He is Psychometric Episode 1 Part 2 (Drama Korea)

He is Psychometric
Episode 1 Part 2


Sumber konten dan gambar : TVN

Baca HIP episode 1 part 1


Eunji mengejar Lee An yang menghindar dan bersembunyi di belakang dr. Hong Sa Kang (tadinya aku sebut Sa Kang, sekarang aku sebut dr. Hong aja yah). Lee An mencoba membela diri. Angka-angka itu mungkin bukan petunjuk, tapi dia melihat seorang wanita yang memakai cincin.

"Tapi nggak ada satupun may*t yang pakai cincin," ujar dr. Hong.

"Kalau dia bukan korban, mungkin saja dia pelakunya," ucap Lee An.

"Apa kamu mau menipuku?" tanya Eunji kesal. Dia mau mengejar Lee An lagi tapi tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk.


"Dr. Hong. Ini aku Kang Sung Mo."

Mereka bertiga sontak terkejut dan panik. Eunji menggiring dr. Hong dan Lee An ke sudut ruangan.

"Sekarang apa?" Tanya Lee An.

"Kenapa kamu bertanya padaku. Kamu tanggung jawab yang besar datang bersama kekuatan yang besar. Katakan padanya apa yang kamu lihat! Percaya dirilah!" perintah Eunji.


Lee An manyum. "Kan kamu yang memanggilku duluan untuk minta bantuan. Aku nggak mau jatuh sendirian."

"Dasar bocah!"


Sung Mo mengetuk pintu lagi. Eunji menyuruh Lee An bersembunyi. Lee An terlihat kesal. Dr. Hong lalu membukakan pintu di ikuti Eunji di belakangnya.

Eunji mencoba menarik perhatian Sung Mo dengan berkata kalau penjahat itu seperti seorang psikopat. Dia tidak berhenti setelah membun*h tapi juga mengatur pembakaran.

"Itu tindakan khas penjahat yang berharap bisa menyembunyikan kebenaran," sahut Sung Mo.

"Betul! Dia benar-benar psiko."


"Yang aku maksud kamu bukan penjahatnya!" Sung Mo mengatakan kalau Eunji saat ini benar-benar overacting. Sung Mo mendekati Eunji. "Anehnya kamu juga menghindari tatapan mataku."

Eunji jadi gugup. "Karena kasus ini,,, ditiru dengan sempurna dari kasus apartemen Yeongseong 11 tahun lalu. Itu menggangguku," ujar Eunji mencari alasan.


Lee An bersembunyi di salah satu tempat penyimpanan mayat. Dia menyalakan lampu ponselnya untuk penerangan. Karena sempit, Lee An bergerak tidak nyaman hingga menimbulkan suara. Eunji berusaha mengalihkan perhatian. "Aigoo. Itu benar-benar menggangguku."

"Aku yang jadi korbannya. Kenapa kamu yang terganggu?" tanya Sung Mo.

"Aku kan cuma perhatian sama kamu."

"Kalau kamu benar-benar ingin memperhatikanku, berhenti berspekulasi. Tunjukkan padaku hal yang nyata!"

Sung Mo melihat salah satu may*t. Dia bertanya apa dr. Hong dan Eunji sudah menemukan sesuatu?

"Ehmmm... itu... kita menemukan dalaman korban dimana-mana di tkp. Jadi kita sedang membicarakannya sekarang. Benarkan?" tanya Eunji pada dr. Hong. Dr. Hong buru-buru mengiyakan.

"Apa ada arti khusus pada dalaman mereka?"

"Itulah yang ingin kita cari tahu. Bagaimana denganmu? Apa kamu menemukan sesuatu?"

"Tidak ada yang spesial."


"Lihatlah! Kamu juga tidak menemukan apapun," ledek Eunji.

"Aku menemukan seorang saksi."

Eunji terkejut. "Apa penjahatnya seorang wanita yang memakai cincin di jarinya? Atau itu saksinya?" tanya Eunji. Tentu saja pertanyaannya membuat Sung Mo curiga. Dia menjawab kalau saksinya laki-laki. Eunji lalu mengajak semuanya untuk segera menemui saksi. Sung Mo iya-iya aja. Tapi begitu Eunji dan dr. Hong sudah keluar, dia langsung mengunci pintu dari dalam.


Sontak itu membuat Eunji dan dr. Hong panik. Padahal tadi mereka sudah tos di luar karena mengira mereka berhasil membawa Sung Mo pergi dari ruang autopsi. Mereka berdua menggedor-gedor pintu sambil memanggil Sung Mo.


Sung Mo mendekati salah satu tempat penyimpanan mayat. Dia membuka pintunya lalu menarik alasnya dan menemukan Lee An di sana.

Lee An langsung nyengir kuda. "Annyeong, Hyung!" (Jadi sejak kebakaran, kayaknya Lee An hidup sama Sung Mo)

"Bukankah aku sudah bilang padamu untuk menjauhi tempat ini?"

"Hari ini bukannya tidak berhasil. Cincin! Seorang perempuan dengan cincin di jarinya ada di tkp."

