He is Psychometric
Sumber konten dan gambar : TVN
HIS episode 10 part 1 di sini
Rumah Perawatan Hanmin
Seorang perawat masuk ke sebuah ruang rawat. Dia bertanya pada seorang wanita yang berdiri menghadap ke jendela. "Dimana semua pasien?"
"Mereka menjalani terapi fisik. Bukankah itu menyesakkan?" Jawab wanita itu tanpa menoleh.
"Jeruji itu terkadang membuatku seperti berada di dalam penjara."
Wanita saksi menatap foto ibu Sung Mo sambil mengingat-ingat. "Wanita ini,, kurasa memang dia."
"Bisa Anda melihatnya lagi?" Pinta Ji Soo. "Anda yakin dia orangnya?"
Dan benar saja. Wanita di dekat jendela menoleh. Dia memang ibu Sung Mo.
"Seekor burung yang sudah hidup di dalam sangkar selama hidupnya, tidak dapat membiarkannya terbang bebas meski sangkarnya terbuka."
"Apa?" Tanya perawat bingung.
Ibu Sung Mo menatap cincin di jarinya. "Yang akan lebih menderita, burung yang terkurung di sangkar, atau burung yang tidak bisa terbang bebas meski dia bebas? Sekarang aku tidak tahu."
Saksi wanita yakin kalau wanita di foto adalah orang itu.
Ji Soo duduk sendirian di ruang rapat yang gelap. Sampai matahari menyingsing, Ji Soo masih tetap pada posisinya. Dia lalu ingat pertanyaan dr. Hong kenapa Sung Mo merahasiakan tentang dugaan kalau Kang Hee Sook palsu adalah ibunya kepada mereka. Ji Soo memegang kepalanya. Pusing dia.
Tiba-tiba Ji Soo ingat kemarin det. Lee memberinya dokumen yang di sita dari geng DHH dimana ada data Kim Song Hee, wanita yang diminta untuk dilindungi oleh Kim Gab Young sebelum meninggal.
Ji Soo segera membuka dokumen itu. Dia terkejut karena Kim Song Hee adalah ibu Sung Mo. Ji Soo tampak berpikir. Dia lalu berlari keluar.
Ji Soo melajukan mobilnya sambil terus memikirkan semuanya. "Dia tahu kalau ibunya masih hidup," gumam Ji Soo.
***
Ji Soo mendatangi kantor ayahnya. Pak Yoon menata tiga buah dokumen tebal di meja dan meminta Ji Soo memilih kasus mana yang mau dia ambil.
"Apa ini?"
"Kasusmu sudah di tutup. Jadi sudah waktunya pindah ke kasus baru."
"Siapa bilang tutup? Wanita yang memalsukan identitasnya ke Park So Young dan Kang Hee Sook,,," Ji Soo berpikir sejenak lalu melanjutkan, "kami belum menemukannya."
Pak Yoon bilang wanita itu hanya salah satu dari anggota geng pemalsuan identitas. Jadi sekarang sudah waktunya Ji Soo main di kolam yang lebih besar alias kasus besar.
Menurut Ji Soo, kasus Apartemen Yoengsoeng dan Rumah Perawatan Hanmin ada kaitannya dengan kasus pembunuhan koper. Pak Nam tertegun mendengar pendapat anaknya.
Ji Soo mengkonfrontasi ayahnya mengenai kasus apartemen yoengsoeng. Dia melempar dokumen penyelidikan kasus itu ke meja dan bertanya kepada ayahnya kenapa pernyataan Sung Mo tidak ada dalam laporan padahal Pak Eun bilang sudah menyelidikinya secara menyuruh.
Pak Eun beralasan kalau polisi menemukan seragam Pak Yoon yang bernoda darah dan Pak Yoon juga punya motif yang tepat untuk melakukannya.
"Itu saja alasan ayah? Tidak ada alasan lain?"
"Tidak ada alasan lain."
Ji Soo memutuskan untuk menyelidiki kasus Yoengsoeng lagi dengan benar. Jelas Pak Yoon kaget. Ji Soo meminta ayahnya tidak menghentikannya. Karena jika ayahnya mencegahnya, itu berarti ayahnya menyembunyikan sesuatu darinya.
"Jangan mengecewakanku lagi."
Ji Soo keluar dari kantor ayahnya. Dia mencoba menelepon Sung Mo namun nomornya tidak aktif. Akhirnya dia hanya mengirim pesan kalau ada yang ingin dia bicarakan.
Ponsel Ji Soo bergetar. Ji Soo segera mengambil ponselnya dari saku tasnya mengira itu Sung Mo. Tapi ternyata dari det. Lee yang kontaknya dia simpan dengan nama 'fraktsiya'. Det. Lee memberitahu kalau dia berhasil menemukan catatan Kim Song Hee. Ji Soo sontak antusiaa.
"Itu adalah pulau kecil bernama Pulau Myunghyung di Provinsi Jeolla. Sebuah pusat kesehatan di sana punya catatannya dari sebulan yang lalu."
Ji Soo segera berlari ke mobilnya. Det. Lee juga memberitahu kalau Sung Mo juga sudah memeriksa catatan itu pagi ini. Dan juga, tiba-tiba Sung Mo mengambil cuti dan setelah itu dia memutuskan kontak. Ji Soo segera melajukan mobilnya.
