He is Psychometric Episode 11 Part 4

He is Psychometric
Episode 11 Part 4
Sumber konten dan gambar : TVN

Maaf readers. Gambar menyusul ya. Mau kebut dulu nyelesaiin episode 12 soalnya ntar malam kan episode 13 udah tayang. Biar bisa sesuai jadwal seperti biasanya. Terima kasih atas pengertiannya :)

Ji Soo keluar dari ruang rawat Jae In. Lee An menyusulnya dan bertanya apa Ji Soo tidak apa-apa. Ji Soo bilang dia sudah terbiasa ditolak oleh Sung Mo. "Saat dia sudah keluar, kita ketemu lagi," ucap Ji Soo lalu berlalu pergi.

Lee An mengintip Jae In yang sedang mempelajari berkas yang bawa Ji Soo. Dia tersenyum melihatnya.

Lee An mendatangi resepsionis dan bertanya apa ada perpustakaan di rumah sakit. Setelah ditunjukkan letaknya, Lee An langsung ke perpustakaan dan membaca buku dongeng 'The Little Prince'. Dongeng yang sempat di ceritakan pria bermasker pada Jae In.

Sampai malam, Jae In masih sibuk menekuri berkas-berkas. Lee An masuk sambil menenteng buku yang tadi di bacanya.

Jae In memberitahu kalau pria itu mematikan cctv sebelumnya dan merencanakan pembunuhan secara menyeluruh. Tapi dia mengggunakan cara sederhana untuk membunuh para korbannya. Pria itu menikam perut korban dalam ketiga kasus itu.

"Ada yang tidak biasa. Pisau yang ditemukan di tkp itu belum siap pakai," kata Jae In.

"Apa maksudnya itu."

"Sepertinya dia membuatnya sendiri." Jae In melihat sendiri keahlian pria itu saat mengambil kelas seni kawat. Dia sangat bagus. Mungkin saja dia membuat sendiri belenggu (rantai) yang digunakan untuk mengikat Jae In. "Ngomong-ngomong, kamu dari mana?"

Lee An duduk di depan Jae In lalu membacakan salah satu halaman di buku The Little Prince.

"Ini waktu yang kamu habiskan untuk bunga mawar itu. Itu membuat mawarmu sangat penting. Kamu menjadi bertanggung jawab atas apa yang telah kamu jinakkan."

"Benar. Dia membicarakan tentang buku itu."

"Aku mencoba membacanya untuk mengetahui psikologinya. Tapi itu sulit. Menurutku, ini hanya dongeng yang mengharukan."

"Waktu yang kamu habiskan untuk bunga mawar. Itu berarti hubungan mereka terikat jauh sebelum mereka pindah ke Apartemen Yoengseong," ujar Jae In.

"Jae In. jangan berpikir yanng tidak-tidak dulu." Lee An menutup semua berkas di depannya. "Berhentilah di simi," pinta Lee An.

"Rasanya nyata bagiku.ayahku bukan pelakunya."

"Jadi jangan menangis lagi. Jangan pernah!"

"Tidak akan. Ada kamu di sini kenapa aku harus menangis?"

Lee An tersenyum mendengarnya. "Itu terdengar baik."

Jae In menatap Lee An. "Kenapa?" tanya Lee An," tanya Lee An.

"Aku menyukaimu, Lee An." Lee An sedikit tertegun mendengarnya. "Sangat. Orang bilang, saat kamu berpikir kamu akan mati pemandangan hidupmu terbentang di depan matamu. Itu juga sama bagiku. Aku teringat bahwa aku tidak pernah memberitahumu hal  ini."

"Hei! Meski begitu, aku yang akan mengungkapkan perasaanku terlebih dahulu. Kamu menghancurkan semuanya,"protes Lee An.

"Kalau begitu kamu juga harus melakukannya."

"Hei! Aku pasti hmm akan melakukannya hmm,, apa itu mudah di ucapkan?" (Mereka ini saling jujur tapi tetep aja pada canggung. lucu ngeliatnya)

"Yah... Baiklah. Nanti lakukanlah."

Lee An tersenyum mendengar keberanian Jae In. Dia sedikit mendekatkan wajahnya. "Jujurlah padaku. Kamu mau mendengarnya dariku?" Goda Lee An.

Eng ing eng...

"Ya aku mau mendengarnya." (Nah loh)

Lee An mundur lagi. "Kenapa kamu begitu mudah hari ini? hei! harusnya kita tidak terlalu mudah untuk saling berhadapan. Atau kita bisa menyebabkan kecelakaan besar."

"Tidak bisakah kita menyebabkan kecelakaan besar itu?" (Hayooo loo Leee An)

Lee An tertegun. "Kamu tahu apa artinya itu?"

