He is Psychometric Episode 8 Part 3 (Drama Korea)

He is Psychometric
Episode 8 Part 3


Sumber konten dan gambar : TVN

HIS Episode 8 Part 2


Ji Soo menginterogasi pria dari DHH, karena belum tahu namanya, kita sebut saja si black. Sementara det. Lee malah asik tidur. Sung Mo datang tak lama kemudian dan menonton proses interogasi dari luar ruangan.

Ji Soo menunjukkan sketsa wajah Kang Hee Sook palsu.

"Siapa itu? Kamu menggonggong pada pohon yang salah. Aku menjalankan bisnis yang bersih."


Ji Soo tersenyum sinis. "Bisnis yang bersih? Kamu membujuk orang yang putus asa dan menjualnya sebagai budak ke tempat berlumpur yang bersih atau mengirim mereka melintasi lautan dengan kapal penangkap ikan yang bersih. Kamu mengambil identitas mereka untuk membeli mobil, paket telepon, dan membuka rekening bank. Kamu bahkan menjual identitas mereka pada orang lain."

Ji Soo menyodorkan sketsa Kang Hee Sook. Dia bilang dia tahu si Black membantunya hidup sebagai Park So Young dan Kang Hee Sook. "Kamu bisa saja berhenti pada pencurian identitas. Lalu kenapa harus membunuh?" Bentak Ji Soo.

Si Black masih saja menyangkal. Dia bilang organisasinya tidak ada hubungannya dengan pembunuhan. "Gab Young melakukannya tanpa sepengetahuan kami."

"Jadi kamu mengakui Kim Gab Young yang membunuh mereka?"

"Gab Young sudah mati sekarang. Jadi apa gunanya merahasiakannya?"

Ji Soo membenarkan. Apa gunanya menyembunyikan sesuatu ketika si pembunuh sudah mati. "Aku tidak tertarik dengan si pembunuh atau alasannya." Ji Soo menunjuk sketsa wajah Kang Hee Sook. "Siapa dia dan dimana dia?"

"Aku tidak tahu. Setelah Gab Young meninggal, dia menghilang."

"Menghilang? Lalu siapa yang membunuh Kim Gab Young?"

"Menurutmu kalau kami tahu kami akan mengambil tindakan? Kamu tahu, kami juga tidak buruk dalam mencari informasi, tapi si pembunuh tidak meninggalkan jejak. " Si Black meninggikan nada suaranya seolah kesal. "Bagaimana si pembunuh tidak tertangkap kamera sebelum, selama, atau setelah pembunuhan? Percaya saja kalau aku bilang dia profesional."

Ji Soo tertegun. Dia teringat saat det. Lee memberitahunya kalau pria bermasker tidak tertangkap kamera dimanapun dan mungkin saja Sung Mo yang sudah menemukannya. Ji Soo sontak menoleh ke dinding kaca seolah tahu Sung Mo ada di baliknya. Sung Mo pun menatapnya.

Si Black melanjutkan ucapannya. "Detektif. Tentang Gab Young yang membunuh para wanita dan membuang para wanita, aku akan bersaksi. Jadi kita selesaikan saja semuanya."

"Selesaikan semuanya? Kata siapa? Kita  baru saja mulai."

Si Black tertawa. "Aigoo. Kamu tidak tahu apa-apa? Banyak orang di gedung ini yang tidak ingin aku bicara. Apa kami akan menjalankan bisnis ini tanpa ada seseorang di tempat kerja?" (Wah bener berarti dugaan Sung Mo. Semoga aja ayahnya Ji Soo nggak terlibat)

"Begutu? Kalau begitu aku akan cari tahu saja. Seberapa besar kasus dua koper itu bisa mendapat titik jelas, aku juga ingin tahu itu."


Seorang jaksa (jaksa kayaknya soalnya pake jas) gantian menginterogasi si Black. Ji Soo dan Sung Mo melihatnya dari luar, termasuk det. Lee yang masih saja tidur.

Kata Ji Soo sebagian anggota geng mengakui Kim Gab Young yang membunuh kedua wanita itu.

"Tapi tidak ada yang tahu keberadaan si penipu itu," sahut Sung Mo.