"Tapi saksi tidak mengatakannya tuh!"

"Waduh!" Lee An jadi gugup.

"May*t yang ditusuk. May*t yang di potong-potong. Atau may*t yang tenggelam. Mana yang kamu pilih?"

Lee An yang masih berbaring tampak ketakutan. "Kenapa kakak bertanya begitu?"

Sung Mo mendekatkan wajahnya ke wajah Lee An. "Kalau kemampuanmu bukan yang terburuk, kamu akan melihat salah satunya segera!" ancam Sung Mo. "Aku harap, kamu bisa memamerkan kemampuanmu."


Sung Mo mendorong Lee An ke dalam lalu mengunci pintunya. Lee An teriak-teriak minta maaf. Dan seremnya, di dalam Lee An melihat penampakan hantu di atasnya. Entah itu benar-benar hantu atau hanya halusinasi Lee An yang ketakutan. Lee An menjerit lalu pingsan. Sedangkan Sung Mo malah tersenyum di luar. HAHA.


Sung Mo sedang menginterogasi saksi. Tampak Eunji dan detektif serta jaksa lainnya menonton dari luar.

Saksi adalah seorang konsultan asuransi. Sebelum berangkat kerja, dia pergi ke Rumah Perawatan Hanmin untuk meminta beberapa informasi dari kliennya di ruangan 702. Saat itulah dia mendengar suara wanita menangis dari ruang sebelah. Saksi mengintip dari celah pintu yang kebetulan terbuka.


Dia kaget saat melihat darah mengucur dari ranjang seorang pasien. Lalu terlihat seorang pasien wanita menusuk perut pasien yang terbaring di ranjang lainnya. Kemudian wanita itu menyiramkan bensin ke seluruh ruangan dan menyulut korek api. (Kayaknya saksi bohong deh)

Saksi segera memberitahu reseptioniz dan resepsionis buru-buru menghubungi 911. Kebakaran pun terjadi. Semua orang berusaha menyelamatkan diri.

"Lalu kenapa kamu baru melapor setelah 2 jam setelah kejadian?"

"Aku pikir sudah ada orang lain yang melapor."

Sung Mo melihat kaki korban yang di perban.

"Ini karena aku buru-buru saat keluar. Sebenarnya, aku sangat menyesal dan merasa bersalah karena menyelamatkan diri sendiri. Jadi aku tidak bisa melaporkannya dengan segera. Aku sungguh minta maaf."


Pihak kejaksaan dan kepolisian melakukan rapat bersama. Sung Mo menyatakan Song Hee Jung, 57 tahun sebagai tersangka. Dia dirawat selama 3 bulan karena depresi. Menurut perawat, dia sering mengancam pasien lain bahwa dia akan membun*h semua orang. Sehari sebelum kejadian, pihak rumah sakit memberitahunya untuk pergi karena dia tidak bisa membayar tagihan rumah sakit. Jadi tersangka tersulut untuk membun*h korban, melukai diri sendiri, lalu melakukan pembakaran.

Pak Eun Byung Ho (ayah Eunji) mengusulkan untuk segera mengumumkan penjelasan singkat secara resmi kepada masyarakat sebelum para reporter memberitakan hal omong kosong. Dia lalu memuji Sung Mo dan tim investigasi khusus yang bisa memecahkan kasus hanya dalam selang waktu 2 jam setelah kejadian.


Ketua rapat (belum tahu jabatannya apa) bertanya siapa yang akan membuat pengumuman resmi antara jaksa dan detektif.

Eunji berdiri mengangkat tangannya. Dia bilang jaksa Kang yang sudah melakukan semuanya, jadi tidak pantas kalau dia yang melakukannya.

"Kita memang punya saksi. Tapi aku pikir terlalu cepat untuk membuat pengumuman resmi. Kenapa kita tidak memeriksa kebenarannya dulu?" Eunji memberikan pendapatnya.

"Apa ada yang mengganggumu?" Tanya ayahnya.

Eunji bingung mau menjawab bagaimana. Tidak mungkin dia bilang ingin mencari wanita yang pakai cincin. Jadi dia beralasan ingin memeriksa sesuatu lebih dulu.

Pak Eun menasehati Eunji agar tidak hanya berasumsi tapi harus ada kejelasan. Eunji menjawab kalau dia tidak ingin kasus ini berakhir tidak jelas seperti kasus apartemen Yoengsoeng. Semua orang terkejut.


Pak Eun marah karena Eunji membawa-bawa kasus 11 tahun yang lalu. Kedua anak bapak itu akhirnya saling berdebat. Ternyata Pak Eun lah yang dulu menangani kasus Apartemen Yoengsoeng yang menurut Eunji masih belum selesai karena tersangka tidak pernah mengaku.

Suasana pun jadi canggung. Ketua rapat buru-buru mengajak Sung Mo untuk melakukan pengumuman resmi.