Jae In tersenyum. Senyumnya artinya dia cuma bercanda. Lee An yang tadinya sudah gugup akhirnya ikut tersenyum lebar. "Astaga!"

"Lihatlah. Senang melihatmu tersenyum. Sama seperti saat kamu membuatku tersenyum setiap kali aku berjuang. Saat ada hal-hal sulit bagimu, aku akan membuatmu terseyum," ucap Jae In sambil tersenyum menatap Lee An.

Lee An menatap Jae In sejenak. Lalu tanpa aba-aba dia mengecup bibir Jae In. Mereka saling menatap. And then, bayangin sendiri!!

***

Jae In sudah keluar dari rumah sakit. Dia sedang menyapu halaman. Lee An ingin menggantikannya tapi Jae In tidak mau. Jae In mengomentari cuaca yang hangat. Dia berharap musim semi cepat datang.

"Benar. Itu akan bagus," ucap Lee An.

Pak Nam keluar dan bilang kalau Jae In tidak boleh bekerja keras dulu karena baru keluar dari rumah sakit. Jae In beralasan kalau itu bisa jadi terakhir kalinya dia membersihkan halaman. Pak Nam bertanya apa maksudnya. Kata Lee An, Jae In mungkin akan diangkat menjadi bagian Unit Investigasi Khusus. Jae In tersenyum malu.

Ji Soo datang dengan membawa kotak biru besar. Dia lalu meletakkannya di dalam. Lee An bertanya kenapa Ji Soo membawa barang-barangnya ke pusat keamanan.

"Karena kita akan menyelidiki kasus ini di sini." Doenggggg kecewa deh Jae In. "Ku bilang aku butuh kerja sama kalian dalam penyelidikan. Tapi bukan berarti aku akan menunjukmu di unitku."

"Wah. Bagaimana bisa kamu membodohi temanmu?" protes Lee An.

"Kamu juga berpikiran hal yang sama, Petugas Yoon?"

Jae In membenarkan. Ji Soo menjelaskan alasannya karena Jaksa Kang sedang cuti jadi unit akan berhenti beroperasi untuk saat ini. Dia meletakkan pot bunga matahari imitasi dan fotonya bersama ayahnya di meja. "Secara resmi, itu berakhir dari kasus Yoengseong ke kasus mayat dalam koper. Dalam beberapa hal, aku sedang menyelidiki kasus ini sendirin."

Jae In jelas sekali kecewanya. "Aku tida tahu kami akan membungkuk begitu rendah."

Ji Soo sampai tidak percaya mendengarnya. "Petugas Yoon. Aku kecewa padamu. Kamu menganggap tempat ini rendah?" Ji Soo menunjuk Pak Nam yang sedang duduk di kursinya sambil mencabuti bulu hidung. "Letnan Nam adalah anggta veteran pasukan," puji Ji Soo. Tapi begitu melihat apa yang sedang dilakukan Pak Nam, Ji Soo langsung menyuruh Jae In jangan terlalu memikirkannya karena Pak Nam sudah hampir pensiun.

Jae In bertanya apa Pak Nam juga masuk dalam tim. Ji Soo mengiyakan.

Pak Nam angkat bicara. "Tunggu. Aku tidak tahu apa maksudnya ini, Tapi sepertinya ada kesalahpahaman. Aku tidak bermaksud terlibat dan mengejar penangkapan di usia ini."

Ji Soo ngambek. "Kalian semua menentangku berada di sini? Harukah aku kembali saja?"

"Bukan kembali. Tapi membawa kami ke unit investigasi khusus," timpal Lee An.

Jae In ikut nimbrung. "Kalau tidak bisa setidaknya di unit kejahatan kekerasan."

Ji Soo kesal. "Kamu juga? Kamu bisa menjadi petugas percobaan, tapi An...."

An nggak terima. "Apa? Apa?" tanya Lee An dari belakang Jae In tanpa bersuara.

Ji Soo ganti menatap Pak Nam. "Tidak bisa."

"Apa itu? Kamu bilang kami tim. Tapi aku merasa dikucilkan," protes Pak Nam.

"Aku akan menjelaskannya saat aku kembali." Ji Soo membawa tasnya. "Ayo. Aku pinjam Petugas Yoon sebentar. Kajja Kajja Kajja! Lee An mengikuti Ji Soo dan Jae In.

Pak Nam ngedumel sendiri. "Ini bukan hanya perasaanku. Aku pasti sedang dikucilkan,"gerutu Pak Nam sambil berjalan mendekati meja tempat Ji Soo meletakkan berkasnya. Dia tertegun melihat berkas Apartemen Yoengseong. (Wah. kayaknya Pak Nam tahu sesuatu nih)

***

Pak Eun sedang termenung sendiri di kantornya memikirkan perkataan Ji Soo yang akan menyelidiki kembali kasus Apartemen Yoengseong. Dia minta ayahnya tidak menghentikannya. Pak Eun mengurut keningnya. Di belakangnya, tampak karangan bunga dari Konstruksi YSS.

