He is Psychometric Episode 11 Part 2

He is Psychometric
Episode 11 Part 2

Sumber konten dan gambar : TVN

HIS episode 11 part 1 di sini

Maaf telat banget chingu. Sibuk di dunia nyata dan ngikutin euforia pilpres, hehe :)




Beberapa mobil polisi mengejar mobil Kim Young Ho. Sementara Jae In masih terperangkap di bak mandi dengan keran air yang terbuka. Air keluar dengan kencang dan sudah mencapai setengahnya bak mandi.


Jae In ternyata sempat sedikit sadar saat Kim Young Ho membopongnya di bahunya di lorong menuju tempat bak air itu. Dia memanggil nama Lee An di dalam hatinya dan bertanya-tanya kemana dia akan dibawa pergi. Tangan Jae In berusaha menggapai apapun yang bisa dia sentuh. Namun sayang tangannya hanya bisa menyentuh udara.


Saat ini Lee An sedang mencari Jae In di lorong yang sempat dilewati Kim Young Ho bersama Jae In. Dia melihat petanya lagi dan menemukan sebuah pabrik terbengkalai. Dia juga melihat cctv yang kabelnya telah di rusak.


Lee An bergegas pergi ke pabrik itu dan manjat tembok. Dia berteriak memanggil-manggil Jae In. Lee An berusaha mendobrak pintu namun tidak berhasil. Dia berkeliling mencari pintu lain dan menemukannya. Sayangnya pintunya dirantai.


Lee An memegang pintu itu dan mendapat visi saat Kim Young Ho membawa Jae In masuk. Jae In sempat memegang tepi pintu dan memanggil Lee An lirih.


Lee An berusaha membuka pintu dengan menendang-nendangnya namun gagal. Dia berusaha mencari sesuatu yang bisa dia gunakan. Lee An menemukan kursi lipat yamg akhirnya dia gunakan untuk merusak gemboknya dan berhasil.

Air sudah semakin tinggi. Wajah Jae In sudah sepenuhnya terendam air. Perlahan dia pun kehilangan kesadarannya.


Lee An berlari kencang mencari Jae In. Dia bergegas masuk ke dalam bak air begitu menemukan Jae In yang tenggelam.

Lee An melepas ikatan tangan Jae In lalu meletakkan kepala Jae In di pangkuannya. Lee An benar-benar panik dan cemas. Dia memanggil-mamggil nama Jae In berharap Jae In sadar.

"Tidak! Tidak! Yoon Jae In! Jae In~a!"


Jae In di bawa ambulans menuju rumah sakit. Lee An menemaninya dan menggenggam tangannya. Dia melihat visi saat Jae In bicara pada bibinya.

"Aku ingin lari padanya dan mengatakan sesuatu padanya. Tapi meski ku lakukan, orangtuanya tak kan hidup kembali. Mengembalikan nama baik ayahku. Itu hanya tentang menghilangkan rasa sakitku. Aku sangat ingin pergi menemuinya. Tapi aku tidak bisa." Jae In menangis.

Bibi memeluknya. "Jangan menangis Jae In. Tidak apa-apa."



Lee An menatap Jae In yang masih memejamkan matanya. "Maaf aku terlambat. Tolong bangunlah!"


Pak Nam kembali ke pusat keamanan. Bibi, Dae Bong, dan So Hyun langsung menghampirinya.

"Bagaimana dengan keadaan Jae In?" Tanya Bibi dengan cemas.

"An bilang dia tidak dalam kondisi kritis."

Semuanya bisa bernafas lega.

"Si g*la itu.... Bagaimana dengan berandal itu? Mereka menangkap berandal yang menculiknya?" Tanya So Hyun.


Polisi berhasil menemukan mobil Kim Young Ho. Namun Kim Young Ho sudah lebih dulu kabur. Det. Lee sangat kesal. Dia memperingatkan para petugas untuk mencari Kim Young Ho.

"Jika kita tidak menangkap berandal itu, det. Eun akan membunuh kita semua! Menyebar!!" Teriak det. Lee.


Hari sudah siang. Ji Soo terlihat berjalan menuju Peureum Sanatorium sambil menelepon seseorang. Sepertinya det. Lee. Dia lega karena Jae In selamat. Berandal itu urusan belakang. Yang terpenting untuk saat ini adalah menjaga Jae In.

Ji Soo menunjukkan foto Kang Eun Joo kepada seorang dokter. Tapi dokter itu bilang kalau nyonya Kang sudah pergi pada tanggal 17 Desember.

"Bisa Anda menjelaskan tentang detail apa yang terjadi saat itu?" Pinta Ji Soo.


Flashback

Nyonya Kang duduk sendirian di tepi pantai ditemani burung-burung camar yang berterbangan. Angin membelai wajahnya yang murung. Dia menatap cincin yang tersemat di jari manisnya. Tak lama kemudian, dia bangkit dan berjalan perlahan ke tengah air laut yang dingin.

Flashback end

Dokter menceritakan kalau Nyonya Kang mencoba bunuh diri. Tapi warga yang melihatnya segera menghentikannya. Dokter berasumsi kalau Nyonya Kang tidak stabil. Dia segera pergi tanpa memberikan informasi apapun termasuk nama dan nomor identitasnya.

"Dia tahu jejaknya akan segera ditemukan jika Anda meninggalkan catatan medisnya," gumam Ji Soo. "Pasti itu sebabnya."

"Saat itu kami pernah berkumpul. Dia memperlihatkan identitasnya saat aku bilang akan memanggil polisi. Lalu dia langsung pergi dan meninggalkan cincinnya di tempat tidur."

