He is Psychometric
Sumber konten dan gambar : TVN
Baca juga : HIS episode 4 part 4
Pada episode sebelumnya, Sung Mo datang ke kantor Jae In. Dan dari kejauhan, tampak pria bermasker memperhatikan mereka dari dalam mobil.
***
3 Desember 2005, 18:20
Sung Mo sedang mempelajari arti kata cinta dan obsesi di kamus di kamarnya. Tiba-tiba bell apartemennya berbunyi.
Sung Mo keluar kamar dan menemukan ibunya yang terlihat ketakutan sambil menatap pintu.
"Sung Mo. Apa yang harus kita lakukan? Ibu pikir itu dia."
Sung Mo mengintip keluar melalui lubang kunci. Ternyata yang datang tiga ahjumma yang sempat berdebat dengan Pak Yoon. Sung Mo pun membuka pintunya tanpa melepas kunci rantai di pintunya sedangkan ibunya tampak bersembunyi di balik dinding.
Ahjumma yang ternyata ketua perkumpulan wanita di apartemen yoengsoeng itu meminta Sung Mo menyampaikan pada ibunya untuk ikut rapat di rumahnya terkait selebaran yang disebar Pak Yoon.
Sung Mo langsung menutup pintu setelah ahjumma pergi lalu menguncinya kembali. Para ahjumma nyinyir pada Sung Mo dan ibunya yang baru pindah satu bulan lalu dan tidak pernah terlihat menyapa para tetangga.
Dan dari apartemen seberang, terlihat si pria bermasker memperhatikan apartemen Yoengsoeng. "Aku menemukanmu," gumamnya.
Episode 5
Jae In menyajikan kopi untuk Sung Mo dan Lee An. Mereka duduk di dalam 'rumah' Jae In. Lee An akhirnya tahu kalau kakaknya membantu Jae In selama tiga tahun. Sung Mo bercerita kalau pendeta di panti asuhan yang merekomendasikannya. Sung Mo juga yang membuat Jae In tinggal di rumah atap dan masuk ke sekolahan Lee An.
Jae In minta maaf karena dia sudah berjanji akan membalas kebaikan Sung Mo tapi dia malah pergi begitu saja.
Sung Mo bisa memakluminya. "Seberapa ingin kamu menghindarinya, aku yakin kalau takdir pasti akan membuat sesuatu terjadi dan mempertemukan orang-orang."
"Sejak kapan?" Tanya Lee An.
"Sejak aku nonton 'Comrades'. Itu kenapa, dari pada kamu menghindar lebih baik kamu berpikir bagaimana cara untuk menanganinya."
"Maaf?" Tanya Jae In bingung.
Lee An menjelaskan kalau itu cara Sung Mo untuk mengatakan pada Jae In agar tidak melarikan diri lagi.
Jae In meminta nomor ponsel Sung Mo karena bibinya ingin mengajak Sung Mo makan malam.
"Tentu. Aku tidak ingin kamu merasa berhutang padaku," sahut Sung Mo lalu mengetikkan nomor ponselnya di handphone Jae In. Lee An protes karena Jae In tidak minta nomornya. Dia meminta Sung Mo untuk menuliskan nomor ponselnya juga.
Sung Mo bilang dia kesana karena Lee An. Kalau dia tidak menghentikannya, Lee An mungkin akan tinggal disana sepanjang malam. Jae In tertawa mengiyakan kata-kata Sung Mo. Sung Mo pun tertawa. Lee An terus memperhatikan interaksi Jae In dan kakaknya.
Sung Mo dan Lee An pamit pulang. Sebelum pergi, Sung Mo bilang ingin minta bantuan Jae In. Lee An langsung kepo bertanya bantuan apa yang diminta kakaknya. Tapi Sung Mo bilang akan mengatakannya lain kali. Sung Mo dan Lee An pun pergi.