Tim LJJ (Lee An, Jae In, Ji Soo) kita sedang menuruni tangga. Ji Soo bilang mereka harus mencari Kang Eun Joo lebih dulu. Jae In menemukan sebuah alamat di berkas. Kota Gangryeong di Provinsi Gangwon. Ji Soo menjelaskan kalau nyonya Kang tinggal di sana sampai tahun 1996, tapi setelah itu dia sering pindah-pindah. Dia berkeliaran di seluruh negeri.

"Maka bisa jadi saat itu dia mulai melarikan diri dari pria itu," ujar Jae In.

Ji Soo meminta Jae In memeriksa berkas akta kelahiran Sung Mo. Anehnya, Sung Mo lahir pada 24 Mei 1988, tapi kelahirannya di daftarkan tahun 1996. Telat 9 tahun. Dan lagi, dia tercatat di bawah Kang Eun Joo dan tidak ada catatan tentang ayahnya.

"Kalau begitu berarti,,," ucap Lee An. Ji Soo bertanya apa An tahu sesuatu tentang ayah Sung Mo. An menggeleng. Ji Soo berharap mereka salah tentang ini (kalau pria itu ayah Sung Mo).

***

Tim LJJ pergi ke pabrik baja Gangryeong yang sudah terbengkalai. Mereka bertiga masuk ke dalam pabrik itu. Ji Soo mendapat telepon dari dr. Hong. Dia meminta Jae In mencari benda yang ada hubungannya dengan masa kecil Sung Mo, dan An melakukan tugas psikometrinya. Ji Soo keluar untuk mengangkat telepon dr. hong.

An dan Jae In mulai berkeliling. Jae In menduga pria bermasker membuat pisau dan belenggunya sendiri di sana. Jae In menemukan jejak kaki yang masih terlihat baru. Mereka mengikuti jejak kaki itu.

dr. Hong memberitahu kalau dia tidak berhasil mengidentifikasi tersangka. Tapi dia menemukan kasus dingin (kasus yang tidak terpecahkan) terkait sidik jari itu.

"Kasus dingin?"

"Itu terjadi pada tahun 1996 di Yeonhyedong, kota Gangryeong. Mereka mengumpulkan sidik jari pelakunya, tapi kasus ini tidak dapat terselesaikan karena mereka tidak bisa mengidentifikasinya."

Ji Soo melihat tulisan di sebuah papan di depan pabrik baja itu. Di sana tertulis, Perdagangan Baja Gangryeong, 12-5 Yeonhye-dong.

Sementara di dalam, Jae In dan Lee An masih mengikuti arah jejak kaki itu sambil sesekali Lee An menyentuh barang di sekitarnya. Mereka menemukan jejak kaki itu mengarah ke sebuah pintu, An menyentuh pintu itu dan melihat Sung Mo bertopi hitam membuka pintu itu dan masuk ke dalam.

"Apa ini? Hyung ada di sini."

Mereka berdua masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan sarang laba-laba. Jae In melihat jejak kaki lagi yang mengarah ke sebuah pintu. Dia menyentuh pintu dan heran karena hanya bagian tertentu yang tidak berdebu seperti ada yang baru saja membukanya. Dia pun membuka pintu itu. (Berasa nonton film horror pas bagian ending ini)

Lee An menjulurkan tangannya ke dalam. Dan ternyata di dalamnya ada pintu lagi. An menyalakan lampu senter ponselnya.

"Apa ini? Kenapa ada pintu jebakan di sini?" gumam An.

"Apa mengarah ke ruang bawah tanah?"

An menjulurkan tangannya lagi untuk menyentuh pintu jebakan. Dia langsung terjingkat kaget begitu menyentuhnya. (Sumpah horor!)

An melihat Sung Mo kecil berlari keluar dari pintu jebakan. Terdengar suara Kang Eun Joo yang menyuruhnya lari dari sana.

Kembali ke penjelasan dr. hong. "Selama 9 tahun, seorang pria membuat wanita dan anaknya terkunci di ruang bawah tanah (Ommo!!!)

Ji Soo kaget mendengarnya. Jae In melihat ke arah Lee An memandang dengan tatapan terkejut.

Bersambung ke He is Psychometric episode 12 Part 1

3 komentar

Terimakasih udah di kebut nulisnya walau belum ada gambarnya...fighting...

Terimakasih udah di kebut nulisnya walau belum ada gambarnya...fighting...

thank u chingu. tetap semangat. sung mo kasian bgt masa kecilnya


EmoticonEmoticon