He is Psychometric Episode 11 Part 3

He is Psychometric
Episode 11 Part 3


Sumber konten dan gambar : TVN

Ji Soo mendapat kabar dari Det. Lee kalau kalau kartu identitas yang mereka temukan ternyata palsu. Dan juga, mobil yamg digunakan pria bermasker (bukan Kim Young Ho lagi karena ternyata identitas palsu) adalah mobil sewaan. Ji Soo lalu menelepon dr. Hong dari dalam mobilnya. Dia memberitahu kalau dia sudah memeriksa semua cctv tapi tidak menemukan Kang Eun Jo. Dia menebak kalau Sung Mo yang sudah mengambil semua rekamannya saat datang kemarin.

"Mengikutinya berkeliling sudah menjadi spesialisasiku," ujar Ji Soo.

"Jadi jaksa Kang juga tidak tahu keberadaan Kang Eun Joo?"

"Itu mengingatkanku. Kudengar mereka menemukan sidik jari penculik Petugas Yoon."

Dr. Hong membenarkan. Dia langsung memeriksa komputernya. "Seperti yang kamu tahu, proses pencarian membutuhkan waktu."

"Dr. Hong. Aku ingin minta sesuatu."

"Aku tahu. Sampai kita mencari sesuatu dengan pasti, kamu mau aku merahasiakan ibunya jaksa Kang."

Ji Soo tersenyum miring. "Kamu yang terbaik."

"Detektif Eun. Hati-hatilah di sana! Jika jaksa Kang benar, kamu bisa berada dalam bahaya juga," ucap dr. Hong cemas.

"Aku akan menemuimu setelah aku kembali." Ji Soo menutup teleponnya. Dia menatap gantungan bunga matahari di mobilnya.

***

Jae In membuka matanya. Dia menoleh ke samping dan menemukan Lee An yang tertidur sambil menggenggam tangannya. Jae In memiringkan tubuhnya dan menatap Lee An. Dia menggenggam tangan An dengan kedua tangannya. Setelah menatap tangan itu sejenak, Jae In hendak bangun.

Tapi Lee An menariknya agar berbaring kembali. Mata An masih terpejam. Sebelah tangannya dia letakkan melintang di bawah tengkuk Jae In. Dia berkata, "Biarkan seperti ini."

"Tapi kamu juga terluka. Tunggulah selagi aku mencari perban untukmu," ucap Jae In menatap Lee An.

Lee An malah mengeratkan genggaman tangannya. "Seperti ini,,, hanya itu yang ku butuhkan." Aigoo! Baper akunya

Jae In terus menatap Lee An yang tidak juga membuka matanya.

"Pasti membuatmu takut," ucap Lee An.

Jae In menggeleng. "Aku tahu kamu akan menemukanku."

Lee An membuka matanya lalu menatap Jae In. Dia sedikit mengangkat kepalanya agar bisa melihat Jae In dengan lebih jelas."Aku takut. Aku mungkin tidak akan memegang tanganmu lagi. Aku takut mati."

"An~a. Berandal itu. Berandal yang membawaku. Dia mengambil jaket ayahku. Itu sebabnya ayahku dijebak. Aku baru ingat wajahnya."

"Aku tahu."

"Kamu dengar ibunya Jaksa Kang masih hidup? Aku yakin dia sedang mencari ibunya Jaksa Kang. Tapi dia terjebak. Jadi dia mengejar."

"Kamu tidak perlu jelaskan."

"Apa yang terjadi di gudang? Kamu sudah melihat semuanya."

"Hmmm. Jadi untuk sesaat, kita lupakam itu. Kamu terus menangis dalam mimpimu. Dan sekarang dia yang kamu bicarakan. Berandal itu, aku akan menemukannya apapun yang terjadi. Dengan kemampuanku, aku hanya bisa melihat sebagian. Tapi dengan itu, aku akan mengumpulkan semuanya."

"Ibu Jaksa Kang dan si berandal itu. Kamu akan menemukan keduanya. Aku percaya itu."

"Aku butuh bantuanmu. Tanpamu aku bukan psikometri. Aku hanya seorang psiko."

Jae In tersenyum. "Baiklah."


An menarik Jae In mendekat. Mereka berdua memejamkan matanya.

Eng ing eng. So Hyun ternyata mengintip dari luar dan senyum-senyum sendiri melihat Jae In dan Lee An yang sudah akur kembali.

