He is Psychometric Episode 10 Part 3

He is Psychometric
Episode 10 Part 3


Sumber konten dan gambar : TVN

HIS episode 10 part 2 di sini





Lee An menghembuskan nafas berat. "Aku benar-benar bodoh! Tidak peduli seberapa keras aku memikirkannya, aku masih tidak tahu apa jawabannya. Saat aku memikirkan ayah dan ibuku, untuknya dan bahkan putrinya, aku tidak punya apa-apa selain kebencian."

An mulai menangis. "Tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan saat aku menepis tangannya yang mencoba meraihku. Aku tahu betapa sulit baginya meraih tanganku. Aku tahu dia tidak bisa disalahkan.


Ji Soo kesal karena An juga tidak menjawab teleponnya. Entah kenapa, bandul berbentuk bunga matahari di mobil Ji Soo sering di sorot kamera.


Dae Bong meminta Jae In masuk mobil karena dia akan mengantarnya. Jae In menolak karena ingin menghirup udara segar untuk menyadarkannya. So Hyun mengkhawatirkan kaki Jae In yang terluka. Jae In mengaku sudah baikan.

"Aku akan naik taksi jika merasa kesakitan. Jangan khawatirkan aku dan pulanglah."

"Jangan berkeliaran dan langsung pulang pulang. Mengerti?"

Jae In menitipkan So Hyun dan Eun Sol pada Dae Bong. Tapi So Hyun malah menyuruhnya pulang saja. Dae Bong tidak mau karena So Hyun tadi sudah minum.

"Hei. Bukannya aku lebih baik daripada orang asing yang mengantarmu pulang?"

"Aku lebih suka orang asing yang mengantarku."

"Aku bahkan tidak minum agar aku bisa mengantarmu. Entahlah! Aku akan mengantar Eun Sol pulang. Jadi kamu lakukanlah sesukamu."


Dae Bong masuk ke dalam mobil So Hyun.

"Hei! Lee Dae Bong!"

"Dia pria yang baik," ujar Jae In.

"Aku tahu makanya aku seperti ini."

Dae Bong melajukan mobilnya. So Hyun buru-buru mengejarnya lalu masuk ke mobil. "Kamu tidak bisa mengantar putriku begitu saja." Dae Bong tersenyum. "Kencangkan sabuk pengamanmu."

Jae In dan guru gendut tersenyum melihat mereka.


Pak Nam memarahi det. Lee karena tidak melapor kalau Ji Soo mulai menyelidiki kasus apartemen Yoengsoeng. Det. Lee mengaku tidak tahu. Kalaupun dia tahu dia bilang tidak akan mengadu lagi. Pak Nam bertanya sebagai atasan apa yang dia laporkan terakhir kali pada Ji Soo. Det. Lee jujur kalau dia memberitahu perihal Kim Song Hee, wanita yang memalsukan identitas sebagai Park So Young dan Kang Hee Sook. Dan saat ini, Ji Soo dan Sung Mo sama-sama sedang mencari keberadaannya.

Det. Lee kepo apa kasus itu ada kaitannya dengan kasus apartemen Yoengsoeng. Pak Nam membentaknya dan mengusirnya. Poor det. Lee!!


Lee An mendatangi apartemen yoengsoeng yang sudah terbengkalai. Ada spanduk bertuliskan 'Apartemen Yoengsoeng akan dibangun kembali pada tahun 2019'. An naik ke lantai 7 tempat unit apartemen orangtuanya dulu. Dia berjalan sambil menyentuh tembok di sepanjang lorong.


"Hah! Tidak ada cara dimana aku bisa melihat apapun saat itu." An menatap ke bawah dan melihat Jae In yang berjalan. Jae In mendongak ke atas. An segera mundur agar Jae In tidak melihatnya. Jae In naik ke lantai 7 tapi hanya diam saja. An bersembunyi di balik tembok.


Beberapa saat kemudian, Jae In berjalan di trotoar dengan pincang. An mengikutinya dari belakang. Jae In menghentikan langkahnya. Dia menunduk dan menangis tersedu-sedu. An hanya memperhatikannya dengan perasaan campur aduk.


