Her Private Life Episode 1 Part 1

Her Private Life
Episode 1 Part 1


Sumber konten dan gambar : TVN

Annyeong! Yang udah baca Her Private Life episode specialnya pasti udah sedikit tahu yah siapa-siapa aja main di drama romcom ini. Check it out!!




Seorang anak perempuan sedang melukis di pasir. Dia terlihat bahagia. Anak itu tidak sendiri. Ada anak laki-laki juga di sana.

"Semua anak adalah seniman." ~Sung Doek Mi~

Sung Mi sedang mengecat sebuah ornamen di galeri tempat dia bekerja.

Bagaimanapun, masalahnya adalah bagaimana mereka tetap sebagai seniman saat mereka dewasa.


Seorang anak kecil memperhatikan aktifitas Doek Mi. Doek tersenyum padanya. Ibu anak itu pun tersenyum lalu mengajak anaknya pergi.


Doek Mi mengambil sapu dan pengki untuk membersihkan lantai di sekitar ornamen itu. Yoo Kyung A berlari ke arahnya dan memberitahu kalau mereka punya masalah.

"Penerbangan ditunda, jadi itu baru saja masuk ke bea cukai."

Doek Mi melihat jamnya dan bertanya kapan perkiraan kedatangannya. Kyung A menjawab jam 7 karena penundaan penerbangan selama 9 jam.


"Haruskah kita menunda pamerannya?"

"Ngomong apa kamu? Kita akan mengadakan pameran jam 10 pagi apapun yang terjadi."


Yoo Sub menutup galeri lalu menyusul Doek Mi dan Kyung A. Mereka berganti pakaian training lalu bahu membahu mengecat dinding ruang pameran.



Lukisan untuk pameran datang. Doek Mi meminta Kyung A mengecek jumlahnya. Yoo Sub membantu mengangkat lukisan yang di packing dengan kayu. Doek Mi memintanya berhati-hati. Hampir saja lukisan itu jatuh. Beruntung Doek Mi sigap menahannya.



Setelah semua lukisan dibuka, Doek Mi memeriksa keaslian lukisan itu. Selanjutnya tim memasang karpet merah lalu memasang lukisan-lukisannya.

Sangat mungkin mengatur pameran dalam sehari.



Terakhir adalah memasang spanduk super besar di gedung galeri. Doek Mi sangat senang karena hasilnya sempurna. Kerja lembur mereka tidak sia-sia.

Pameran di gelar. Banyak orang yang hadir di sana termasuk seorang seniman wanita, Choi Eun Hye.


Doek Mi memberi isyarat pada para pemain biola untuk berhenti bermain. Dia bersiap di depan mikrofon.

"Chaeum Gallery dengan hormat membuka pameran seni Choi Eun Hye. Ijinkan saya memperkenalkan bintang pameran kita hari ini, Choi Eun Hye."

Semua orang bertepuk tangan. Choi Eun Hye maju memberi sambutan.

"Terimakasih. Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada orang yang sudah bekerja keras di belakang panggung demi acara ini."


Choi Eun Hye menunjuk ke arah Doek Mi. Doek Mi tersenyum senang karena kerja kerasnya dihargai orang lain. Tapi ternyata yang dimaksud Choi Eun Hye adalah Direktur Eom So Hye yang berdiri di belakang Doek Mi. Doek Mi hanya bisa tersenyum miris. Sementara kedua rekannya Yoo Sub dan Kyung A nyinyir karena dir. Eom bahkan tidak melakukan apapun.

Dir. Eom maju. "Selamat pagi. Aku Eom So Hye, direktur dari Chaeum Gallery. Suatu hari suamiku membawa pulang sebuah lukisan dan berkata bahwa dia menemukan seorang seniman baru yang menarik perhatiannya."


Doek Mi memeriksa jam di tangannya. Begitu acara pameran selesai, dia bergegas keluar dan menghampiri tukang ojek. Doek Mi menunjukkan ponselnya. "Bisakah kamu mengantarku kesana dalam 15 menit?"

Si tukang ojek sok jual mahal. Doek Mi menawarinya ongkos 4 kali lipat. Tentu saja pak ojek langsung setuju. Dia bahkan menjanjikan 10 menit sampai.

Yoo Sub dan Kyung A memperhatikan Doek Mi dari galeri.

"Kemana dia pergi buru-buru gitu?" Tanya Yoo Sub.

"Dia benar-benar gila kerja. Hidupnya terlihat membosankan," komentar Kyung A.