Tiba-tiba Dae Bong datang mengejutkannya. "Kamu sedang apa?"

Sontak So Hyun berbalik. Wajahnya sangat dekat dengan wajah Dae Bong. Dia meletakkan jari di depan bibirnya. "Sssstttt. Kunjungan kita hanya akan mengganggu mereka. Biarkan mereka."

Dae Bong merenges sambil terus menatap So Hyun. "Ya."

So Hyun baru menyadari kedekatan mereka. "Kenapa menatapku? Ayo!" So Hyun melenggang pergi.

Dae Bong tersenyum lebar. "Tenanglah! Jantungku berdetak." Dia lalu menyusul So Hyun. So Hyun merasa lega melihat Jae In dan Lee An bersama lagi.

"Jae In sudah melalui banyak kesulitan. Aku ingin dia bahagia."

"Fokuslah pada kebahagiaanmu," gumam Dae Bong.

"Apa?"

"Tidak. Tidak ada."

"Ngomong-ngomong. Apa itu psikoris?"

"Apa?"

"Aku mendengar bagian ini dari percakapan mereka. Psikoris? Psikometris? Ah! Apa semacam gitaris atau pemain cello?"

"Oh. Benarkah?" Dae Bong pura-pura tidak tahu. Dia lalu bertanya dimana Eun Sol. So Hyun bilang dia menitipkannya pada gurunya selama dua jam. Dia melihat jamnya dan bilang akan beli popok dulu mumpung masih ada waktu. Dae Bong menawarkan bantuan. So Hyun langsung menolaknya mentah-mentah.

***

Ji Soo menjenguk Jae In sambil membawa buku-buku tebal. Dia menceritakan ibu Sung Mo yang berniat bunuh diri pada tanggal 17 Desember.

Jae In penasaran ada apa dengan hari itu (tanggal 17 Desember). Dan lagi, kenapa ibu Sung Mo menyembunyikan fakta bahwa dia masih hidup selama 13 tahun.

Ji Soo pun sama penasarannya. "Aku juga punya banyak pertanyaan. Bagaimana dia bisa tetap hidup. Dan siapa pria itu. Kenapa Kang Sung Mo menyembunyikan ini dari kami dan menghilang?"

Lee An angkat bicara. "Mungkin hyung berusaha membunuh pria itu." Ji Soo dan Jae In sontak menatapnya. "Dia tahu ibunya mencoba bunuh diri." An menatap Jae In. "Jika dia tahu bahwa pria itu juga menculik Jae In," kali ini An menatap Ji Soo. "Noona, kita harus menghentikannya."

Sung Mo sendiri masih berada di gereja. Tapi dia sudah berganti pakaian biasa berwarna hitam. Di matamya tersirat kemarahan. Dia lalu memakai topi hitam.

Ji Sooberkata, "Benar. Sebelum Jaksa Kang melakukan sesuatu. Kita harus menemukan ibunya dan si berandal itu lebih dulu."

Lee An bertanya apa Ji Soo sudah punya petunjuk.

"Tidak! Kami bahkan tidak punya namanya." Dr. Hong sedang memeriksa catatan yang ditemukan di mobil. Tapi itu bukan pekerjaan yang mudah.

Jae In berpendapat kalau akan lebih cepat menemukan ibu Sung Mo. Jika mereka bisa tahu apa yang terjadi sebelum kebakaran Apartemen Yoengseong, mungkin mereka bisa mengidentifikasi pria itu.

Menurut Ji Soo, jika memang Kang Eun Joo adalah orang yang pria itu kejar, berarti mereka harus mencari hubungan mereka lebih dulu.

"Sekarang ini, dia akan mengitari kita untuk mencari tahu tentang Kang Eun Joo. Detektif Eun, hati-hatilah!" Kata Jae In.

"Aku tidak apa-apa. Aku lebih mengkhawatirkanmu," ucap Ji Soo sambil melirik An.

"Ku pikir aku di targetkan karena ada kesalahpahaman atas fakta bahwa Jaksa Kang yang merekomendasikanku. Dia juga bukannya suka padaku atau apa."

Giliran An melirik Ji Soo. Ji Soo bilang itu bukan kesalahpahaman. Berandal itu mengira Sung Mo akan keluar.

"Apa?" Jae In langsung mengarahkan matanya ke Lee An. Begitupun Lee An sebaliknya.