Dae Bong dan So Hyun sampai di depan rumah So Hyun. Dae Bong terkejut saat So Hyun memberitahunya kalau ayah Jae In adalah pelaku pembakaran apartemen Yoengsoeng.

So Hyun menduga An sudah mengetahuinya. Dia tidak habis pikir, An mungkin terkejut, tapi kenapa An sampai tidak bisa dihubungi. Toh sudah sejak jaman sekolah dia tahu kalau ayah Jae In pembunuh. Dae Bong memberitahunya kalau orangtua An meninggal dalam kebakaran itu. So Hyun kaget mendengarnya.


Lee An mengikuti Jae In sampai Jae In masuk ke pusat keamanan. Lalu dia pulang ke apartemennya. Dia menghampiri si putih salju dan minta maaf karena sudah meninggalkannya sepanjang hari.

"Kamu sudah makan? Kamu tidur?" An menggendong putih salju. "Hah! Aku tidak tahu dengan siapa aku bicara."


Dae Bong datang dan membawakan hadiah kotak musik buatan Jae In.

"Melihat itu sekarang, agak terlalu kejam," ucap Lee An.

"Haruskah aku membuangnya? Kalau kamu mau aku akan membuangnya."

"Dae Bong. Kupikir aku sangat menyukainya. Tapi ternyata tidak. Aku segera berlari."

"Bukannya perasaanmu yang bisa menyelesaikan masalah ini."

"Jae In pernah bilang sesuatu. Saat kami menemukan koper yang di dalamnya ada mayat. Dia bertanya seperti apa perasaan wanita yang mati itu, bagaimana perasaan keluarganya, bagaimana dia meninggal, apa aku penasaran dengan hal itu. Sampai saat ini, Jae In tidak pernah menyebut ayahnya dengan sembrono. Apa aku menganggap itu dari rasa sakitnya? Ku kira aku hanya menggunakan kemampuan konyolku untuk bertindak seperti pahlawan di depannya. Hanya agar terlihat keren. Untuk membuatnya terkesan. Lukanya. Ingatannya. Aku berbicara seolah aku akan bertanggung jawab. Tapi aku sangat menyakitinya."


An menatap tangannya. "Dengan tangan ini, aku bilang akan menyelamatkannya. Dan aku memanfaatkan mereka (orangtua Lee An) untuk menyakitinya."

Dae Bong hanya bisa menatap Lee An iba.


Bibi merendam kaki Jae In dengan air hangat lalu mengelapnya. Jae In bertanya kenapa bibi membesarkannya.

"Kenapa tiba-tiba mengatakan itu?"

"Ayah ditangkap dan kita diusir dari wilayah itu. Semua kerabatku berbalik melawanku seolah aku adalah penjahat. Kenapa Bibi menerimaku?"

"Kamu yang menyelamatkanku. Bukan sebaliknya. Setelah Bibi bercerai, sebenarnya bibi sedang menggendong bayi. Tapi, karena bibi sangat kejam waktu itu, bayi itu menyadari apa yang bibi sukai dan pergi. Pada awalnya bibi berpikir semua itu salah bibi. Setelah kamu pindah bersama bibi, perlahan bibi merasa lebih baik. Gadis kecil itu melakukan yang terbaik untuk tetap hidup. Jadi aku juga harus mencoba untuk menjalani hidup. Bibi berkata pada diri sendiri bahwa kita akan mencoba melewatinya bersama."

Jae In meminta maaf karena terlalu sibuk dengan diri sendiri hingga tidak peduli dengan rasa sakit bibinya.

"Siapa yang tidak punya satu atau dua kenangan menyakitkan? Kita semua berjuang melaluinya dan menyembunyikannya. Begitulah bagaimana orang hidup."


Sung Mo masuk ke mobil yang ada di atas kapal. Dia membuka sebuah amplop dan mengeluarkan sebuah cincin dari dalamnya. Dia ingat saat Lee An bicara mengenai visinya tentang dia dan ibunya. Dia juga ingat perkataan ibunya yang akan merindukannya kalau tidak melihatnya. Sung Mo terlihat sedih. Dia menggenggam cincin itu.

Bersambung He is Psychometric episode 10 part 4




EmoticonEmoticon