bekerja sama mengalahkan lawan mereka. Sementara si pria menonton sambil berkacak pinggang.


Jae In terkena pukulan hingga dia hampir terjatuh. Beruntung Lee An berhasil menangkapnya. Biasa, mereka saling menatap beberapa saat. Dan totetttt Lee An melepas pegangannya hingga Jae In terjatuh.

"Aku kan sudah bilang tidak apa-apa!!"

"Naluriku mulai muncul."


Seseorang menendang Lee An hingga terjerembab ke lantai. Si pria menariknya dan menodongkan pisau. Lee An sang legenda dengan sangat gesit membalik keadaan dan menyandera si pria. Dia menyuruh anggota geng menyingkir.


Jae In bergegas memencet tombol lift. Dari dalam lift keluar gerombolan polisi di pimpin det. Lee. Perkelahian kembali terjadi. Kali ini banyak lawan sangat banyak. HAHA.


Tak lama pintu lift kembali terbuka. Kali ini Ji Soo yang datang. Lee An segera menarik Jae In bersembunyi di tangga darurat. Dan berikutnya, datang begitu banyak petugas dari tangga darurat.

Lee An dan Jae In segera pergi karena mereka bisa dalam masalah kalau sampai ada yang tahu mereka di sana. Tapi dari bawah tangga malah ada Sung Mo. Haha. Naik lagi lah mereka berdua sampai ke rooftop.


Mereka berdua terengah-engah.

"Apa ini? Aku anggota polisi tapi melarikan diri dari polisi."

"Pertama. Bisa lepaskan ini dulu."

Jae In pun melepas pegangannya pada ujung lengan baju Lee An. Mereka berdua kemudian melepas tawa.

Mereka berdua melihat ke bawah dimana para penjahat sedang digiring polisi. Jae In mencoba menghitung jumlah penjahat yang sudah keluar. Ada lebih dari 40. "Apa yang aku lakukan?"

"Kamu masuk ke lubang api tanpa rencana."

"Apa yang paling aku khawatirkan menjadi kenyataan."

"Apa itu?"

"Aku khawatir kalau bisa jadi aku merosot ke tingkat kebod*hanmu."

Lee An membela diri. "Datang kesini itu idemu."

"Aku tahu. Aku jadi terburu-buru sejak bertemu dengamu lagi. Sebenarnya aku mengaku padamu."

"Mengaku?"

"Saat kita bertemu lagi, aku bilang tidak akan lari. Itulah yang aku janjikan kembali padamu di atap."


Lee An mengingat ucapan Jae In sebelum pergi dulu melalui penglihatannya melalui gagang pintu. Waktu itu Jae In bilang akan mencari Lee An kalau dia sudah siap dan meminta Lee An untuk mengasah kemampuannya.

"Jika itu yang kamu bicarakan, maka aku sudah mendengarnya."

"Benarkah?"

"Aku sudah bilang. Saat bersamamu, kemampuanku bekerja lebih baik."

"Itu adalah sebuah misteri bagiku."

"Keberadaanku adalah sebuah misteri. Kamu tidak mencariku. Kita baru saja bertemu secara kebetulan. Aku pikir kamu akan lari jika aku datang padamu. Jadi aku menunggu. Dan juga, itu tidak seperti aku sudah mengasah kemampuanku."

Jae In mendekati Lee An. "Benar. Tapi aku memutuskan untuk melakukannya."

"Kamu mau melakukannya hari ini? Sekarang? Di sini?"


"Ya. Sebelum aku berubah pikiran. Untuk pelatihan lapangan hari ini, kamu akan membacaku." Jae In mengulurkan tangannya. Lee An menatapnya. "Emmm. Tidak. Apa bagian tubuh paling sensitif itu, di sini?" Jae In mengacungkan jari telunjuknya.

Lee An terus menatap Jae In.

"Sedang apa? Kamu tidak tahu betapa canggungnya ini?"

"Kamu salah. Bukan itu. Aku sudah bilang. Bagian paling sensitif adalah ini."


And he kisses her lips.

Bersambung ke He is Psychometric episode 8 part 1

2 komentar

aduh kok ngakak ya....disensor huhu

Hehe... takut ada anak kecil yg baca jadi di sensor


EmoticonEmoticon