"Benar-benar. Apa yang kamu pikirkan Kang Sung Mo?"
Sung Mo sedang berdiri di atas kapal yang sedang berlayar di tengah lautan. Dia menatap hamparan air asin nan luas di depannya.
***
Jae In keluar kantor. Dia tertegun menatap mobil Dae Bong yang masih terparkir di luar. Dia sedih mengingat apa yang dikatakan Lee An kemarin malam.
Jae In masuk kantor lagi dengan wajah lesu. Pak Nam memberitahunya soal cctv yang rusak lagi tapi Jae In tidak memperhatikannya. Lalu ada telepon masuk. Tapi saat Jae In mengangkatnya, tidak ada suara dari si penelelon. Jae In mengira Pak Nam sedang mengerjainya. Tapi kata Pak Nam itu lelucon kuno.
Pak Nam mendekati Jae In dan mencoba mencandainya. Jae In bergeming dan sama sekali tidak mempedulikannya. Pak Nam memegang kening Jae In dan berkata kalau Jae In demam.
Terdengar suara seseorang berjalan di luar. Sontak Jae In berdiri berharap Lee An yang datang. Tapi ternyata Dae Bong.
Dae Bong masuk dan menanyakan keberadaan An pada Jae In karena sejak kemarin An tidak bisa di hubungi. Tentu saja Jae In tidak tahu.
Pak Nam mengalihkan perhatian dengan mengatakan kalau Soo Hyun sudah datang.
"Apa dia baik-baik saja?"
"Dia terlihat mengerikan seperti gadis ini," ujar Pak Nam.
Dae Bong bertanya kenapa Jae In termenung. "Kamu bertengkar dengan An?"
"Aku patroli dulu," kata Jae In lalu pergi dengan motor bebeknya. Karena melamun, dia hampir menabrak seorang pejalan kaki. Dia menghindar dan jatuh ke aspal. Kakinya tertindih sepeda motor. Jae In berusaha mengangkat sepeda motornya namun tak cukup tenaga. Dia malah teringat ucapan-ucapan An.
Kirimkan semua kenangan burukmu padaku. Mulai sekarang, aku hanya akan membuat kenangan yang baik untukmu.
Orang yang aku benci selama hidupku adalah, ayahmu.
Jae In sedih memikirkannya. Si pejalan kaki membantu Jae In berdiri. Pria bermasker memperhatikannya dari bangku tunggu di halte yang tidak jauh dari sana. Dia menatap tulisan 'dalam jangkauan cctv' yang terpasang di pilar halte.
Lee An menuangkan minumam di makam pohon orang tuanya.
"Aku penasaran, kenapa ayah menikmati minuman pahit ini. Di sini, aku juga minum sendirian," ucap Lee An lalu minum langsung dari botolnya.
***
So Hyun datang sambil menggendong Eun Sol. Dae Bong menghampirinya.
"Annyeong!" Sapa Dae Bong. Dia lalu melihat tangan So Hyun yang sepertinya kesulitan menggendong Eun Sol karena terkilir kemarin. Dia mengajak So Hyun ke dokter.
"Jangan pedulikan aku!"
"Kamu bisa menjatuhkannya dengan pergelangan tanganmu yang masih sakit. Biar aku yang membawanya." Dae Bong mencoba menggendong Eun Sol.
"Urri Eun Sol takut pada orang asing. Kamu akan membuatnya takut."
Eun Sol malah tersenyum senang saat di candai Dae Bong.
Eun Sol duduk di kereta bayi sambil menunggu So Hyun di ruangan dokter. Dia dan Dae Bong bermain ciluk baa. Eun Sol tertawa senang.
"Kamu secantik ibumu kan? Seandainya dia tahu dia lebih cantik saat tersenyum daripada cemberut."
So Hyun keluar. Dae Bong bertanya apa yang di katakan dokter.
"Biasa saja. Katanya aku tidak boleh menggunakan pergelangan tanganku sementara waktu."
So Hyun hendak mendorong kereta Eun Sol tapi Dae Bong segera merebutnya. Saat mereka berjalan keluar, mereka melihat Jae In yang berjalan tertatih-tatih dengan kaki di perban.
So Hyun dan Jae In duduk berdua di sebuah tempat makan. Sepertinya restoran ayam pak guru gendut.
"Apa terjadi sesuatu," tanya So Hyun.
Jae In menjawab dengan lesu. "Hanya saja, aku beralih dari 10 ke 0 dalam waktu sehari."
Pak guru gendut membawa sepiring ayam goreng lalu duduk di depan Dae Bong yang berusaha menghubungi An tapi gagal. Guru gendut mengira So Hyun dan Jae In terluka karena bertengkar. Dae Bong menyangkalnya dan bilang mereka terluka di tempat kerja.
Lee An duduk bersandar di pohon. Ponselnya tergeletak di samping botol minuman. Ada panggilan dari Ji Soo tapi An mengabaikannya. Terlihat buku-buku jari An penuh luka dan goresan.
Bersambung ke He is Psychometric episode 10 part 3
EmoticonEmoticon