He is Psychometric Episode 9 Part 4

He is Psychometric
Episode 9 Part 4


Sumber konten dan gambar : TVN

HIS episode 9 part 3 disini

SMP Honghak


Dae Bong turun dari mobil ayahnya. "Hei! Biarkan dirimu ditipu lagi. Dan kamu harus menguatkan dirimu dengan sesuatu yang lebih buruk saat ini," ucap ayah Dae Bong.


Dae Bong tidak menjawab dan langsung pergi. Dia berlari mengejar An dan meraih tangannya. "Kamu sudah sarapan? Ayo kita ke kantin!"

Entah apa yang An lihat dalam visinya, dia menatap mobil ayah Dae Bong sejenak lalu melepas pegangan tangan Dae Bong. Dia mengambil tongkat kasti dari seorang siswa yang lewat lalu mencegat mobil ayah Dae Bong. Ayah Dae Bong turun dan marah-marah. "Sedang apa kamu? Minggir!"


Lee An bersiap memukul mobil ayah Dae Bong.

"Jangan bilang kamu,,," ucapan Jae In terpotong karena Lee An menyela. "Eih. Aku tidak seberdaya itu. Aku membuat mobil favorit ayahnya menjadi retak."

"Itu tidak berdaya," sindir Jae In.

"Aku hampir masuk ke pusat remaja saat itu (semacam penjara untuk anak-anak).


Lee An remaja keluar dari kantor polisi. Ji Soo menghadangnya dengan sekantong tahu. Dia menggerutu karena mungkin akan menghabiskan gajinya untuk membayar tahu.

"Apa yang terjadi? Katamu aku tidak akan bisa lolos kali ini?" Tanya Lee An dingin.

"Untungnya temanmu meyakinkan ayahnya."

"Teman apanya? Aku tidak punya teman."

Dae Bong datang memanggil-manggil Lee An. Dia dadah dadah dari parkiran mobil. Lehernya di beri penyangga. Sepertinya habis dibully ayahnya. Tapi dia tersenyum bahagia melihat Lee An.

"Sangat jelas bagaimana dia membujuk ayahnya. Dia tersenyum dengan wajah seperti itu. Dia tampak seperti seorang teman sejati," ujar Lee An. (Terharu aku)

"Itu sebabnya kamu memberitahunya tentang kemampuanmu?" Tanya Jae In.

"Dia menjadi semakin lengket sejak kejadian itu seperti seperti yang kamu bayangkan. Aku pun tertangkap."

"Lagipula seharusnya tidak ada rahasia di antara kalian. Ciuman pertama kalian."

Lee An langsung menoleh. "Sudah ku bilang itu kecelakaan."

Jae In tersenyum. "Bagaimanapun, kemampuan mengerikanmu itu membantumu menemukan teman."


Lee An menatap Jae In. "Dan kemampuan itu membantuku mendapatkan pacar juga."

Jae In jadi gugup. "Bisakah kamu memperingatkanku sebelum mengatakan hal seperti itu? Aku tidak percaya kamu mengatakan hal-hal klise seperti itu tanpa hambatan." (Mereka berdua lucu deh)

"Lalu apa? Memang kita berkencan hari ini kan?"

Jae In jadi malu sendiri. Dia membelakangi Lee An lagi. "Astaga."

Giliran Lee An yang bertanya bagaimana Jae In bisa berteman dengan So Hyun. "Kamu lari darinya tapi tetap saling kontak dengannya. Kurasa dia tahu rahasiamu."

"So Hyun. Bukan, maksudku ayahnya,, membuat kesaksian penting bahwa ayahku adalah pelakunya."

Lee An tertegun mendengarnya.

"Tapi bukan berarti aku harus membencinya," sambung Jae In. "Seperti yang kamu katakan, aku ingin bersenang-senang tanpa ada hambatan hari ini. Kita hentikan pembicaraan ini."

"Baiklah."


Ji Soo masuk ke ruang interogasi yang kosong. Ternyata dia sudah menemui si anggota geng dan menanyai tentang apa yang dia bicarakan dengan Sung Mo. Dia pun membayangkan Sung Mo dan si anggota geng di dalam ruang interogasi.

Det. Kim masuk dan memberitahu kalau dia sudah menemukan salinan kartu identitas Kim Song Hee, identitas terakhir yang di gunakan Kang Hee Sook palsu (wanita yang memakai cincin). Kim Song Hee dirawat di Peureum Sanatorium tahun 2016. Setelah itu dia menghilang. Det. Kim heran kenapa Sung Mo merahasiakan informasi penting itu dari mereka.

"Menurutmu itu juga aneh? Dia tahu bahwa wanita itu mengubah identitasnya dari Park Soo Young ke Kang Hee Sook ke Kim Song Hee. Kenapa dia merahasiakan ini dariku?"

Det. Kim menduga Sung Mo ingin menyelesaikan kasus itu sendirian untuk mengambil semua kredit. Aigooo.

Dr. Hong menelepon Ji Soo dan menyuruhnya datang sekarang juga. Wajah dr. Hong terlihat galau. Di depannya ada banyak foto beserta laporan otopsi. Salah satunya laporan otopsi ibu Sung Mo.


