He is Psychometric
Episode 12 Part 2
Sumber konten dan gambar : TVN
Ji Soo mendapat telepon dari dr. Hong. "Ya dr. Hong."
"Kita langsung ke intinya. Alexythimia terjadi pada seseorang dengan ukuran amigdala yang pada dasarnya kecil. (menurut wikipedia, Amigdala = bagian dari otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi). Kamu tahu amigdala itu adalah apa yang membuat seseorang memiliki kepribadian yang berbeda. Tapi masalahnya amigdala dapat memperoleh kepribadian melalui pelatihan atau semacam pemicu juga.
"Pemicu?" gumam Jae In.
Lee An masih berada di ruang bawah tanah. Dia menyentuh meja di sana dan melihat saat pria bermasker melempar kamus bahasa korea ke meja itu. Kang Eun Joo langsung mengambil dan memeluk buku itu. Dan, si pria tanpa emosi anehnya, dia menyunggingkan senyum di bibirnya sambil menatap Kang Eun Jo.
Menurut Jae In, bagi Kang Geun Taek, bertemu dengan Kang Eun Joo mungkin adalah pemicunya. Dia belajar emosi untuk pertama kalinya melalui Kang Eun Joo. Mungkin itulah sebabnya pria itu lebih obsesif dengan Kang Eun Joo.
Kang Geun Taek sendiri saat ini sedang senatap foto Kang Eun Joo. Dan tampak sedikit senyum di bibirnya.
Kembali pada Lee An. Dia melihat Sung Mo kecil yang sedang blajar dengan ibunya. Dia bertanya apa yang ada di dalam hutan (di lukisan). Ibunya menjelaskan sambil membuka kamus untuk mengetahui terjemahannya. Ada pohon, bunga, kupu-kupu.
"Penuh dengan hal-hal indah," ucap Kang Eun Joo. Sung Mo, kamu mau melihatnya?"
Entah nyata atau hanya ada dalam bayangan Sung Mo dan ibunya. Mereka berdua pergi ke sebuah kebun bunga yang indah. Ada bunga merah muda yang bermekaran, ada juga bunga kaktus berduri, dan kupu-kupu yang terbang di sekeliling kebun bunga itu. "Bagaimana? Cantik kan? Coba sentuh."
"Aku tidak tahu bagaimana rasanya memiliki keinginan untuk melihat.Atau melihat sesuatu yang indah," kata Sung Mo. Kang Eun Joo menatap anaknya nelangsa. Dan ternyata, kaki Sung Mo di belenggu dengan rantai yang menjulur terpaku di tembok. Dan pintu ruangan itu pun di gembok.
An menangis menyaksikan semua itu.
Kita balik ke duo JJ.
"Jadi maksudnya Sung Mo punya semacam pemicu untuk mulai merasakan emosi juga?"tanya Ji Soo.
"Jaksa Kang pasti terus berusaha untuk tidak menjadi monster seperti Kang Geun Taek. An bilang padaku bahwa dia melihat visi Jaksa Kang tentang belajar emosi dari ibunya."
Ternyata mereka masih tersambung dengan dr. Hong. Ji Soo bertanya Alexythimia sama dengan psikopat. Dr. Hong menjelaskan kalau Alexythimia dan psikopat memiliki struktur otak yang berbeda. Psikopat tidak memiliki kemampuan untuk berempati tidak peduli seberapa keras mereka untuk belajar. Sedangkan alexythimia dapat berubah jika mereka berusaha meski itu tidak sempurna.
"Gmawo dr. Hong. Aku akan meneleponmu lagi nanti. Begitu menutup teleponnya, Ji Soo langsung terduduk di lantai. Jae In bertanya apa Ji Soo baik-baik saja.
Ji Soo pun curhat. "Kamu tahu, aku selalu penasaran kenapa Kang Sung Mo tidak pernah meminta bantuanku. Sekarang aku mengerti. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk memotong belenggu itu dan keluar dari tempat itu. Tapi orang-orang sibuk menutup mata pada mereka ketimbang menawarkan untuk membantu. Apa ruang bawah tanah itu lebih mengerikan baginya? Memotong belenggu tidak ada gunanya. Masa lalu yang menyakitkan masih menghantuinya."
Diperlihatkan Sung Mo yang terduduk diam di sebuah ruangan dengan foto-foto yang berserakan di lantai. Di kakinya, terukir jelas bekas luka dari masa kecilnya yang meluluhlantahkan hati siapapun yang melihatnya.
"Ayahku bilang, luka akan bernanah jika Anda menutupinya." Jae In menatap Ji Soo. "Luka itu kini terungkap. Semuanya akan berjalan dengan baik sekarang."
"Benar."
