Buang Hong
Episode 2 Part 2
Sumber konten dan gambar : Channel 3
Baca Buang Hong episode 2/1
Si mbak sales apartemen langsung berbagi gosip sama mbak resepsionis tentang Pim yang menyewa apartemen.
"Dia mungkin punya waktu yang sulit setelah ayahnya meninggal. Kalau tidak mana mungkin Pim mau menyewa apartemen seperti ini," ujar mbak resepsionis.
Kebetulan Kittichai lewat. Sepertinya dia juga tinggal di apartemen itu. Dia menguping pembicaraan dua wanita itu.
Mbak resepsionis bilang kalau ayah Pim meninggalkan banyak hutang. Terus Pim itu punya sikap yang buruk makanya para organizer model sekarang tidak mau lagi bekerja sama dengan Pim.
Mbak resepsionis menyadari keberadaan Kittichai. Dia langsung menghampirinya.
"Khun Kittichai. Ada yang Anda inginkan?"
"Aku dengar kalian membicarakan tentang Pimlapat. Apa itu Pim yang seorang model?"
"Ya. Dia baru saja menyewa satu unit apartemen pagi ini."
Kittichai tersenyum licik. Dia pasti sedang memukirkan siasat buruk.
***
Pim menelepon seorang organizer (penyalur) bernama P'Noi. Dia menanyakan tawaran P'Noi yang ingin Pim jadi model untuk cover majalah terkenal. Tapi P'Noi ternyata sudah menemukan orang lain. Untuk menutupi kekecewaannya, Pim beralasan kalau dia hanya bosan dan ingin menyibukkan diri agar cepat pulih karena acara pemakaman.
Dan ternyata sekarang P'Noi sedang bersama Khun Vi. Khun Vi berterimakasih karena P'Noi sudah menerima tawarannya untuk mengganti cover modelnya.
"Bahkan tanpa tawaranmu pun aku juga nggak mau kerja sama Pim lagi. Sekarang aku sudah punya model yang lebih hot dan lebih terkenal."
Khun Vi tersenyum. P'Noi bertanya kemana Pim sekarang karena kata Khun Vi, Pim mau pensiun dari dunia model.
Khun Vi hanya tersenyum. Duo rumpi yang duduk di belakangnya lah yang menjawab dengan nyinyir plus sadis.
"Jadi simpanan pria kaya lah." Mereka cekikikan puas karena bisa menghina Pim seenaknya.
Ramet sedang membuat camilan di dapur. Dia terlihat lihai melakukannya. Setelah matang, dia langsung memanggil dua keponakannya yang ganteng dan cantik.
Mereka sangat senang karena pamannya membuatkan mereka camilan yang sangat enak. Sudah lama mereka merindukan masakan buatan Ramet.
Setelah dua bocah imut pergi, kakak perempuan Ramet menghampirinya.
"Mereka sangat puas sekarang. Mereka sangat merindukanmu Paman Ramet. Kapan kamu akan berkunjung lagi? Saat aku membawa mereka keluar, mereka bilang camilanmu yang lebih enak."
Ramet tertawa. "Mereka berdua membuatku sakit kepala. Aku akan berkunjung lebih sering kalau begitu."
"Tapati kata-katamu! Kamu kan lumayan sering datang ke Bangkok."
"Tapi aku datang untuk kerja."
"Iya aku tahu. Adikku ini kan workaholic (penggila kerja). Dia ingin jadi sukses dan bisa dihargai. Kamu tidak meneruskan bisnis keluarga. Membangun hotelmu sendiri. Padahal kamu tidak berlatih manajemen perhotelan."
"Banyak orang yang memandangku rendah. Mereka bilang aku terlihat seperti wanita. Katanya aku terlalu lemah untuk bisnis perhotelan. Bisakah wajah cantik ini melakukannya?"
Mereka berdua tertawa renyah.
"Itu 8 tahun lalu. Dan sekarang kamu sudah bisa membuktikan dirimu sendiri kalau mereka yang salah," ujar kakak Ramet.
Ramet bilang dia harus berterimakasih pada Singh karena karena sudah mau mempercayainya dan mau berinvestasi.
"Kesuksesan ini hanya langkah kecil untuk maju. Aku masih punya jalan yang panjang ke depannya."