Ji Soo menyimpulkan kalau pria bermasker dan Sung Mo saling mengenal. Mereka memperkirakan pergerakan masing-masing dan tahu kelemahan satu sama lain. "Itulah sebabnya Kang Sung Mo tidak bisa mendekatimu dan malah meminta An."

Lee An menghela nafas.

Ji Soo melanjutkan. "Kang Sung Mo mungkin menyembunyikan perasaannya dari kalian berdua. Tapi tidak dari orang itu." (Ji Soo korban perasaan banget ngomongnya)

"Hyung tahu semuanya sejak awal kan? Kebakaran apartemen Yoengseong dan Rumah Perawatan Hanmin. Berandal itu mengatur kebakaran itu karena ibunya."

"Sung Mo pasti sudah tahu. Masalahnya, pria itu sangat baik (lihai). Sung Mo tidak bisa menangkapnya meskipun sudah tahu sejak lama."

Lee An jadi teringat percakapannya dengan Sung Mo saat Lee An melihat bekas luka di kaki Sung Mo yang menurutnya masih terlihat menyakitkan. Sung Mo membenarkan. Itu masih terasa sakit karena ingatan yang hidup pada saat itu.

"Hyung juga masih tersiksa karena itu," ujar Lee An. "Dia punya luka yang sama dengan Jae In." An meminta Ji Soo mencaritahu dimana Sung Mo tinggal sebelum pindah ke Apartemen Yoengseong.

Ji Soo mengiyakannya karena pasti terlalu sulit bagi Lee An melihat kejadian 13 tahun yang lalu dengan kemampuannya.

"Terlepas dari aku yang menggunakan kemampuanku, aku ingin tahu." Ji Soo dan Jae In  menatap Lee An. "Siapa pria itu. Kenapa dia melakukan ini. Dan bagaimana dia mengenal hyung."

Diperlihatkan pria bermasker yang menatap foto Kang Eun Joo. Dia lalu berjalan di lorong kereta bawah tanah.

"Jika aku tahu, ketika kemampuanku benar-benar dibutuhkan. Mungkin aku bisa melakukan yang lebih baik," lanjut An. Jae In tersenyum mendengarkan.

"Baiklah. Ikut denganku," ucap Ji Soo. Dia lalu menunjukkan buku-buku yang tadi dia bawa. Ternyata itu berkas-berkas mengenai kebakaran apartemen Yoengseong dan rumah perawatan Hanmin, juga pembunuhan Kim Gab Young.

"Kenapa membawa ini?" Tanya Jae In.

"Kenapa lagi? An menemukanmu dengan psikometrinya. Kenapa aku harus menunggu lebih lama?"

Senyum An mengembang. "Maksudmu, kamu ingin kami membantu penyelidikan. Iya kan?"

"Terdengar mewah! Baiklah. Secara resmi aku meminta bantuanmu." Ji Soo berdiri lalu menepuk bahu An. "Si psikometri, Lee An. Dan petugas Yoon."

"Anda serius?" Tanya Jae In.

"Aku tidak bisa menangani kasus dan mengelolanya. Ku rasa yang cukup berdedikasi hanyalah kamu."

An langsung memeluk Ji Soo. "Noona. Jinjja gomawo. Jinjja jinjja gomawo."

Jae In tersenyum melihatnya. Sementara Ji Soo protes karena dia sedang banyak pikiran. "Jangan sentuh aku! Jangan membacaku! Sedang apa petugas Yoon? Hentikan dia!"

Tapi Jae In malah meminta Lee An memeluk Ji Soo lebih erat atas namanya."

"Baiklah!" Lee An mengeratkan pelukannya. "I love you."

Ji Soo meronta minta dilepaskan. Dia bilang ada yang perlu dia bicarakan dengan Jae In. Baru deh Lee An mau lepas.

"Petugas Yoon. Begini. Aku mau minta maaf atas nama ayahku karena salah menuduh ayahmu. Maaf. Aku tidak yakin apa aku bisa membayarmu kembali dengan kerja keras. Tapi aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama."

Bersambung ke He is Psychometry episode 11 part 4

4 komentar

Gambarnya belum di upload yah...
Q nungguin gambar2nya...makasih..😊

Gambarnya belum di upload yah...
Q nungguin gambar2nya...makasih..😊


EmoticonEmoticon