***

Sung Mo membuat pengumuman secara live. Seorang wanita berpakaian hitam dengan topi dan masker hitam pula, berjalan di antara orang yang lalu lalang di jalan. Sebuah mobil pick up sudah menunggunya di pinggir jalan. Wanita itu segera masuk ke dalam mobil lalu melepas topi dan maskernya.


Ternyata dia seorang gadis muda. Namanya Yoon Jae In. Di dalam mobil sudah ada bibinya dan seorang sopir.

"Apa ada orang lain yang mengikuti bibi?"
Tanya Jae In.

"Kamu kan tahu, kita bukan orang yang baru lahir. Apa kamu harus melakukan ini setiap waktu?"

Jae In tidak menjawab. Dia menanyakan tasnya. Bibi mengambilkan tas Jae In di jok belakang. Jae In memberi bibinya sebuah alamat dan menyuruh bibinya pergi kesana. Dia bilang dia sudah menemukan sekolah dan pekerjaan paruh waktu. Bibi memujinya yang sudah benar-benar berpengalaman mengurusi dirinya sendiri.

Jae In meminta di turunkan di suatu tempat. Sebelum turun dia memakai topi dan maskernya lagi.


Jae In masuk ke kamar mandi untuk berganti seragam sekolah. Seseorang di kamar mandi sebelah mengintipnya dari sebuah lubang pada sekat kamar mandi. Jae In baru menyadari keberadaan lubang itu setelah berganti pakaian. Dia mendekat ke lubang dan terbelalak melihat mata yang sedang mengintipnya.


Laki-laki itu langsung kabur. Jaket yang dipakai laki-laki itu mirip sama yang dipakai Lee An.

Jae In segera mengejarnya.

Lee An sendiri sedang teleponan dengan temannya di jalanan menuju sekolahnya. Dia menceritakan kejadian kemarin dimana melihat angka-angka yang ternyata nomor cd para korban. Sontak temannya cekakakan.


Pria pengintip berlari dan hampir menabrak Lee An. Tidak sengaja Lee An menyentuhnya dan melihat apa yang pria itu lihat di kamar mandi.

"Dasar ca**l!!" umpat Lee An. "Kenapa aku melihatnya sangat jelas?"

Teman Lee An bertanya bagaimana kalau Lee An itu psychometric. Semua yang bisa dia lihat hanyalah ukuran cd. HAHA.

"Benar yang nenekku katakan. Seekor lalat hanya bisa melihat kotoran hewan."


Jae In melihat Lee An. Dia mengira Lee An si pria pengintip, Jae In merekamnya dari belakang.

Lee An membela diri. "Itu karena kamu tidak tahu dengan baik. Semuanya itu bertahap sedikit demi sedikit. Apa senangnya bisa melihat semuanya sejak awal."

"Kamu selalu banyak bicara! Jadi apa yang dikatakan jaksa Kang?" tanya teman Lee An.

"Kamu pikir apa? Aku langsung lari keluar dari sana. Aku tidak menyangka dia akan ke sana. Bagaimana bisa aku bilang kalau aku melihat celana dalam?"


Jae In langsung kesal mendengarnya. Dia menghadang Lee An dan menghadapkan ponselnya ke muka Lee An.

"Hey!"

"Ada apa?" Lee An bingung tapi kemudian tidak peduli. Dia berjalan melewati Jae In yang tambah kesal. Jae In menghadangnya lagi.

"Apa kamu punya pesan kematian?" Tanya Lee An yang kesal karena temannya terus meledeknya.

"Kamu punya?" tanya Jae In tiba-tiba.

Jae In jelas keheranan. Dia menutup teleponnya.

"Apa menyenangkan mengintip bawahan seorang gadis?"

"Aku? Apa kamu menuduhku?"


Jae In memutar rekamannya barusan. (Btw, Jae In mirip Lee Yoo Bi ya)

Orang-orang yang lewat memperhatikan mereka.

Lee An langsung ngeh apa yang terjadi. "Aku pikir ini cuma kesalahpahaman."

Orang-orang mulai menatap Lee An dengan pandangan kesal.

"Ah!! Ini g*la!!" Gerutu Lee An. "Aku bukan orang yang mengintipmu di ruangan peristirahatan"


"Aku tidak pernah menyebutkan ruang peristirahatan."

Lee An stress mau menjelaskannya bagaimana.

"Dasar cowok ca**l"

Jae In hendak menendak Lee An tapi Lee An menangkap kakinya." Saat itulah Lee An mendapat penglihatan.


Seorang gadis kecil terjatuh dan mainan di tangannya terlepas. Lalu Jae In yang sepertinya di bully di sekolah lamanya dan menangis sendirian. Jae In yang mengenakan topi dan masker. Sampai pada kejadian di kamar mandi tadi.

Jae In kesal karena Lee An terus memegang kakinya. "Jangan sentuh aku!"

"Itu benar-benar bukan aku."

Lee An baru menyadari pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia berusaha meyakinkan mereka kalau bukan dia.


Lee An pun berakhir di dalam sel kepolisian Seoul.

Bersambung ke He is Psychometric episode 1 part 3




EmoticonEmoticon