Sesampainya di parkiran apartemen, Lee An langsung menanyakan lagi soal bantuan. Sung Mo mengulurkan kepalan tangannya agar Lee An membacanya. Tapi yah Lee An masih tetap belum bisa membaca Sung Mo. Saking penasarannya, Lee An meraba-raba Sung Mo lalu memeluknya dan meletakkan telinganya di dada Sung Mo.
Merasa belum cukup, Lee An bahkan memonyongkan bibirnya berniat mencium Sung Mo. Sung Mo jelas menahan Lee An dengan sekuat tenaga.
Kebetulan ada orang lewat dan memperhatikan mereka. Lee An menyerah. Sung Mo menggerutu kalau orang tadi pasti salah paham. Dia berjalan pergi tanpa mempedulikan Lee An yang terus kepo.
Keesokan harinya, lagi-lagi Lee An bicara sendiri seolah-olah Jae In ada di depannya.
"Apa kamu memikirkan apa yang Sung Mo ingin kamu lakukan? Aku tidak bisa memecahkannya dengan otakku. Aishh!"
Tiba-tiba Jae In keluar dari kantornya dengan terburu-buru. Dia bilang ada kerusakan besar. Lee An langsung mengikutinya.
Ternyata ada dua ahjumma yang sedang bertengkar di parkiran sebuah kedai. Ahjumma A menuduh Ahjumma B menggores mobilnya saat membuka pintu mobil. Ahjumma B tidak terima karena dia merasa tidak melakukannya. Ahjumma A ngotot menuduhnya karena mobil ahjumma B yang parkir tepat disamping mobilnya. Keduanya hendak berkelahi.
Jae In maju hendak memisahkan mereka tapi dia malah terdorong ke belakang. Lee An membentak para ahjumma karena menyerang petugas. Ahjumma tidak peduli dan terus bertengkar. Jae In berusaha menenangkan mereka.
Sementara Lee An mendekati mobil ahjumma A dan menyentuh bagian yang lecet. Dia melihat tangan seorang anak kecil yang memukul pintu mobil ahjumma A dengan batu. Lee An tertegun. Dia lalu melongok ke kolong mobil dan menemukan sebuah batu di sana.
Beberapa saat kemudian, Jae In mencoba merekonstruksi kejadian dengan membuka pintu mobil ahjumma B. Dia merasa kalau mobil ahjumma A rusak bukan karena pintu mobil ahjumma B. "Ini sesuatu yang bergerigi, seperti...."
"Batu?" Lee An menunjukkan batu di tangannya.
"Dimana kamu menemukannya?" Sedetik kemudian Jae In ngeh kalau Lee An melakukan psychometri. "Apa kamu melihat siapa yang melakukannya?"
Lee An mengarahkan pandangannya ke samping. Jae In mengikuti arah pandang Lee An. Terlihat seorang gadis kecil yang duduk bersandar di dinding sambil memegang sebuah batu.
Lee An menghampiri anak itu dan menghapus airmatanya. Saat itulah dia melihat ahjumma A yang bertindak seenaknya di dalam kedai. Dia menyodorkan makanannya ke ibu si anak tanpa melihat hingga makanan itu tumpah mengenai sepatunya. Tapi ahjumma A malah menyalahkan si ibu yang tidak menangkap dengan benar. Si anak duduk memperhatikan mereka. Dia terlihat marah saat melihat ibunya harus mengelap sepatu ahjumma A. Dia keluar lalu memukul mobil ahjumma A dengan batu.
Sekarang, Lee An, Jae In dan anak itu duduk di depan kedai. Lee An berusaha memberi pengertian pada anak itu.
"Aku tahu kamu marah. Tapi jika kamu merusak barang milik orang lain, itu hanya akan melukai ibumu, orang yang ingin kamu lindungi. Perempuan itu sangat mengerikan. Jadi aku mempertimbangkan untuk merahasiakannya. Tapi jika aku melakukannya, ingatan itu akan tetap ada di kepalamu, mengikutimu, dan mengacaukanmu. Apa kamu mau menyimpan rahasia buruk pada ibumu?"