Lee An terengah-engah dan terbaring di lantai. "Sedikit lagi. Sedikit lagi," gumamnya sambil memejamkan mata dan berkonsentrasi untuk mendapatkan visi.
Kang Eun Joo sedang membacakan buku dongeng untuk Kang Geun Taek. Bisa jadi itu dongeng 'The Little Prince'.
"Pangeran kecil itu bertanya, apa artinya jinak? Si Rubah menjawab, sesuatu yang sering diabaikan, itu berarti menciptakan ikatan." Sepertinya Kang Eun Joo kelelahan, atau mungkin muak. "Aku ingin berhenti membaca."
"Aku ingin mendengarnya lagi. Bagian terakhirnya ada di situ." Kang Geun Taek menatap Kang Eun Joo. "Kamu tidak mau?" Kang Eun Joo menatap tajam Kang Geun Taek. "Kamu mungkin akan menyesalinya nanti," sambung Kang Geun Taek. Dia lalu bangkit dan menunduk mendekati Sung Mo yang duduk di sudut lemari sambil memeluk lututnya. Dia hendak melakukan sesuatu dengan belenggu yang terpasang di kaki Sung Mo. Kang Eun Joo segera berlari mendekat. "Jangan lakukan. Tolong jangan! Jangan memukul dia ku mohon."
"Itu wanitaku."
"Baiklah. Aku akan terus membaca. Tapi aku minta sesuatu sebagai balasannya."
"Apalagi yang kamu butuhkan? Pakaian anak? Buku? Tanaman?"
"Kamu hanya perlu menjawab pertanyaanku. Siapa nama aslimu. Dan darimana asalmu?"
"Kang Geun Taek. Itu nama asliku. Dan juga, aku berasa dari suatu tempat yang tidak seharusnya ada."
"Apa?"
Kang Geun Taek mendekati Kang Eun Joo. "Sekarang seperti yang kita janjikan. Sekarang teruslah membaca.
Meski merintih ketakutan dan menahan tangis, Kang Eun Joo melanjutkan bacaannya. Dan di kakinya, terpasang juga belenggu yang sama dengan Sung Moo. "Untukku, kamu akan jadi satu-satunya orang yang ada di duniaku. Dan aku akan menjadi satu-satunya orang yang di duniamu."
"Benar. Bagiannya di situ. Itu kesukaanku."
Dan Sung Mo kecil, tanpa ekspresi, bergantian memandang ibunya dan Kang geun Taek.
Jae In dan Ji Soo menemukan Lee An yang terbaring di lantai dengan keringat yang membasahi wajahnya. Mereka berusaha menyadarkan Lee An yang terlarut dalam visinya. Jae In memarahinya karena dia sudah menyuruhnya untuk jangan merugikan diri sendiri.
"Daripada berteriak padaku, berikan aku permen."
Ji Soo membawa Jae In dan Lee An ke tempat makan. Tapi, meski makanan sudah terhidang di meja, baik An maupun jae In tak ada yang berniat menyentuh makanan itu. Ji Soo menyuruh Jae In untuk meminta Lee An makan. Tapi Jae In malah mempertanyakan apa sebenarnya dimaksud dengan berasal dari tempat yang tidak ada.
"Mungkinkah Jaksa Kang menemukan penculik itu dengan petunjuk yang lebih seperti teka-teki?"
Ji Soo yang sedang mengaduk-aduk makananpun tak pelak tertarik dengan pertanyaan Jae In. "Pria tak kasat mata yang berasal dari tempat yang tidak ada."
Lee An tidak paham dengan 'pria yang tak kasat mata'. Ji Soo menjelaskan kalau pria itu bukan warga negara yang terdaftar. Jae In menambahkan, kalau dia sering lihat di berita kalau anak-anak yang kewarganegaannya tidak terdaftar sering terlibat dengan pelec*han anak, perdagangan manusia, dan adopsi ilegal. Jae In menduga kalau pelakunya menghabiskan masa kecil dengan cara yang sama.
Ji Soo setuju dengan pendapat Jae In karena Sung Mo juga pernah mendapat pujian untuk menyelesaikan kasus perdagangan manusia dan organ. "Beberapa korban yang dia selamatkan tidak terdaftar..." Ji Soo tampak terhenyak oleh ucapannya sendiri. An bertanya kenapa Ji Soo tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Aku mengeti. Jaksa Kang menyelesaikan beberapa kasus agar dia bisa menemukan penculiknya."
Jae In langsung bisa memahami arah pembicaraan Ji Soo. "Jika kita mendalami kasus-kasus yang dia selidiki..."
"Makanlah supaya kita bisa cepat pergi!" timpal Ji Soo.
"Apa makan menjadi penting sekarang?" protes An.
"Cepatlah atau aku akan meninggalkanmu!" ancam Ji Soo. An dan Jae In yang tadi tidak mau makan sekarang malah balapan makan.