Ji Soo tertegun. "Cincin?"

"Ya. Ada cincin yang terus dia sentuh seperti kebiasaan. Aku memberikannya pada Jaksa."


Diperlihatkan, sebelum pergi Sung Mo berdiri di pantai tempat ibunya mencoba bunuh diri. Dia menatap cincin di tangannya lalu memandang lautan luas.


Ji Soo pun datang ke sana. Dia berkata dalam hati, "17 Desember. Hari dimana kami membuat briefing tentang Kim Gab Young dan kedua korban. Kenapa dia mencoba bunuh diri pada hari itu?"

Ji Soo bertanya-tanya kenapa Sung Mo merahasiakan darinya tentang ibunya yang masih hidup. Matanya berkaca-kaca.


Rumah Sakit Umum Seohuen

Jae In masih belum sadarkan diri. Bibi membelai lembut wajahnya. Dia ditemani Pak Nam, sementara Lee An berdiri di luar ruang rawat dengan ekspresi yang sulit digambarkan. Wajahnya terlihat sangat pucat.


Ternyata saat Lee An menyelamatkan Jae In. Dia melihat visi tentang apa yang dikatakan Kim Young Ho.

"Kurasa, Kang Sung Mo sudah memiliki apa yang dia hargai sekarang. Bagiku, wanita itu masih sama saja."

Lee An teringat ucapan Ji Soo bahwa Ibu Sung Mo masih hidup. Bahwa orang hidup sebagai Kang Hee Sook dan Park Soo Young adalah ibu Sung Mo, Kang Eun Joo. Lee An memejamkan matanya.


Bibi dan Pak Nam keluar. Bibi meraih tangan Lee An dan mengucapkan banyak terimakasih padanya karena sudah menyelamatkan Jae In.

Lee An balas menggenggam tangan bibi. "Jangan khawatir. Dia pasti akan baik-baik saja sekarang," ujar An.

Bibi menyuruh Lee An pulang dan beristirahat karena An pasti lelah sudah berusaha semalaman. An menggeleng. Dia meminta bibi saja yang beristirahat.

"Aku tahu ada polisi di sini. Tapi.... aku ingin berada di sisinya," ucap Lee An.

Bibi ingin menolak. Tapi Pak Nam menyela bahwa Jae In pasti ingin makan setelah sadar. Makanan rumah sakit tidak enak, jadi dia mengajak bibi belanja lalu memasak makanan untuk Jae In. Akhirnya bibi menurut.


Lee An masuk ke ruang rawat Jae In. Sementara di ujung koridor, terlihat Sung Mo yang sepertinya sudah berdiri dari tadi di sana. Dia mengepalkan tangannya erat lalu berjalan pergi.


Lee An duduk sambil menggenggam tangan Jae In. Dia melihat kaki Jae In yang tidak tertutup selimut. Kakinya lebam--lebam bekas rantai yang mengikatnya. Lee An pun menyelimuti kakinya.


Lee An menatap Jae In dan melihat Jae In yang gelisah dalam tidurnya. An membelai wajah Jae In untuk menenangkannya. Tapi Jae In malah menangis dalam tidurnya sambil memanggil 'ayah'.

An menyentuh wajah Jae In. Dia memejamkan matanya dan melihat visi dimana Jae In berkata kalau dia ingat wajah Kim Young Ho. Dialah yang mengambil jaket ayahnya.

"Itu Anda. Pria yang menikam An, dan pria yang mengawasi Jaksa Kang. Itu tidak akan berjalan seperti yang Anda inginkan."

An membuka matanya. Rahangnya mengeras.


Sung Mo berada di sebuah gereja. Tak lama kemudian, pak pendeta yang dulu (lupa namanya) datang. Dia sudah mendengar apa yang terjadi pada Jae In.

"Sepertinya dia kembali," ujar Pak Pendeta. "Itu terjadi seperti yang dia katakan. Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

Sung Mo menunduk menatap cincin ibunya. Pendeta bertanya seberapa banyak yang An tahu.

"An bukan lagi anak kecil yang menangis setelah mendapat penglihatan. Sekarang dia tahu siapa yang membawa Petugas Yoon. Dia akan mencari kebenaran dalam waktu singkat. Dia akan mencari tahu pria itu, dan.... kejahatan apa yang dia lakukan."

"Sung Mo. Saat itu tidak ada orang yang bisa membantumu. Tapi sekarang tidak lagi. Jangan membuat keputusan yang tergesa-gesa sendiri.

Sung Mo menarik nafasnya. Matanya berair. "Kalau dipikir-pikir. Saat itu, aku juga tidak sendirian."


Sung Mo teringat saat Pak Yoon mengobati luka di kakinya ditemani Jae In.

"Kalau saja waktu itu aku meminta bantuan."

Sung Mo teringat saat ayah An, Pak Lee memberinya kartu namanya dan menyuruhnya menghubunginya jika butuh bantuan.


Bulir airmata mengalir di pipi Sung Mo. "Saat aku tahu bahwa dia menemukan kami. Kalau saja aku bisa melaporkannya. Hari itu,,,, beberapa kali aku menyesalinya. Dan sekali lagi, aku tidak ingin orang-orang di sekitarku dalam bahaya. Aku harus memikirkan solusi lain."

Bersambung ke He is Psychometric episode 11 part 3

3 komentar

Akhirnya yg di tunggu up juga lanjutan ceritanya....
Tetep di tunggu walau lama...

Akhirnya yg di tunggu up juga lanjutan ceritanya....
Tetep di tunggu walau lama...


EmoticonEmoticon