Sung Mo sendiri sedang menatap layar yang menunjukkan titik-titik di daerah Seohuen dong yang dipasangi cctv. Dia mendatangi tempat-tempat itu.

Pria bermasker menatap cctv di suatu jalan. Seperti dia sedang titik buta alias tidak terjangkau oleh cctv.

Sekarang Sung Mo berdiri tepat dimana si pria bermasker pernah berdiri. Dia melihat sekeliling dan melihat mobil yang terparkir tidak jauh dari sana.

Sung Mo terus mendatangi tempat-tempat dimana si pria bermasker juga pernah ke sana untuk mencaritahu letak cctv. Salah satunya sudah pasti di depan pusat keamanan Seohuen tempat Jae In bekerja. Pria bermasker sempat mengintai daerah itu. Dia melonggarkan kerah bajunya. Terlihat bekas luka di lehernya.


Sung Mo berdiri di depan pusat keamanan. Dia teringat saat dulu Jae In kecil berhasil membuatnya tersenyum setelah menunjukkan senyum manisnya.


Ji Soo mendatangi ruang otopsi. Dr. Hong menunjukkan foto ibu Sung Mo dan disandingkan dengan sketsa wajah Kang Hee Sook palsu. Mereka terlihat mirip.

"Tapinya Jaksa Kang meninggal dalam kebakaran itu," tutur Ji Soo. "Mayatnya ditemukan dengan wanita-wanita lain di perkumpulan wanita."

Dr. Hong menunjukkan foto mayat Kang Eun Joo, ibu Sung Mo, yang rusak hingga tidak bisa dikenali. Petugas melewatkan tes DNA karena kartu identitas di temukan bersamanya.

Ji Soo terlihat buru-buru masuk ke mobilnya lalu melaju entah kemana.


Lee An mengantar Jae In pulang. Jae In heran melihat cctv yang rusak lagi dan lampu jalanan yang mati. Jae In memberitahu kalau itu sudah terjadi tiga kali selama bulan ini.

"Kamu kan punya kamera cctv manusia. Jadi buat apa khawatir?"

"Bagaimana kamu bisa membandingkannya?"

"Apa aku terlalu memuji diri sendiri."

"Tidak. Sebaliknya, kamu sudah melihat  jauh ke dalam masa lalu menyakitkan orang lain. Tapi aku meremehkanmu selama ini."

"Pujian itu terlalu banyak untuk kencan pertama."

Jae In bilang kotak musik yang dia buat ada di jok belakang. Dia harap Lee An suka.

"Itu untukku?" Tanya Lee An.

"Bukankah kamu juga buat untukku? Itu sebabnya kamu tidak membiarkanku melihat saat membuatnya."


Lee An memuji kepintaran Jae In. Dia memberikan kotak musik buatannya. "Aku yakin kamu akan suka punyaku karena aku mencurahkan hati dan jiwaku di dalamnya. Jangan terlalu tersentuh olehnya."


"Gomawo," ucap Jae In sambil tersenyum.

Jae In masuk kamarnya dan menyalakan lampu belajar. Dia mengeluarkan kotak musik An yang berbentuk pohon natal. Dia memuji tangan An yang punya banyak bakat.


Jae In memutar musiknya. Seketika dia teringat saat kecil dulu memandang kotak musik yang persis sama bentuknya dari balik etalase toko. Dia senang karena ayahnya akan membelikannya untuknya.

Mata Jae In berkaca-kaca. Dari luar, Lee An menatap kamar Jae In dengan senyuman. "Aku harap kamu tidur dengan kenangan indah itu, Yoon Jae In."


Lee An berbalik hendak pergi. Tanpa sengaja dia melihat pria bermasker yang berdiri di kejauhan. Pria itu pergi. Lee An penasaran dan hendak menyusul sepertinya. Tapi Jae In tiba-tiba datang memeluknya dari belakang.

"Lee An. Kotak musik itu,,,"

"Kamu sudah membukanya?"


Lee An memutar tubuhnya menghadap Jae In yang menangis haru. "Aku tidak tahu apa itu persis seperti yang ayahmu belikan untukmu. Aku hanya melihatnya sekilas."

"Itu sama persis. Terimakasih banyak."

Melihat airmata di wajah Jae In, Lee An pun menghapusnya dengan tangannya. Saat itulah dia melihat ayah Jae In yang digiring polisi atas dugaan pembakaran apartemen yoengsoeng. Juga Jae In yang terjatuh dijalanan hingga menjatuhkan kotak musiknya. An melihat wajah ayah Jae In.

Lee An sangat terkejut mengetahui kenyataan itu. Dia menurunkan tangannya dari wajah Jae In. Reflek dia mundur beberapa langkah.


"Ayahmu, Yoon Tae Ha?"

Bersambung ke He is Psychometric episode 10 part 1

2 komentar

Lee an waktu kecil belum pernah ketemu ya sama ayahnya jae in?

Ketemunya waktu kebakaran. Kan ayah Jae In yang nyelametin An waktu liftnya macet.


EmoticonEmoticon