***
Det. Lee melapor pada Pak Eun kalau Ji Soo pergi ke pusat keamanan. Dia menceritakan perihal penculikan Jae In dan pelakunya masih buron. Karena itulah Ji Soo pergi bekerja ke pusat keamanan Seohuen untuk menyelidikinya. Pak Eun tampak tertegun, "Maksudmu Pusat Keamanan Komunitas Seohun?"
***
Pak Nam terpaku di kursinya dengan berkas kasus Yoengseong di atas mejanya. Bibi masuk membawa bekal makan siang. Pak Nam langsung bangkit dan duduk di tempat makan mereka. Bibi menggertutu karena Ji Soo membawa Jae In untuk mengerjakan kasus padahal dia baru pulang dari rumah sakit. Bibi ngoceh panjang lebar. Dia juga mempertanyakan kenapa Pak Nam masih ada di sana. Padahal sebagai petugas yang lebih berpengalaman dari Jae In, harusnya dia lebih berkualitas dalam memecahkan kasus.
"Apa yang bisa kulakukan di usia ini?"
"Elang tua masih memiliki kemampuan. Aku melihatmu beraksi ketika Jae In di culik. Kamu tidak bercanda tentang menjadi jagoan di masa kejayaanmu."
"Dengan kata lain kamu mengatakan kalau aku ini pecundang? Aku tidak ingin melakukan apapun dimana nantinya aku akan gagal." (Pak Nam kayaknya beneran tahu sesuatu deh)
***
Jae In berselancar diinternet mencari informasi mengenai anak-anak yang tidak terdaftar. Ji Soo yang jadi sopir mengomentari An yang sepertinya kehabisan baterai. Jae In menoleh ke bangku belakang dan melihat An yang tertidur. Dia tersenyum lalu bercerita mengenai Sung Mo yang memberinya buku yang di tulisnya tentang kemampuan An. Tentu saja Ji Soo tahu karena Sung Mo pernah menunjukkannya padanya saat Ji Soo menuduhnya tidak terlalu peduli dengan kemampuan An.
"Tertulis kalau kemampuan An akan maksimal saat dia putus asa," ucap Jae In memberitahu.
"Tidak heran dia menemukanmu secepat itu saat kamu di culik," komentar Ji Soo.
"Sekarang dia tahu apa yang di lakukan pria itu pada Jaksa kang. Dia akan melakukan apapun yang dia bisa untuk membacanya.
Ji Soo berbisik pada Jae In. "Ayo terus kembangkan keterampilannya dan mengeksploitasinya untuk kasus lain." Jae in mengangguk. Dan diam-diam Lee An tersenyum.
Tim LJJ rapat di pusat keamanan dengan tambahan Pak Nam. Mereka menulis pola hubungan antara kasus Yoengseong, Hanmin, Kim Gab Young, dan pengurungan Gangryeong, yang semuanya berpusat pada Kang Geun Taek sebagai pelakunya, di sebuah papan kaca. Dan semuanya karena ibu Sung Mo. Pak Nam mempertanyakan mayat Kang eun Joo yang ditemukan saat kebakaran. Ji Soo menduga kalau pelaku membunuh orang yang mirip dengan ibu Sung Mo dan meletakkan kartu identitas Kang Eun Joo. Jadi pembakaran pasti sudah direncanakan sebelumnya.
"Dia akan membawanya (Kang Eun Joo) setelah pembakaran, tapi gagal," ujar Pak Nam.
Ji Soo mendapat telepon dari ayahnya tapi dia menolaknya. Pak Nam tampak memperhatikannya. Dia lalu mengajak Ji Soo bicara berdua di sebuah warung tenda sambil minum soju.
Pak Nam mempertanyakan Ji Soo yang masih mau menyelidiki kasus Yengseong meski tahu kalau ayahnya yang menyelidiki kasus itu dulu.
"Ketika pelaku sebenarnya terungkap, ayahku harus membayar kesalahannya. Namun dia akan bangga padaku ketika kebenaran itu keluar. Kami semua membuat kesalahan dalam hidup kan?"
"Kesalahan? Menurutmu itu kesalahan?"
Ji Soo tahu kalau dulu Pak Nam bekerja di kantor yang sama dengan ayahnya meski di tim yang berbeda. Jadi dia bertanya dimana letak kesalahan dalam kasus itu.
"Apa ayahku berusaha menutupi kebenaran?'
Bersambung Ke He is Psychometric episode 12 part 3
4 komentar
Min cepet dilanjut
Jangan lupa fotonyaaa
Semangat....di tunggu cerita selanjutnya...😊😇
Min....kok foto2nya belum ada sih...q penasaran ama foto2nya...
EmoticonEmoticon