Si anak menggeleng. Lee An menghapus airmata anak itu lagi. Jae In tersenyum menatap kagum pada Lee An.
Si ibu menyuruh anaknya minta maaf pada ahjumma A. Anak itu pun meminta maaf. Ahjumma A masih dengan tengilnya menyuruh Si ibu mengajarkan sikap yang baik pada anaknya. Dia lalu pergi setelah ibu memberinya nomor teleponnya dan berjanji akan membayar kerusakannya.
Ahjumma B tidak suka ahjumma A pergi begitu saja tanpa minta maaf padanya karena sudah menuduh dan berteriak padanya. Ahjumma A bodo amat. Akhirnya si ibu berteriak pada Ahjumma A agar tidak datang lagi ke kedainya. Dia akan mengajari anaknya cara bersikap, agar anaknya tidak tumbuh seperti ahjumma A.
Lee An dan Jae In kembali ke kantor. Lee An sedikit menggerutu karena meskipun mereka menemukan kebenaran, keadilan tetap tidak menang.
"Keadilan memang tidak menang. Tapi kamu sudah membuktikan dirimu sendiri."
"Tidak juga. Aku melakukannya seperti biasanya. Hanya saja kali ini tidak heboh."
"Kamu memecahkan kasus, dan aku berterimakasih," ucap Jae In tapi wajahnya terlihat murung. Lee An menyadarinya dan bertanya ada masalah apa.
"Mood mu sepertinya buruk," ujar Lee An.
"Setiap orang pasti punya hari yang buruk kan?"
Lee An pulang ke apartemen. Dia melihat Sung Mo yang baru masuk lift dan langsung menyusulnya hingga sikunya terbentur pintu lift dan kesakitan. Dia lalu memencet tombol lantai dengan sikunya tapi gagal terus. Sung Mo yang akhirnya memencetnya. Dia bilang Lee An suka menghindari kontak fisik makanya kemampuannya tidak berkembang.
"Kata siapa kemampuanku tidak berkembang?"
"Bahkan jika kamu tidak suka melihat sesuatu, kalau kamu ingin mengalahkan kejahatan, jangan hindari sentuhan!"
"Aku tidak menghindar. Itu hanya kebiasaan."
Mereka sudah sampai di lantai 6 tempat apartemen mereka. Sung Mo masih menasihati Lee An. Kalau Lee An hanya ingin menyentuh sesuatu yang terkait dengan kasus saja, itu seperti mendapat jawaban tanpa belajar. Lee An jengah dan menggaruk-garuk telinganya.
"Apa kamu paham maksudku?"
"Ya aku akan berlatih," jawab Lee An dengan malas. Sung Mo langsung menatapnya tajam. "Ya. Ya aku paham."
Sampai di depan pintu apartemen, Lee An berniat membukanya. Sung Mo menyerobot maju dan membuka pintu dengan kartu. Dia bilang sudah mengganti password pintunya. Begitu masuk Sung Mo langsung menutup kembali pintunya.
"Kekanakan sekali. Aku bisa membacanya dalam 3 detik!"
Lee An menyentuh tombol kunci pintu. "Cuma 6 angka? 051203? Kalau ini terlalu rumit dan kakak sering menggantinya, kakak bisa-bisa tidak mengingatnya! Ini tanggalkan. 3 Desember 2005,,," Lee An tertegun. "Ulang tahunku?" gumam Lee An.
Di tempat lain, tampak Jae In sedang menyalakan beberapa lilin. Hari ini tanggal 3 Desember 2018. Tepat 13 tahun kejadian kebakaran di Apartemen Yoengsoeng.
Bersambung ke He is Psychometric episode 5 part 2
EmoticonEmoticon