Jalanan lumayan macet. Pak ojek selip kanan selip kiri dan lewat jalan tikus (terobosan maksudnya).


Doek Mi sampai tujuannya. Dia mengambil kotak 'harta karun' nya dari tempat penyimpanan barang. Dia ganti baju dengan pakaian serba hitam. Dia juga memakai masker, dan topi.


Doek Mi berlari ke suatu tempat. Sesampainya disana, dia membuka kotaknya dan mengambil kamera dari dalamnya. Doek Mi naik ke tangga. Dia bergabung dengan para penggemar boyband White Ocean. Di depannya, terlihat juga Cindy yang sudah stand by dengan kameranya.


Anggota White Ocean turun dari mobil. Semuanya berteriak mengelu-elukan mereka. Bagi Doek Mi, Shi An lah yang paling dia sukai. Dia tidak melewatkan kesempatan untuk memotret bintang idolanya itu.


White Ocean tampil memukau di atas panggung. Doek Mi berada di tengah-tengah kerumunan penggemar dengan bando dan stik bintang bertuliskan White Ocean.


Di akhir lagu, Shi An melempar botol minumnya. Sontak semua penonton mengangkat tangannya berlomba-lomba mendapatkan botol itu. Botol itu terbang ke arah Doek mi. Dia melompat dan berhasil meraihnya. Doek Mi senang bukan kepalang.

Episode 1 : Apa kamu tahu apa artinya menjadi penggemar?


Sepulang dari konser White Ocean, Doek Mi memajang botol minuman Shi An di lemari kaca yang dia khususkan untuk menyimpan barang-barang berbau Shi An. Rumahnya pun penuh dengan gambar Shi An. Di dinding, bantal, dan lainnya.


Doek Mi meraih ponselnya di meja lalu tiduran di sofa memeriksa berapa like yang dia dapat dari postingan foto Shi An yang dia unggah.

"1578 likes. Nggak buruk." Doek Mi cengengesan sendiri sambil terus menatap ponselnya. "Ngomong-ngomong Shi An. Apa kamu lelah? Apa seseorang mengganggumu? Haruskah aku memarahi orang itu untukmu?"

Doek Mi cekikikan. "Ya ampun. Dia imut banget. Semua yang bisa kulakukan hanyalah mengatakan kalau aku menyukaimu. Tidak ada hal lain yang bisa ku lakukan untukmu. Aku setidaknya harus memberinya hadiah ulangtahun yang kece badai."


Doek Mi kaget melihat baju limited edition yang sudah di incarnya untuk hadiah ultah Shi An malah sudah dibeli oleh Sindy.

"Bagaimana bocah itu bisa mendapatkannya? Terus apa yang harus aku dapatkan sekarang?"

Doek Mi memutuskan untuk menonton video kolejsi Shi An sebagai referensi untuk mencari tahu apa yang Shi An suka.

Dalam video, Shi An bercerita kalau orang tuanya sangat suka dengan seni. Jadi sejak kecil dia sudah di kelilingi dengan seni. Sejak bisa menghasilkan uang sendiri, dia suka membeli barang-barang seni yang sesuai seleranya. Shi An lalu menunjukkan koleksinya.

"Ini adalah lukisan dari seorang seniman bernama Lee Sol. Aku langsung jatuh cinta begitu melihatnya. Ini termasuk limited edition. Indah kan?"


Doek Mi baper melihat ekspresi manis Shi An. "Ya. Ini seperti yang aku katakan. Imut banget sih. Dia sangat sangat imut."

Doek Mi memperhatikan sebuah lukisan bergambar gelembung. "Lukisan apa ini? Aku ingin membelinya sebagai hadiah ulangtahunnya tahun ini. Aku akan mendapatkannya untukmu."


Di sebuah ruangan, terlihat sebuah lukisan gelembung yang hampir mirip. Terdengar suara ponsel bergetar. Seorang pria (Ryan) meraih ponsel itu lalu pergi.

Ryan pergi ke sebuah pameran lukisan Rising Stars NY (New York). Seorang bule wanita menyapanya dan mengajaknya bersalaman. "Halo Direktur Ryan. Aku sudah lama menunggumu."


Ryan mengacuhkan uluran tangan si Bule. "Biarkan aku melihat lukisannya dulu. Baru kita bisa putuskan apakah cukup berarti untuk kita mengucapkan Halo," ucap Ryan angkuh lalu meminum kopinya. Si bule cengo.


Ryan memeriksa lukisan-lukisan yang di pajang di sana.

Seorang wanita menghampiri seorang bule bertopi.