"Aku percaya kalau kamu akan melakukannya dengan baik." (Senang ya kalau ada yang mendukung impian kita)
Ramet mendapat telepon dari Khun Vi. Kakaknya bertanya apa itu telepon dari seorang wanita.
"Wow! Beruntung dalam pekerjaan dan beruntung dalam cinta!"
Ramet hanya tersenyum lalu permisi untuk mengangkat telepon. Khun Vi bertanya tentang fashion show. Karena kebetulan Ramet sedang ada di Bangkok, dia mengajak Khun Vi ketemuan besok.
Khun Vi girang setengah mati. Dia langsung meminta duo rumpi untuk membatalkan semua janjinya besok.
"Apa cowok ini buat seriusan?" Tanya P'Nodee.
"Apa aku terlihat sedang bermain-main dengannya?"
"Kamu yakin Khun Ramet itu tidak lekong?"
"Itu benar. Wajahnya saja lebih cantik dari wanita. Dan lagi dia selalu berpakaian formal. Profilnya si memang sempurna. Tapi sejujurnya aku takut," tambah Ped.
"Aku tidak pernah salah menilai orang. Khun Ramet itu seorang pria. Dan aku akan serius dengan pria itu," ucap Khun Vi.
Pim sedang melihat-lihat buku di toko buku. Tidak sengaja dia melihat majalah yang menjadikan memuat foto Khun Vi di sampul halamannya. Pim mengambilnya dan membaca artikel di dalamnya. Ternyata artikel itu memuat hasil wawancara Khun Vi tempo hari.
Aku sangat bangga pada Martha Houte Couture. Seandainya aku tidak bercerai dengan Khun Trai dan pergi, aku tidak yakin MHC akan jadi sesukses ini. Seperti yang orang-orang tahu. Khun Trai itu pengusaha. Dia orang yang pelit. Aku tidak bisa membeli apapun karena dia bilang itu tidak perlu.
Pim sangat kesal. "Dasar pembohong!"
Padahal dulu Khun Vi suka sekali belanja. Bahkan suatu hari dia membeli banyak sekali sepatu. Dia membariskannya di lantai lalu memotretnya dengan ponselnya.
"Vi, kamu kan bisa membelinya pelan-pelan. Lagian kamu cuma pakai sepasang," ucap Khun Trai yang duduk di kursi sambil menatap Khun Vi.
"Aku memang memakai sepasang dalam satu waktu tapi aku butuh banyak warna untuk menyesuaikan gaunku. Aku kan desainer. Lagipula, mereka akan bergosip kalau aku tidak mengikuti tren.
Pim yang baru pulang sekolah berdiri mensejajari sepatu-sepatu di lantai.
"Beli sebanyak ini, apa ini untuk para leluhurmu? Ayah harus menghentikannya. Jangan biarkan dia menghabiskan batas kartu kredit setiap bulan!"
"Ayolah Pim. Kamu juga nggak lebih baik. Kamu belum menghasilkan uang sama sekali. Tapi kamu lebih sering pergi ke pesta daripada ke sekolah dan selalu liburan ke luar negeri."
Khun Vi melirik tas kecil yang dipakai Pim. "Lihat itu? Berapa coba?"
"So what? Ini uang ayahku. Dan lagi aku nggak segila kamu yang belanja selusin sekaligus."
Tuan Trai melerai mereka. Dia meminta Pim untuk istirahat karena baru pulang. Sedang Khun Vi dia minta untuk membereskan sepatu-sepatunya setelah selesai mengambil fotonya. Khun Vi sengaja menci*m Tuan Trai di depan mata Pim.
Pim langsung menatapnya kesal. Sama halnya di masa sekarang. Pim lanjut membaca artikelnya lagi.
Ketika aku bercerai dengan Khun Trai, aku langsung pindah. Apa kalian tahu? Aku pergi dengan tangan kosong. Aku hanya menerima uang dalam jumlah kecil dan beberapa barang yang dia berikan padaku saat kami masing saling cinta. MHC dan apa yang aku punya sekarang, semuanya adalah hasil kerja kerasku sendiri.
"Dasar ular berbisa!" Umpat Pim.
Pim melihat dengan mata kepalanya sendiri saat ayahnya memberikan kunci mobil dan cek senilai 30 juta bath saat Khun Vi akan pergi.