"Ya. Organisasi itu bukan hanya beberapa geng. Mereka juga mengelola dana konstruksi YSS."

"Dana konstruksi YSS?"

"Mereka menempatkan non pegawai di daftar gaji dan minta uangnya di transfer ke dana tertentu."

"Konstruksi YSS. Sekarang itu mempersulit banyak hal," gumam Sung Mo.

***

Pak Eun makan dengan seorang berkacamata di sebuah ruangan tertutup. "Ini semakin rumit. Aku harus memutuskan ikatan jika pembunuhan adalah salah satu pekerjaan yang mereka lakukan," ujar Pak Eun.

"Aku ragu kamu akan memutuskan hubungan dengan kami. Kita sudah bekerja sama selama bertahun-tahun." Omo!

"Itu terdengar seperti ancaman."

"Tentu tidak," ucap pria berkacamata lalu menuangkan teh untuk Pak Eun. "Kita menerima pukulan kali ini dan tidak akan membiarkan itu menghampirimu. Berkat saranmu kita bisa menyingkirkan bukti yang merusak. Ini tidak akan menyakiti kita."


"Ini bukan pertama kalinya untuk konstruksi YSS."

"Ya. Kita harus membereskan ini dengan baik. Aku dengar, putrimu adalah detektif utama yang menangani kasus ini. Apa dia detektif Eun Ji Soo?"

Pak Eun langsung meletakkan alat makannya. "Hei!!"

Pria berkacamata bilang kelemahan Pak Eun masih sama selama bertahun-tahun.

Pak Eun menenggak tehnya.


Ji Soo dan Sung Mo masuk ke ruangan Sung Mo. Ji Soo mengeluhkan kasusnya yang sepertinya diambil alih oleh tim lain. Dia terlihat kesal.

Sung Mo menatap Ji Soo. "Eun Ji Soo. Kamu harus membebaskan diri (mundur) dari kasus ini."

"Apa? Kenapa tiba-tiba begitu?"

Kata Sung Mo, Ji Soo lah yang menyelesaikan kasus mayat dalam koper dan menemukan pembunuhnya.

"Apa maksudmu? Aku baru saja mulai. Jika Kim Gab Young terikat dengan pengasuh dari Rumah Perawatan Hanmin, maka bisa saja salah satu dari mereka adalah pelaku pembakaran."

"Kasus itu adalah salahku. Jadi aku bisa menyelidikinya kembali."

"Kamu yang membawa Kim Gab Young sebagai saksi. Dan juga tentang pembunuhan Kim Gab Young, kamu juga tahu."

Sung Mo bilang pembunuh Kim Gab Young dan orang yang menikam An sama sekali tidak terlihat di kamera keamanan manapun padahal ada lebih dari 300.000 kamera keamanan dipasang di Korea. "Menurutmu kamu tahu apa maksudnya itu?"

"Maksudnya dia tahu apa yang dia lakukan."

Sung Mo membuka laci mejanya dan mengambil kamera kecil yang terpasang di depan apartemennya, lalu menunjukkannya pada Ji Soo. Ji Soo terkejut mengetahui si pria bermasker bahkan mengintai Sung Mo melalui kamera tersembunyi.

"Apa yang dia inginkan darimu?"

"Jika kamu tidak mundur dari kasus ini, maka ingatlah apa yang aku katakan tentang bahaya yang akan membawamu."


Ji Soo merasa heran kenapa dia berada dalam bahaya.

"Karena jika dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, dia akan merusak segalanya dan semua orang yang aku hargai."

"Apa?"


Lee An meraba-raba buku-buku di rak buku Sung Mo. Dia kesal karena masih tidak bisa membaca apapun. (Oh iya, di kamar Sung Mo itu ada sarang burung dan burungnya. Kayaknya itu burung yang ada di apartemennya di Yoengsoeng dulu)


Lee An membuka salah satu buku dalam bahasa asing. Dia bilang di Korea banyak buku bagus, kenapa Sung Mo beli buku dengan bahasa asing. "Bahasa apa ini? Bahasa alien?"

Lee An mengembalikan kembali buku itu lalu mencari buku apa yang bisa dia baca. Akhirnya dia mengambil kamus bahasa korea karena menurutnya hanya itu satu-satunya yang bisa dia baca. Dia duduk di ranjang lalu membuka-buka halaman kamus.