"Apa yang orang-orang lakukan disini?"

"Kamu baru pertama kali ke New York?"

"Ya."

"Kamu pikir kenapa semua direktur galeri dan kolektor barang seni berada di sini untuk melihat seniman pemula? Itu karena pria di sana! Ryan Gold! Mereka di sini untuk 'mencuri' sudut pandang Ryan," jelas si bule panjang lebar.

Bule itu melanjutkan. "Kalau Ryan melihat lukisan dalam satu detik, itu artinya buruk. Dua detik berarti lumayan. Tiga detik berarti bagus. Hanya sekali Ryan melihat lukisan sampai 5 detik. Itu tahun lalu. Pelukisnya adalah Rachel Schuman."


Ryan berhenti di depan sebuah lukisan. Dia tersenyum lalu tertawa lirih. Si wanita bertanya apa arti senyuman Ryan. Bule pria tampak tertegun. "Tanpa bakat! Tanpa masa depan. Itu senyuman devil."

"Siapa pelukisnya?" Tanya si wanita. Dan ternyata penulisnya adalah si pria bertopi. Gubrak!!


Ryan hendak pergi. Seorang wanita meminta tanda tangannya. Ryan pun menyanggupinya.

"Kapan aku bisa melihatmu sebagai seorang seniman?" Tanya si wanita yang sontak membuat Ryan tertegun. Selama ini dia dikenal sebagai seorang direktur seni. Bukan Seniman atau pelukis.

Ryan pun pergi dengan hati yang tidak nyaman.


Ryan duduk di sofa sambil melempar-lemparkan bola kasti ke tembok. Seorang psikolog berkacamata menemaninya. Dia mencoba menjelaskan arti Sindrom Stendal dimana saat melihat karya seni yang luar biasa, seseorang bisa berhalusinasi karenanya.

Pak dokter tidak bisa konsentrasi menjelaskan karena Ryan melempar bola ke dinding. Tepatnya ke lukisan yang terpasang di dinding. Dia kesal lalu berdiri.


"Hentikan! Kamu tahu berapa harganya ini?"

"89,99 dollar. Ongkosnya mungkin 2 dollar. Kamu membelinya karena suka atau karena harganya murah?"

Dari ekspresi si dokter, sepertinya perkiraan harga dari Ryan benar. "Aku membelinya karena sangat menyukainya. Apa itu masalah?" Si dokter menurunkan lukisannya lalu duduk lagi dan melanjutkan penjelasanya.

Seorang dengan sindrom Stindal tidak hanya tidak bisa menggambar. Dia bahkan tidak bisa memegang kuas.

"Itulah kenapa aku mendiagnosismu dengan Sindrom Stendal."

"Aku mencoba konsultasi psikologi, penanganan obat, dan juga hiptotis. Tapi tidak ada peningkatan. Terimakasih ku kepada sang dokter yang tidak kompeten," keluh Ryan.

"Aku mengakuinya. Jadi berhentilah mendatangiku. Aku menyerah. Ok!"


Ryan bangun dan mendekati si dokter. "Kamu boleh menyerah padaku. Tapi aku aku tidak akan membiarkanmu terkenal sebagai dokter yang tidak kompeten. Kamu bisa melakukannya. Fighting!!"

"Terus kamu sudah menemukan lukisan itu?"

"Kamu tahu bintang K Pop Cha Shi An?"

"Anggota White Ocean? Ya. Ponakanku penggemar grup itu."

"Dia punya satu."

"Benarkah. Selama tiga tahun kamu tidak bisa mencari  tahu siapa yang melukisnya. Tapi penyanyi K-Pop itu punya satu?"

"Mungkin itu karena dia terkenal."

Dokter memberi saran pada Ryan untuk meminta ijin Shi An agar bisa melihat lukisan itu.

"Aku?"

"Ya. Apa alasan kamu tidak bisa melukis? Lukisan itu sebabnya. Jadi datang padaku tidak akan berguna."

Ryan tampak berpikir.

"Ini nasihat terakhirmu sebagai doktermu. Berhenti menggangguku dan temukan lukisan itu atau seniman di belakangnya, Ryan."


 Ryan melirik si dokter. "Jangan menyebutnya dengan L. Tapi Ryan (terdengar suara auman singa : Lion)!!" Jelas Ryan lalu pergi.

Si dokter mencoba menirukan dengan logat ke inggris-inggrisan. "Right! Ryan!"

Bersambung ke Her Private Life episode 1 part 2


EmoticonEmoticon