Bahkan sebelumnya ayahnya memodali brand houte couture Khun Vi. Saat itu Pim berniat mengambil semuanya dari Khun Vi. Tapi ayahnya mencegahnya dan meminta Pim membiarkannya saja karena harta itu masih bisa dicari.
Pim sangat kesal mengingat semua itu.
"Dasar nenek sihir!!"
Pim menyobek-nyobek majalah itu. "Pembohong tidak tahu malu! Nenek sihir!! Jahat!!"
Seorang pramuniaga mendekatinya dan menghentikannya. Pim langsung membayar majalah itu dan pergi dengan marah.
Baru beberapa langkah Pim mendapatkan telepon dari seorang wanita yang katanya ingin menawarinya pekerjaan.
Pim menemui wanita itu di sebuah restoran. Ternyata Pim diminta jadi skoi girl (gadis pesta yang duduk di belakang biker/pembalap. Semacam cabe-cabean kali ya) Belum selesai sampai di situ. Pim juga diminta membagi-bagikan brosur. Jelas saja Pim menolak mentah-mentah dan menyuruh wanita itu mencari orang lain saja. Pim pun pergi.
"Kamu sudah kehilangan semuanya tapi masih pilih-pilih!"
Mendengarnya Pim berniat kembali. Tapi tiba-tiba teman modelnya dulu, Ann, memanggilnya. Mereka lalu duduk di salah satu tempat makan. Dia prihatin melihat situasi Pim. Dari yang dia dengar, Khun Vi yang sudah mengompori para organizer, agensi, dan teman-temannya untuk tidak memberikan pekerjaan pada Pim.
Pim tentu terkejut. Tapi dia bisa apa. Dia tahu Khun Vi punya banyak koneksi. Tapi Pim pasti akan membalasnya suatu hari nanti.
Ann menyarankan Pim untuk pergi ke acara ulang tahunnya P'Gina, editor majalah yang sebelumnya selalu menjadikan Pim sebagai cover modelnya. Siapa tahu nanti Pim ditawari kerjaan. Pim tampak memikirkannya.
Dengan ragu Pim datang ke ulang tahun P'Gina. Tapi dia meyakinkan dirinya sendiri. Dia pun mendekati P'Gina dan memberikan kadonya.
P'Gina heran. Seingatnya dia tidak mengundang Pim. Tapi ya sudahlah. Mungkin dia yang lupa. P'Gina menerima kado dari Pim lalu meminta Pim untuk menikmati pestanya.
Dua asisten P'Gina langsung nyinyir.
"Dia dulu marah-marah dan sekarang merangkak masuk ke sini."
"Beruntung P'Gina cukup baik membiarkannya tinggal. Kalau itu aku, aku akan melemparnya keluar."
Pim sangat kesal mendengarnya. Tapi dia berusaha menahannya.
Seorang pria menghampiri Pim yang sedang minum sendirian.
"Apa kamu menikmati pestanya?"
"Apa aku terlihat sedang bersenang-senang?"
"Kamu kan yang sedang menjadi bahan pembicaraan? Aku Pattapong. Senang bertemu denganmu, Pimlapat," ujar Pattapong lalu mengajak Pim bersulang.
"Tapi aku yang tidak senang bertemu denganmu. Dan mungkin aku akan segera lupa namamu dalam 5 menit."
"Karena kamu sudah berterus terang jadi aku juga akan jujur. Aku temannya Yothsapol. Aku dengar kalian sudah putus. Dia juga bilang...."
Pattapong membisiki Pim. "Katanya kamu luar biasa saat di kamar. Tapi itu mahal harganya."
Pim tertegun. Dia menatap Pottapong.
"Aku tidak ingin membual. Tapi aku jauh lebih baik dari dia. Kalau kamu mau, aku akan membuatmu melupakannya selamanya. Kamu hanya akan meneriakkan namaku."
Pim tersenyum. Dia mendekat lalu menginjak sepatu Pottapong dengan heels-nya. "
Apa ini luar biasa, Tuan....Ah! Aku lupa namamu!"
Pottapong meringis kesakitan. Sementara Pim langsung melenggang pergi.
Bersambung ke Buang Hong episode 2 part 3
EmoticonEmoticon