Lee An tertegun melihat tulisan-tulisan yang di beri stabilo. Perasaan, bahagia, cinta, marah, menyakitkan. Semua kata yang di stabilo merupakan perasaan yang biasa di rasakan oleh manusia. (Omo!! Jangan-jangan Sung Mo  alexithymia alias ketidakmampuan menggambarkan emosi atau perasaan makanya waktu masih muda dulu nggak pernah senyum)

Ponsel Lee An bergetar. Dia keluar dari kamar Sung Mo dan mengangkatnya. Ternyata Ji Soo yang menelepon. Dia minta Lee An segera menyelesaikan latihannya supaya bisa membaca Sung Mo.

"Ada apa?"

"Lakukan sebisamu supaya bisa mengetahui apa yang dia pikirkan. Begitu kamu melakukannya, kamu bisa mulai bekerja di sini. Aku akan segera mempekerjakanmu sebagai psikometris, mengerti?"


Ji Soo menutup teleponnya. "Tidak bisa dipercaya. Kenapa aku adalah sesuatu yang dia hargai?" Tak pelak Ji Soo tersenyum. "Sejak kapan?"


Lee An menatap ponselnya. "Apa-apaan itu tadi?" Dia menyandarkan badannya di sofa. Lalu ada panggilan masuk dari Jae In. Jae In bilang dia sudah memutuskan dimana kelas untuk hari ini.

"Kirimi aku alamatmu. Kita akan belajar di sana hari ini."

Lee An langsung menegakkan badannya. "Rumahku?"


So Hyun pergi ke POM bensin. Seperti biasa dia minta di isikan bensin seharga 30.000 won. Dia lalu turun karena Eun Sol menangis. Tidak disangka Dae Bong lah yang melayaninya.

"Ini POM bensinmu juga?"

"Ya."

So Hyun segera membuka pintu mobil belakang dan menggendong Eun Sol. Dae Bong membantunya menutupkan pintu. "Bisakah aku menggunakan toiletnya?"

"Oh. Dia harus mengganti popoknya? Dia akan kedinginan. Ke kantorku saja."


So Hyun tampak tertegun mendengar perhatian Dae Bong. Merekapun masuk ke dalam kantor Dae Bong. Dae Bong membawakan tas So Hyun sementara So Hyun membaringkan Eun Sol di meja. So Hyun meminta Dae Bong berbalik karena bagaimanapun anaknya perempuan.


Eun Sol tersenyum riang setelah popoknya selesai di ganti. So Hyun menggodanya hingga Eun Sol tertawa manis. Dae Bong tersenyum memperhatikan mereka. Dia lalu minta maaf atas kejadian kemarin.

So Hyun bilang dia tidak marah pada Dae Bong. Tapi dia marah pada diri sendiri karena sempat berpikir untuk mengambil uang di dompet yang dia temukan. Dia juga sempat mempertimbangkan untuk minta hadiah jika mengembalikannya.

"Aku merasa malu," ucap So Hyun.

"Semua orang juga akan mempertimbangkannya. Tidak memalukan juga."


Lee An sedang memvakum lantai. Ada yang kurang kalau dia tidak latihan. Jadi berkata, "Selamat datang di rumah kami." Lalu tersenyum sendiri.

Bel rumah berbunyi. Lee An segera memakai jaketnya lalu merapikan penampilannya. Tidak lupa dia bercermin dan memuji diri sendiri. "Tampan sekali."


Lee An membukakan pintu untuk Jae In. Dia bahkan menyiapkan sandal merah untuk Jae In. Kemudian dia mengibas-ngibaskan sofanya. Kelihatan kalau mereka agak canggung karena hanya berdua saja di rumah.

Lee An memperkenalkan si Putih Salju pada Jae In. Putih Salju berjalan mendekati Jae In.


Lee An ke dapur untuk membuat kopi. Jae In jongkok dan tersenyum mengelus-elus Putih Salju.

"Jadi kamu. Guguk yang dia temukan ketika dia mencapai titik terendah."

Lee An bertanya apa yang Jae In bawa. Kata Jae In, bibi mengepak makanan saat dia bilang akan ke rumah Sung Mo.

"Apa aku harus mencari tahu yang mana yang mengandung saos ikan?"

Jae In duduk di sofa. "Kamu menyetujui tes level seperti itu saat kamu melihat preman itu menaruh obat bius di minuman kita."

"Oh iya. Aku menyelamatkan Yoon Jae Soon-ssi saat hampir dikirim ke desa nelayan," canda Lee An.

"Jaksa Kang sedang kerja? Bagaimana investigasinya?"


Kopinya jadi. Lee An berjalan membawanya. "Jika dia tipe orang yang mau berbagi rincian seperti itu, aku tidak akan frustasi seperti ini."

"Aku yakin dia bermaksud baik," ujar Jae In.


Lee An meletakkan kopinya di meja lalu duduk di samping Jae In. "Karena kita bicara tentang dia, bisakah kamu memikirkan cara agar aku bisa membacanya."

"Apa?"

"Beberapa waktu yang lalu, pria itu masuk ke rumah kami."

"Pria siapa?"

"Orang yang menikamku. Aku tidak melihat wajahnya. Tapi itu pasti dia."

"Siapa pria itu yang mencoba masuk ke rumahmu?"

"Aku tidak tahu. Yang ku tahu adalah kemarahan Hyung."


Lee An menceritakan saat Sung Mo bilang akan membunuh pria itu dengan mata berkaca-kaca. Jae In terkejut mendengarnya.

"Dia jelas bilang dia akan membunuh pria itu. Tapi itu terdengar seperti, dia ingin ada seseorang yang menghentikannya."

Jae In langsung ingat saat Sung Mo bilang kalau misinya akan tuntas jika Lee An berhasil membacanya. Jae In tampak berpikir. "Apa kalian berada dalam suatu hubungan? Atau karena jual mahal?"

"Apa?"

"Tidak. Maksudku kalian berdua sepertinya punya semacam koneksi yang tak terucapkan. Tapi kenapa kamu bersikeras memintaku bukannya berkomunikasi secara langsung?"

Lee An penasaran apa yang sudah Sung Mo katakan pada Jae In.

"Rahasia. Kamu tahu, dia membayarku untuk mengajarimu."

"Aish! Pokoknya aku perlu meningkatkan kemampuanku dengan cepat sehingga bisa membantu kakakku. Jadi jangan berlatih di tempat tertutup seperti ini. Itu membuatku ingin fokus padamu, bukannya pelatihannya." (Aih. Lee An sekarang udah lebih berani)


"Remmu benar-benar rusak," ujar Jae In. Dia lalu bertanya letak kamar Sung Mo.

Mereka berdua masuk ke kamar Sung Mo. Lee An duduk di ranjang sementara Jae In melihat-lihat kamar Sung Mo. Jae In bertanya apa Lee An bisa membaca barang-barang Sung Mo.


"Sesekali. Aku bisa membaca hal-hal seperti kode baru yang dia tetapkan."

Jae In menyimpulkan kalau Lee An bisa membaca Sung Mo secara tidak langsung tapi tidak bisa membacanya secara langsung.

"Tidak persis seperti itu. Kemampuanku bekerja padanya hanya sekali."

"Apa yang kamu lihat?"

Lee An beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Jae In. "Wanita."

"Wanita? Seorang wanita berjalan pulang."

Jae In menduga mungkin itu Ji Soo.

"Bukan dia. Aku tidak enak mengatakan ini, tapi hyung tidak punya perasaan apapun untuknya."

"Apa dia naksir seseorang? Pasti begitu. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya pada seseorang tidak peduli seberapa kerasnya dia berusaha. Itu sebabnya kamu melihatnya."

"Menurutmu begitu?"

"Ya."

Karena Lee An tidak bisa membaca apapun di kamar Sung Mo, Jae In menyimpulkan tidak ada yang berguna di sana.


"Benar. Tapi ayo kita tetap di rumah ini sebentar. Karena kita di sini, aku akan perlihatkan kamarku."

Mereka pun masuk ke kamar Lee An.

Bersambung ke He is Psychometric episode 8 part 4






EmoticonEmoticon